Toyota Production
System (disingkat TPS) merupakan suatu sistem produksi yang dikembangkan
pertama kali oleh perusahaan Toyota. Awalnya perusahaan ini merupakan
perusahaan mesin tenun, yang kemudian berkembang menjadi perusahaan manufaktur
mobil yang sampai saat ini mendunia. Filosofi dari TPS yang berkiblatkan sistem
produksi dari Jepang mengedepankan pada suatu sistem produksi yang ramping,
berbeda dengan sistem produksi Amerika yang mana membutuhkan lahan yang amat
besar dan luas.
Seperti yang
sama-sama kita ketahui, luas daratan di Jepang adalah 374.834 km2
berbeda sekali dengan negara Amerika Serikat yaitu 9,83 juta km2.
Hal ini menuntut perusahaan-perusahaan di Jepang untuk mengembangkan perusahaan
mereka berbasis kepada keterbatasan luasan area yang mereka miliki. Hal ini
pula yang mendorong Toyota sebagai perusahaan manufaktur yang berbasis di
Jepang kemudian menekankan sistem produksi yang ramping, yang mana menekankan
pada lean production serta suatu filosofi just-in
time, memproduksi sejumlah yang dibutuhkan sembari membatasi stok mereka
seminimal mungkin.
Terbukti bahwa TPS
memiliki suatu advantage. Tujuan dari TPS adalah meminimalkan biaya untuk dapat
mencapai profit yang besar. Sekalipun tujuannya adalah meminimalkan biaya,
tetapi tentu ada batasan-batasan yang dianut oleh TPS sendiri. Berikut ini
adalah apa yang disebut sebagai House of TPS:
Hal yang mendasari
Rumah TPS adalah eliminate waste, berarti dasar filosofinya adalah mengurangi
waste di dalam proses produksi. Proses produksi yang dimaksud disini bukan
hanya pada lantai produksi. Inilah yang menarik di TPS, bahwa Toyota berusaha
untuk lebih mendalami filosofi “customer is the next process”, yang mana
berarti Toyota juga berusaha untuk memperbaiki sistem di supplier mereka
melalui supplier development program. Ada berbagai usaha yang dilakukan Toyota
untuk melakukan ini, namun tetap saja tujuannya adalah cost reduction.
Berikut ini konsep
dasar dari Lean Manufacturing yang mana berfokus pada pengurangan biaya.
Sebagai fondasi lain
dari TPS adalah standardized work, yang juga di dalamnya terdapat apa yang
disebut sebagai 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Dua pilar penopang TPS
adalah Jidoka dan Just In
Time. Jidoka didasarkan pada poka
yoke (pencegah kesalahan) dan andon system (sistem alarm untuk menghentikan produksi saat terjadi
barang cacat). Pilar yang lain adalah Just-in
Time, yang didefinisikan sebagai memproduksi tepat waktu, tepat barang, dan
tepat kuantitas. Pendukung dari JIT adalah sistem kanban dan one piece flow. One piece flow berarti
di dalam proses produksi, barang mengalir per piece tanpa adanya batching sehingga memungkinkan
minimalnya barang defect serta terdeteksinya kecacatan sesegera mungkin.
Pusat dari segala
aktifitas tersebut adalah kaizen atau
continuous improvement. Dalam usahanya
untuk mencapai world-class car manufacturer, tentunya inovasi sangat
dibutuhkan. Bukan hanya inovasi produk, namun juga inovasi proses. Usaha untuk
mencapai tujuan perusahaan dilakukan dengan memfokuskan perusahaan pada cost reduction sehingga dihasilkan suatu
profit maksimal.
Bagan di bawah ini
menunjukkan tentang salah satu cost
reduction yang dapat dilakukan di perusahaan yang menerapkan lean manufacturing secara umum atau TPS
secara khusus.
Apabila kualitas
barang terjamin maka sebenarnya kita dapat menggunakan stok di gudang seminimal
mungkin, dan ada beberapa keuntungan dengan sedikitnya stok yaitu:
1. Saving area yang
digunakan di area pabrik
2. Permasalahan dapat
langsung terdeteksi
4. FIFO lebih terjamin
5. Tempat kerja menjadi
lebih ringkas
Tentu tidak mudah
untuk melakukan improvement seperti pada gambar di atas. Namun di dalam perusahaan
yang menerapkan lean manufacturing,
perusahaan dituntut untuk kreatif dan inovatif untuk dapat mengembangkan bisnis
mereka ke arah yang lebih baik. Intinya sebenarnya adalah supply chain management atau manajemen rantai pasok yang mana lebih
menekankan pada konsep internal supplier, internal customer, external supplier
dan external customer.
Akhirnya, dengan
TPS, tujuan perusahaan sebenarnya adalah mendapatkan keuntungan dengan cara
meningkatkan cost reduction mereka,
dengan beberapa cara yaitu:
1. Mengurangi jumlah
produk cacat
2. Meningkatkan
produktivitas pekerja
3. Menurunkan jumlah
jam kerja namun dengan kecepatan produksi tetap
4. Mendeteksi adanya
masalah dan meminimalkan kondisi abnormal
5. Mencegah terjadinya
masalah
6. Menciptakan suatu
lingkungan kerja yang nyaman bagi operator
7. Meminimalkan variasi
produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan
8. Melakukan perbaikan
secara terus-menerus (kaizen tanpa henti)
9. Memproduksi sesuai
dengan jumlah dan kebutuhan
10. Dsb
No comments:
Post a Comment