Total Pageviews

Sunday, March 31, 2013

Refleksi Paska - Kematian dan Kebangkitan Kristus dan Bagaimana Memaknainya


Paska identik dengan suatu perayaan mencari telur. Tradisi ini sangat umum apabila dilihat di negara-negara di Eropa. Satu film yaitu Rise of The Guardians menunjukkan betapa Paska merupakan suatu hari yang dinanti-nantikan oleh anak-anak. Lebih jauh lagi, Paska mengingatkan juga pada Easter Bunny, seekor kelinci yang melompat-lompat dan menyembunyikan telur yang diwarna-warni.

Nah bagi orang Kristen sendiri, Paska menjadi suatu peringatan yang luar biasa. Sang Juruselamat yaitu Yesus sendiri menyerahkan nyawaNya untuk menebus dosa umat manusia. Sola Gratia! Ya, semuanya itu adalah anugrah yang luar biasa. Karya keselamatan itu dimulai dari pelayanan Tuhan Yesus yang ‘mengganggu’ sistem agama saat itu, kemudian diwarnai dengan pemberontakan muridNya yaitu Yudas akibat kekecewaannya. Selain itu juga diwarnai dengan berbagai berita alkitab yang mana sudah dinubuatkan di Perjanjian Lama oleh Nabi Yesaya. Yesaya 53 memberitakan tentang Sang Juruselamat jauh sebelum Tuhan Yesus hadir di dunia sebagai 100% manusia dan 100% Allah.

Berita Paska menjadi suatu berita yang menarik, bagaimana tidak, karena karya keselamatan dilakukan Allah, dengan kematian Tuhan Yesus, murka Allah dipuaskan, dan dosa manusia dibasuh bersih oleh anugrah. Oleh Adam, seluruh manusia membawa natur dosa, dan oleh Kristus semua manusia dibersihkan. Sebagai orang Kristen kita boleh percaya bahwa sudah ada suatu tempat yang disediakan bagi kita.

Di dalam keselamatan karena karya Allah tersebut, pertanyaannya adalah, sudah sejauh apa kita memaknai arti Paska yang sebenarnya? Apabila kita mencoba mendalami karya keselamatan Allah, tidak bisa dilepaskan darinya adalah tanggung jawab manusia SETELAH kita diselamatkan oleh Allah sendiri. Maksudnya adalah, setelah kita menerima ANUGRAH dari Tuhan sendiri, apa yang harus kita lakukan?

Kekristenan tidak melulu bicara tentang surga dan neraka. Seorang percaya dapat menjadi percaya kepada Tuhan, bukan karena dia takut akan neraka, namun lebih jauh dari itu, dia telah dipilih oleh Allah, entah bagaimana caranya baik melalui orang lain ataupun segala karya Allah di dalam hidupnya. Jadi kekristenan yang sejati berawal dari inisiatif Allah sendiri. Seluruhnya adalah inisiatif dari Allah, dan manusia hanya dapat memaknai inisiatif tersebut dengan belajar mengenal dan memuliakan Allah sepanjang waktu. Kalau kekristenan kita hanya didasari dengan ketakutan kita akan masuk neraka, apakah benar kita mengasihi Tuhan seperti yang Yesus katakan: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39)

Kembali kepada Paska, yang mana merayakan kematian Tuhan Yesus dan kebangkitanNya mengatasi maut. Bukankah ini merupakan berita sentral di dalam Kekristenan? Ya, inilah berita sentral dari karya keselamatan yang dilakukan oleh Allah dengan merelakan AnakNya yang tunggal untuk menjadi buah sulung. (1 Korintus 15:23) Bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen menanggapi panggilan ini? Berita sentral ini tentunya perlu kita tanggapi dengan penyerahan diri penuh kepada Tuhan. Ya, Paska menjadi suatu momen yang mengingatkan kita tentang pengorbanan Tuhan Yesus, namun lebih dari itu kita sebagai umatNya diajak untuk meneladani sikapNya.

Tentu bukan hal yang mudah di dalam meneladani sikap Kristus. Tetapi justru momen Paska juga mengingatkan kita untuk START OVER. Maksudnya? Paska merupakan suatu perayaan yang mana diambil dari pada saat umat Israel keluar dari Mesir, dipimpin oleh Musa. Bangsa itu mulai merayakan Passover. Nah pembebasan dari Mesir ini merupakan suatu gambaran yang luar biasa, bagaimana Allah melalui AnakNya sendiri melepaskan kita dari belenggu dosa. Mengutip lagu dari Les Miserables: “Come with me, where chains will never bind you, All your grief, at last at last behind you”. Inilah gambaran janji Allah di dalam Paska.

Setiap kejadian dalam hidup kita, itu merupakan campur tangan dan rencana Allah di dalam kehidupan kita. Allah yang bangkit, Allah yang melalui Yesus Kristus, menebus dosa manusia dan Allah itulah yang terus berkarya di dalam kehidupan umat manusia sampai saat ini. Dialah yang berkuasa atas kehidupan kita, Dialah yang berdaulat atas kehidupan kita. Tinggal saat ini bagaimana kita sebagai saudara Kristus menjadi rekan sekerjaNya. Memberitakan kabar baik ini, yang mana fokusnya adalah Kristus sendiri yang sudah menyelamatkan umat manusia dari jeratan maut. Ialah Allah yang menguasai seluruh kehidupan kita dan Ia yang akan menuntun kita sepanjang kehidupan kita (Mazmur 23). Ia adalah Allah yang setia, yang di dalam kedaulatanNya sudah merencanakan sesuatu yang baik (Roma 8:28) dan sekalipun kita kadang tidak memahamiNya karena rancanganNya yang begitu berbeda dengan kita (Yesaya 55:8).

Itulah peran yang secara aktif diberikan Allah bagi setiap kita yang percaya kepadaNya. Maukah kita ambil bagian di dalam blueprint Allah? Apakah kita mau menjawab panggilan itu, sebagai seorang hamba yang patuh kepada Tuannya. Sebagai seorang hamba yang kalau Tuannya memanggil, hamba itu tidak boleh tidak taat dan bersyukur kalau Tuannya masih mau memakai dia?

Selamat Paska. Selamat menikmati Karya Tuhan dan terus memuliakanNya

Soli Deo Gloria

Sunday, March 17, 2013

Berharap Kepada Allah


Indonesia, dengan segala permasalahannya dan segala kegalauannya dewasa ini tentunya membuat kita sebagai orang Kristen melihat dan berpikir: “Apa yang sebenarnya dilakukan oleh orang-orang ini?” Tidak hanya orang Kristen sih, tetapi sebagian besar rakyat Indonesia!

Ada sekitar 560 anggota DPR, ketika mereka berangkat studi banding ke luar negeri, kemudian tiba-tiba pesawat yang mereka naiki menabrak gunung dan pesawat itu jatuh dan hancur, sebuah pertanyaan: “Berapa orang yang selamat?” Suatu jawaban yang penuh dengan sinisme adalah “250 juta jiwa”. Lho kok bisa? Ya, 250 juta rakyat Indonesia akan selamat!

Jawaban ini sangat luar biasa! Dari jawaban tersebut dapat dilihat betapa Indonesia saat ini terlihat sebagai suatu bangsa yang terpuruk. “Bangsa ini sedang sakit!” demikianlah ungkap seorang tokoh di Indonesia. Selain itu, seorang dalang yang merupakan budayawan dari Indonesia berkata: “Negeri ini sudah gila, korupsi dari sapi hingga kitab suci” Ungkapan ini tentunya datang dari seseorang yang prihatin dengan keberadaan bangsa ini sebagai bangsa yang (dulunya dianggap) besar.

Apa yang dapat kita pelajari dari berbagai sinisme yang muncul di masyarakat saat ini? Orang-orang saat ini sedang berharap tentang adanya suatu perubahan yang radikal! Suatu perubahan yang mampu memberikan pengharapan bagi mereka yang bukan hanya tebar pesona. Bangsa ini sudah mulai lelah dengan berbagai kondisi yang ada, rakyat mulai tidak percaya lagi dengan pemimpin mereka saat ini di tengah badai polemik yang melanda bangsa ini.

Masih adakah pengharapan di tengah bangsa ini? Pertanyaan ini sejatinya juga mungkin ditanyakan orang-orang Israel pada masa mereka dibuang ke Babel. Allah yang berdaulat atas bangsa Israel, merupakan Allah yang memberikan pengharapan kepada orang-orang Israel. Nabi Yesaya menuliskannya, di dalam Yesaya 43-46 memperlihatkan janji Allah yang menyertai bangsa Israel. Itu pula sebenarnya yang sedang dilakukan Tuhan saat ini di tengah bangsa ini. Allah yang berdaulat adalah Allah yang tidak hanya memberikan janji tapi juga memang menguasai dunia ini!

Kepada apa sebenarnya kita menaruh pengharapan kita saat ini? Apabila kita membaca di injil menurut Yohanes 12:1-8 menunjukkan sebuah sikap menyerahkan hidup sepenuhnya di dalam Tuhan. Siapakah itu? Tentu saja Maria! Ya, di dalam perikop ini Maria menunjukkan sikap hidup menyerah sepenuhnya kepada Tuhan. Minyak Narwastu itu merupakan minyak yang sangat mahal! Yudas mencoba memberikan nilai minyak narwastu itu sebesar 300 dinar, yang mana 1 dinar setara dengan upah sehari orang-orang pada jaman itu. Jadi kalau dikonversi, sebenarnya itu adalah gaji kita satu tahun! Coba bayangkan apa sebenarnya yang sedang dilakukan oleh Maria pada saat itu.

Selain mencucurkan minyak narwastu itu di kaki Yesus, yang dilakukan oleh Maria berikutnya adalah menyekanya dengan rambutnya. Apa yang dapat dilihat dari sini? Kalau kita melihat bahwa rambut merupakan mahkota dari seorang perempuan, yang dilakukan oleh Maria ini berarti merupakan sikap yang benar-benar merendahkan diri di hadapan Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan Yesus adalah tempat dimana satu-satunya dimana ia dapat berharap. Ini tentu merupakan hal yang menarik, mengingat yang melakukan itu semua bukan 12 murid yang dipilih Yesus, melainkan seorang perempuan yang mana di jaman itu perempuan mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda dengan laki-laki.

Sikap seperti ini mengingatkan kita, kepada siapa sebenarnya kita berharap. Paulus juga mencoba memberikan sebuah insight kepada kita mengenai pengharapan. Mari kita coba lihat di dalam Filipi 3. Paulus, yang dikenal sebagai seorang Yahudi yang taat, merupakan ahli taurat yang cukup “mengerikan” pada jaman itu. Sosok Saulus yang dikenal sebagai penganiaya jemaat, dan melaksanakan hukum taurat dengan sangat taat, mungkin bagi Saulus adalah suatu kebanggaan tersendiri. Ia tidak membutuhkan juru selamat karena ia adalah orang yang suci, itulah anggapannya. Tetapi di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi ia menuliskan betapa sebenarnya hidupnya itu tidak ada artinya. Kehidupan lama yang ia bangga-banggakan tidak berharga dibandingkan dengan pengenalannya akan Kristus.

Apabila kita cermati juga di dalam kehidupan Paulus, di dalam surat-surat yang Ia tuliskan kepada jemaat, ada sesuatu yang menarik. Awalnya ia menganggap bahwa ia tidak lebih tinggi dari para rasul (1Korintus 15:9). Berikutnya ia menganggap bahwa ia adalah orang yang paling rendah diantara orang percaya , dan akhirnya ia mengakui bahwa dirinya adalah orang yang paling berdosa diantara semua orang (1Timotius 1:16). Itulah pengharapan Paulus, yaitu pada saat ia menggantungkan seluruh hidupnya kepada pengenalan akan Tuhan Yesus.

Kepada siapakah saat ini kita berharap? Pemazmur menuliskan di dalam Mazmur 121 dengan sangat indah. Inilah janji Tuhan yang luar biasa. Mazmur 126 juga menyatakan hal tentang pengharapan kita, bahwa Allah sedang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa! Roma 8:28 menunjukkan bahwa segala hal di dunia ini dirancangkan untuk kebaikan kita yang mengasihi Allah, dan janji Tuhan di dalam Wahyu 21:4, Ia akan menghapuskan segala air mata!

Kiranya tulisan singkat ini dapat mengingatkan kita betapa besar Allah dan betapa kemuliaan Allah adalah satu-satunya tempat kita dapat berharap. Tuhan Yesus yang merelakan nyawanya menjadi tebusan bagi orang banyak, kiranya kehidupan kita pun mencerminkan apa yang Tuhan Yesus lakukan. Marilah kita memiliki kehidupan yang bergaul dengan Allah, melalui kebenaran Firman Tuhan dan juga tidak hanya memberikan warna di alkitab kita, hendaknya kehidupan kita pun juga diwarnai oleh kebenaran firman itu sendiri sehingga kita bisa memancarkan kemuliaan Allah di dalam kehidupan kita.

Soli Deo Gloria