Total Pageviews

Sunday, August 30, 2015

Menantikan Janji Tuhan

Percakapan ini adalah percakapan Jessica, keluar dari mulutnya manakala kami berdua bercakap-cakap sembari menanti keberangkatanku ke Jakarta hari ini.

“Nggak sedih kan ko, nggak sesedih biasanya kan?” tanya dia
“hmmm.. gimana ya… “ jawabku
“Ya kan pasti balik, pasti ketemu lagi…” kata Jessica.

Kami menjalani hubungan LDR ini selama 2 tahun – setidaknya semenjak aku mengajak dia untuk bergumul mengenai hubungan kami. Tetapi menarik bahwa ketika kami berdua bertemu, selalu ada hal yang “harus” kami pelajari, sekalipun itu berasal dari kalimat-kalimat yang kami ucapkan. Ataupun juga tindakan-tindakan yang kami berdua lakukan bersama.

Siang itu, kami berdua duduk di ruang tamu. Seperti biasa sepulang dari gereja sembari menanti jam keberangkatanku kembali ke Surabaya, kami berdua bercakap-cakap. Menarik untuk direnungkan saat ini adalah ada suatu keyakinan di dalam diri Jessica bahwa aku akan kembali lagi. Jadi dia menganggap bahwa sebenarnya kita berdua nggak perlu terlalu sedih, karena masing-masing kami tahu toh kami juga akan ketemu lagi suatu saat.

Awalnya aku merasa agak aneh juga sih. Tetapi ketika aku renungkan saat terbang, aku menemukan ada sesuatu yang unik di dalam pernyataan itu. Apakah itu? Bukankah itu juga yang dikatakan Tuhan di dalam kehidupan kita? Bahwa ada janji Tuhan manakala Ia akan datang kembali untuk kedua kalinya?

Tertegun juga sebenarnya. Dalam rangka merayakan wisuda kemarin, aku tidak pernah berharap bahwa akan belajar mengenai hal ini dari ucapannya. Menarik bahwa sama sekali tidak tersurat rasa sedih, ataupun rasa penantian manakala aku akan meninggalkannya. Justru yang ada adalah senyuman penuh sukacita dan memberi semangat, di dalam perkataan-perkataan yang kelihatannya memojokkan tetapi ternyata kalau direnungkan dari sisi yang lain sangat indah.

Allah akan datang kembali. Paling tidak itulah yang kita yakini sebagai janji Tuhan manakala Ia datang ke dunia ini, di dalam diri Yesus Kristus. Murid-murid pun bukanlah pribadi yang meyakinkan manakala mereka bersekutu bersama guru mereka sebelum perjamuan malam terakhir diadakan. Artinya bahwa mereka sangat jauh dari harapan. Lihat saja bahwa apa yang mereka lakukan adalah mereka mementingkan diri sendiri.

Begitu pula dengan kita bukan? Alih-alih kita inget untuk datang kepada Tuhan di dalam setiap tindak-tanduk kita sebagai orang percaya, kita justru “menikmati” hal-hal lain yang membuat kita makin jauh dengan Dia. Baru kita datang kepadaNya manakala ada berbagai masalah yang menimpa hidup kita, serasa tidak ada jawaban, dan akhirnya juga kita ngambek ketika Tuhan juga pada akhirnya tidak memberikan sebuah jawaban yang jelas.

Kerinduan kepada Tuhan, kerinduan untuk datang kepada Dia. Mengingat kembali karya salib yang sudah Ia kerjakan 2000 tahun yang lalu, seharusnya membuat kita terkagum-kagum atas kuasa kasihNya. Tetapi apa yang kita lakukan manakala berbagai masalah hidup menghimpit kehidupan kita? Seringkali kita mengeluh dan mengeluh, melupakan berbagai karya yang indah yang sudah Ia kerjakan. Seakan-akan ketika kita hidup, kita tidak pernah menerima berkat dariNya.

Ketika begitu banyak proses hidup yang kita alami menghimpit kita, itu merupakan sarana yang Tuhan gunakan agar kita semakin lama semakin belajar untuk tidak mengandalkan diri kita sendiri. Ia ingin kita rindu untuk terus-menerus menikmati Dia. Ia rindu untuk kita datang kepadaNya, sampai-sampai kita harus merendahkan diri kita di hadapanNya. Mengapa? Ya karena kita ini memang lemah kok. Kita ini bukanlah pribadi yang bisa berjalan sendiri.

Akhirnya ketika kita mengalami berbagai proses hidup, ada kalanya kita perlu punya kerinduan kepadaNya, sekaligus suatu keyakinan seperti Jessica yang merindukan seseorang yang ia sayangi untuk kembali. Ia yakin bahwa suatu saat aku akan kembali dan belajar lagi bersamanya, belajar hidup di step yang lebih lanjut. Bagaimana kita rindu untuk menghadap Tuhan? Bagaimana kita rindu untuk bertemu kembali dengan Kristus – berusaha untuk mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini – di dalam anugrahNya yang sudah memampukan kita untuk melakukan kehendakNya?

Soli Deo Gloria J

No comments:

Post a Comment