Pernahkah kita melihat
kehidupan orang-orang yang di dalam dirinya terlalu banyak kolestrol dan
lemak-lemak di dalam tubuhnya? Atau kalau tidak tahu seperti apa bentuk orang
semacam ini, lihatlah orang yang mengalami obesitas. Keadaan orang-orang yang mengalami
overweight ataupun obesitas seringkali terjadi karena mereka tidak memiliki
kemampuan untuk me-manage kehidupannya sendiri. Mereka terlalu banyak
mengkonsumsi jenis makanan tertentu dan terlalu memperhatikan kondisi di dalam
diri mereka. Mereka jadi susah bergerak di dalam kehidupan mereka dan akhirnya
mereka akan ‘inaktif’ di dalam kehidupan mereka.
Inilah sebenarnya refleksi
kehidupan bergereja saat ini. Sebagai organisasi tentu saja gereja memiliki
sebuah kebutuhan untuk dapat berkarya. Mereka perlu memperkuat organisasi
mereka secara internal. Siapa sih yang nggak merindukan memiliki sebuah gedung
gereja dengan peralatan yang lengkap, jumlah jemaat yang besar, dengan
pelayan-pelayan kedalam yang aktif. Wah pasti setiap kita merindukan memiliki
sebuah organisasi gereja yang seperti itu.
Sadar atau tidak, dua buah
kisah di atas mungkin juga menunjukkan realitas gereja saat ini, dan ini
terjadi di seluruh gereja. Gereja yang hanya menikmati kehidupan internal
gerejanya tanpa mau mengutus anggota-anggotanya untuk melakukan suatu karya
nyata bagi masyarakat. Apa yang terjadi? Gereja ini akhirnya tumbuh terus
kedalam dan akhirnya penuh dengan konflik internal masalah kebijakan-kebijakan
untuk mengembangkannya lagi.
Lalu masalahnya apa? Bukankah
baik sekali kalau gereja itu tumbuh kedalam? Memang benar, tetapi ada hal yang
jauh lebih penting lagi. Ketika gereja saat ini justru terus menerus
menumbuhkan kehidupan kedalam mereka, tetapi mereka lupa mengenai tugas mereka
untuk mewartakan kabar baik ke dunia. Sama seperti ketika ada seorang yang akan
naik ke pesawat terbang. Pada saat akan masuk ke ruang boarding, ternyata topi
dan sepatunya lepas, sedangkan tidak lama lagi pesawat akan segera berangkat.
Saking sibuknya dia merapikan topi dan kemudian merapikan sepatunya, dia
ternyata ketinggalan pesawat tersebut.
Gereja juga bisa saja
mengalami hal yang sama. Mengurus hal-hal yang sebenarnya tidak esensi namun
terus membicarakannya dan akhirnya melupakan tugas utama – membawa kabar baik
dan membagikan kasih Kristus bagi orang-orang di sekitarnya. Yang diurusi
hanyalah masalah kebaktian, memikirkan lagu, kemudian bagaimana caranya membuat
liturgi yang ‘menyenangkan’. Tetapi apakah gereja hanya memiliki peran sebatas
itu? Tidakkah kita menyadari bahwa ada hal yang jauh lebih besar yang sedang
Allah persiapkan di dalam kehidupan gereja?
Mari belajar mengingat kembali
apa sebenarnya yang menjadi realitas utama yang dihadapi sebagai gereja Tuhan.
Saya tidak berkata bahwa pembangunan jemaat itu tidak penting. Sama sekali
bukan. Justru ketika jemaat menjadi semakin dewasa, ia seharusnya menjadi agent of change yang jauh lebih efektif.
Pertanyaannya adalah apakah hal yang selama ini dilakukan di dalam pembangunan
jemaat sudah menyentuh kebutuhan-kebutuhan masyarakat? Apakah selama ini
seminar ataupun persekutuan sudah sesuai dengan hal yang menjadi realitas itu?
Ketika kita semakin belajar untuk hadir di tengah masyarakat, kita dapat lebih
jeli menangkap realitas yang terjadi.
Nah apakah kita ingin menjadi
gereja yang sehat? Gereja yang sehat sadar bahwa dia membutuhkan nutrisi.
Tetapi juga tidak lupa dia berolahraga keluar dan membangun sesamanya. Artinya
keduanya perlu berjalan beriringan. Menangkap realitas untuk tahu olahraga apa
yang harus dikerjakan, sembari terus mengisi nutrisi dan berlatih sehingga bisa
lebih maksimal. Akhirnya didapatkan sebuah gereja yang dapat aktif, tahu tujuan
mengapa gereja itu berdiri, dan akhirnya semuanya adalah untuk kemuliaan Tuhan.
Kiranya ini menjadi sebuah
pergumulan kita bersama sebagai gereja Tuhan, sebagai jemaat yang dipercayakan
Tuhan menjadi penatalayan-Nya di dunia ini. Manakala Allah sudah memberkati
kita, sudah memberikan yang terbaik di dalam kehidupan kita di dalam kehidupan
berjemaat kita, tentu ada konsekuensinya, yakni kita juga dapat memberkati
mereka. Menampilkan pelita itu di atas kaki dian, bukan hanya menyimpannya.
Soli Deo Gloria.