Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku
menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih
dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan
pagi.
(Mzm 130:5-6)
Feels Different
“Iya
nih say, kangennya emang beda”. Ujar istriku manakala kami berdua berkomunikasi
lewat video call lewat gawai kami
masing-masing.
Sudah
hampir 2 minggu aku dan istri menjalani work
from home atau mengisolasi diri dari kediaman kami masing-masing. Kami
terpisah jarak sekitar 20 km, dan memang belum punya tempat tinggal bersama. Kalau
sebelum kami menikah dan sebelum virus corona menyerang, kami senantiasa
meluangkan waktu setidaknya seminggu sekali atau dua kali, tetapi karena ada pandemi
ini, maka kami menahan diri dan memutuskan melakukan social distancing.
Berat?
Of course! Ternyata feel-nya berbeda, dan pada saat video call itu kami saling melepas
kangen kami, menatap satu sama lain dan berujar “semoga sampai seterusnya kalau
ngeliat satu sama lain, rindunya kayak
gini ya.”
Sampai Seterusnya
Percakapan
itu menjadi suatu perenungan tiba-tiba, ketika pertama kali kita kenal Tuhan
Yesus dan bagaimana sih kondisi kita saat ini? Kalau pertanyaan “masih rindu
sama Aku nggak?” diajukan oleh Tuhan Yesus, apa ya jawaban kita? Apakah
kerinduan itu masih sama atau justru makin rindu sama seperti ketika kita
pertama kali mengalami perjumpaan dengan Tuhan? Ataukah rasa rindu itu terkikis
oleh waktu, digantikan rasa bosan karena alkitab kita nggak ada “sekuel”-nya? (boro-boro sekuel, lah baca Kejadian sampai
Wahyu aja ngos-ngos-an, paham juga enggak)
Aku
rasa kerinduan kita terhadap Tuhan kita seharusnya seperti yang disampaikan
oleh pemazmur dalam Mazmur 130:5-6. Pemazmur menantikan Tuhan lebih dari
seorang pengawal yang mengharapkan pagi. Pengharapan atas firman-Nya seharusnya
menyadarkan kita bahwa Tuhan pun senantiasa rindu, dan pertanyaannya adalah
apakah kita punya kerinduan yang sama terhadap firman-Nya?
Kembali Pada Kasih Mula-Mula
Ingatlah
kembali momen ketika awal kita percaya dan mengikut Tuhan, dan coba lihat
kembali bagaimana begitu hancurnya hidup kita sebelum kita kenal Tuhan. Betapa
momen itu seharusnya mengingatkan kita bahwa ketika Bapa rindu agar kita
kembali. Kalau saat ini ditengah berbagai masalah, entah itu virus corona, atau
issue lockdown, kerja dari rumah, dan sebagainya yang membuat kita kalut dan
bosan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk merefleksikan kembali bagaimana rentannya
hidup kita. Tentu dengan satu pengharapan dan keyakinan bahwa semua ini pun
akan berakhir.
Mari
di tengah berbagai pembatasan yang saat ini sedang terjadi, jadikan ini sebagai
kesempatan untuk melepas rindu kepada Bapa di sorga yang senantiasa menjaga,
memelihara dan merawat hidup kita.
No comments:
Post a Comment