Percakapan
ini adalah percakapan Jessica, keluar dari mulutnya manakala kami berdua
bercakap-cakap sembari menanti keberangkatanku ke Jakarta hari ini.
“Nggak
sedih kan ko, nggak sesedih biasanya kan?” tanya dia
“hmmm..
gimana ya… “ jawabku
“Ya
kan pasti balik, pasti ketemu lagi…” kata Jessica.
Kami
menjalani hubungan LDR ini selama 2 tahun – setidaknya semenjak aku mengajak
dia untuk bergumul mengenai hubungan kami. Tetapi menarik bahwa ketika kami
berdua bertemu, selalu ada hal yang “harus” kami pelajari, sekalipun itu
berasal dari kalimat-kalimat yang kami ucapkan. Ataupun juga tindakan-tindakan
yang kami berdua lakukan bersama.
Siang
itu, kami berdua duduk di ruang tamu. Seperti biasa sepulang dari gereja sembari
menanti jam keberangkatanku kembali ke Surabaya, kami berdua bercakap-cakap.
Menarik untuk direnungkan saat ini adalah ada suatu keyakinan di dalam diri
Jessica bahwa aku akan kembali lagi. Jadi dia menganggap bahwa sebenarnya kita
berdua nggak perlu terlalu sedih, karena masing-masing kami tahu toh kami juga
akan ketemu lagi suatu saat.
Awalnya
aku merasa agak aneh juga sih. Tetapi ketika aku renungkan saat terbang, aku
menemukan ada sesuatu yang unik di dalam pernyataan itu. Apakah itu? Bukankah
itu juga yang dikatakan Tuhan di dalam kehidupan kita? Bahwa ada janji Tuhan
manakala Ia akan datang kembali untuk kedua kalinya?
Tertegun
juga sebenarnya. Dalam rangka merayakan wisuda kemarin, aku tidak pernah
berharap bahwa akan belajar mengenai hal ini dari ucapannya. Menarik bahwa sama
sekali tidak tersurat rasa sedih, ataupun rasa penantian manakala aku akan
meninggalkannya. Justru yang ada adalah senyuman penuh sukacita dan memberi
semangat, di dalam perkataan-perkataan yang kelihatannya memojokkan tetapi
ternyata kalau direnungkan dari sisi yang lain sangat indah.
Allah
akan datang kembali. Paling tidak itulah yang kita yakini sebagai janji Tuhan
manakala Ia datang ke dunia ini, di dalam diri Yesus Kristus. Murid-murid pun
bukanlah pribadi yang meyakinkan manakala mereka bersekutu bersama guru mereka
sebelum perjamuan malam terakhir diadakan. Artinya bahwa mereka sangat jauh
dari harapan. Lihat saja bahwa apa yang mereka lakukan adalah mereka
mementingkan diri sendiri.
Begitu
pula dengan kita bukan? Alih-alih kita inget untuk datang kepada Tuhan di dalam
setiap tindak-tanduk kita sebagai orang percaya, kita justru “menikmati”
hal-hal lain yang membuat kita makin jauh dengan Dia. Baru kita datang
kepadaNya manakala ada berbagai masalah yang menimpa hidup kita, serasa tidak
ada jawaban, dan akhirnya juga kita ngambek ketika Tuhan juga pada akhirnya
tidak memberikan sebuah jawaban yang jelas.
Kerinduan
kepada Tuhan, kerinduan untuk datang kepada Dia. Mengingat kembali karya salib yang
sudah Ia kerjakan 2000 tahun yang lalu, seharusnya membuat kita terkagum-kagum
atas kuasa kasihNya. Tetapi apa yang kita lakukan manakala berbagai masalah hidup
menghimpit kehidupan kita? Seringkali kita mengeluh dan mengeluh, melupakan
berbagai karya yang indah yang sudah Ia kerjakan. Seakan-akan ketika kita
hidup, kita tidak pernah menerima berkat dariNya.
Ketika
begitu banyak proses hidup yang kita alami menghimpit kita, itu merupakan
sarana yang Tuhan gunakan agar kita semakin lama semakin belajar untuk tidak
mengandalkan diri kita sendiri. Ia ingin kita rindu untuk terus-menerus
menikmati Dia. Ia rindu untuk kita datang kepadaNya, sampai-sampai kita harus
merendahkan diri kita di hadapanNya. Mengapa? Ya karena kita ini memang lemah
kok. Kita ini bukanlah pribadi yang bisa berjalan sendiri.
Akhirnya
ketika kita mengalami berbagai proses hidup, ada kalanya kita perlu punya
kerinduan kepadaNya, sekaligus suatu keyakinan seperti Jessica yang merindukan
seseorang yang ia sayangi untuk kembali. Ia yakin bahwa suatu saat aku akan
kembali dan belajar lagi bersamanya, belajar hidup di step yang lebih lanjut.
Bagaimana kita rindu untuk menghadap Tuhan? Bagaimana kita rindu untuk bertemu
kembali dengan Kristus – berusaha untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini –
di dalam anugrahNya yang sudah memampukan kita untuk melakukan kehendakNya?
Soli
Deo Gloria J
No comments:
Post a Comment