Total Pageviews

Tuesday, December 30, 2014

Gereja Yang Berkarya

Pernahkah kita melihat kehidupan orang-orang yang di dalam dirinya terlalu banyak kolestrol dan lemak-lemak di dalam tubuhnya? Atau kalau tidak tahu seperti apa bentuk orang semacam ini, lihatlah orang yang mengalami obesitas. Keadaan orang-orang yang mengalami overweight ataupun obesitas seringkali terjadi karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk me-manage kehidupannya sendiri. Mereka terlalu banyak mengkonsumsi jenis makanan tertentu dan terlalu memperhatikan kondisi di dalam diri mereka. Mereka jadi susah bergerak di dalam kehidupan mereka dan akhirnya mereka akan ‘inaktif’ di dalam kehidupan mereka.

Inilah sebenarnya refleksi kehidupan bergereja saat ini. Sebagai organisasi tentu saja gereja memiliki sebuah kebutuhan untuk dapat berkarya. Mereka perlu memperkuat organisasi mereka secara internal. Siapa sih yang nggak merindukan memiliki sebuah gedung gereja dengan peralatan yang lengkap, jumlah jemaat yang besar, dengan pelayan-pelayan kedalam yang aktif. Wah pasti setiap kita merindukan memiliki sebuah organisasi gereja yang seperti itu.

Sadar atau tidak, dua buah kisah di atas mungkin juga menunjukkan realitas gereja saat ini, dan ini terjadi di seluruh gereja. Gereja yang hanya menikmati kehidupan internal gerejanya tanpa mau mengutus anggota-anggotanya untuk melakukan suatu karya nyata bagi masyarakat. Apa yang terjadi? Gereja ini akhirnya tumbuh terus kedalam dan akhirnya penuh dengan konflik internal masalah kebijakan-kebijakan untuk mengembangkannya lagi.

Lalu masalahnya apa? Bukankah baik sekali kalau gereja itu tumbuh kedalam? Memang benar, tetapi ada hal yang jauh lebih penting lagi. Ketika gereja saat ini justru terus menerus menumbuhkan kehidupan kedalam mereka, tetapi mereka lupa mengenai tugas mereka untuk mewartakan kabar baik ke dunia. Sama seperti ketika ada seorang yang akan naik ke pesawat terbang. Pada saat akan masuk ke ruang boarding, ternyata topi dan sepatunya lepas, sedangkan tidak lama lagi pesawat akan segera berangkat. Saking sibuknya dia merapikan topi dan kemudian merapikan sepatunya, dia ternyata ketinggalan pesawat tersebut.

Gereja juga bisa saja mengalami hal yang sama. Mengurus hal-hal yang sebenarnya tidak esensi namun terus membicarakannya dan akhirnya melupakan tugas utama – membawa kabar baik dan membagikan kasih Kristus bagi orang-orang di sekitarnya. Yang diurusi hanyalah masalah kebaktian, memikirkan lagu, kemudian bagaimana caranya membuat liturgi yang ‘menyenangkan’. Tetapi apakah gereja hanya memiliki peran sebatas itu? Tidakkah kita menyadari bahwa ada hal yang jauh lebih besar yang sedang Allah persiapkan di dalam kehidupan gereja?

Mari belajar mengingat kembali apa sebenarnya yang menjadi realitas utama yang dihadapi sebagai gereja Tuhan. Saya tidak berkata bahwa pembangunan jemaat itu tidak penting. Sama sekali bukan. Justru ketika jemaat menjadi semakin dewasa, ia seharusnya menjadi agent of change yang jauh lebih efektif. Pertanyaannya adalah apakah hal yang selama ini dilakukan di dalam pembangunan jemaat sudah menyentuh kebutuhan-kebutuhan masyarakat? Apakah selama ini seminar ataupun persekutuan sudah sesuai dengan hal yang menjadi realitas itu? Ketika kita semakin belajar untuk hadir di tengah masyarakat, kita dapat lebih jeli menangkap realitas yang terjadi.

Nah apakah kita ingin menjadi gereja yang sehat? Gereja yang sehat sadar bahwa dia membutuhkan nutrisi. Tetapi juga tidak lupa dia berolahraga keluar dan membangun sesamanya. Artinya keduanya perlu berjalan beriringan. Menangkap realitas untuk tahu olahraga apa yang harus dikerjakan, sembari terus mengisi nutrisi dan berlatih sehingga bisa lebih maksimal. Akhirnya didapatkan sebuah gereja yang dapat aktif, tahu tujuan mengapa gereja itu berdiri, dan akhirnya semuanya adalah untuk kemuliaan Tuhan.

Kiranya ini menjadi sebuah pergumulan kita bersama sebagai gereja Tuhan, sebagai jemaat yang dipercayakan Tuhan menjadi penatalayan-Nya di dunia ini. Manakala Allah sudah memberkati kita, sudah memberikan yang terbaik di dalam kehidupan kita di dalam kehidupan berjemaat kita, tentu ada konsekuensinya, yakni kita juga dapat memberkati mereka. Menampilkan pelita itu di atas kaki dian, bukan hanya menyimpannya.


Soli Deo Gloria.