The very
basic question about faith. Ya, itulah pertanyaan yang seringkali dilontarkan
pada saat pertama kali kita mengenakan label agama di dalam kehidupan kita. Pertanyaan
itu pula yang sampai saat ini pun sering menjadi perdebatan dan memicu
ketidaksetujuan dan perpecahan antar iman. Maraknya berbagai diskusi tentang
hal ini pun juga menjadi salah satu bukti bahwa sebagai seorang Kristen, mau
tidak mau, suka tidak suka, topik ini pun juga akan menjadi suatu pertanyaan
bagi setiap kita orang-orang yang percaya.
Kita dapat
memahami Allah sejauh di me-reveal hal itu. Revelation / wahyu itu Dia nyatakan
di dalam alkitab, yaitu yang disebut sebagai special revelation serta providensia Allah di dalam dunia ini,
serta dunia ini sendiri yang disebut sebagai general revelation atau wahyu umum. Berbicara tentang orang Kristen
tidak lepas dari kedua hal tersebut. Pertanyaannya adalah, seberapa jauh kita
sebagai orang Kristen memahami wahyu tersebut? Setelah kita memahaminya, lalu
apa yang selanjutnya harus kita kerjakan?
Mudah sekali
bagi kita untuk belajar ilmu tentang Allah, ataupun kita belajar
filsafat-filsafat yang mana kita secara kognitif diisi dengan
pemahaman-pemahaman yang benar tentang kebenaran firman. Di dalam gereja pun
kita bisa belajar banyak hal: doktrin Allah, doktrin Tritunggal, doktrin
Kristus, doktrin Roh Kudus, dan sebagainya. Permasalahannya adalah setelah kita
belajar tentang doktrin-doktrin tersebut, lalu apa yang mau kita lakukan?
Kita tahu
bahwa kita diselamatkan semata-mata karena anugrah, dan itu tertuang di special revelation yang mana sudah
dinyatakan dalam alkitab itu sendiri. Namun seringkali hal ini membuat kita
jadi lupa tentang wahyu itu sendiri serta lupa tentang Allah kita. Kita tahu
bahwa kita memiliki Allah, tetapi kita lupa siapa Allah itu. Akhirnya hubungan
yang dibangun antara kita dengan Allah adalah hubungan yang tidak jelas. Artinya
kalau ada butuhnya ya kita menghubungi Allah. Kalau tidak ada butuhnya ya
sudah, “emang gue pikirin?”
Inilah
menariknya pada saat kita belajar mengenal Allah. Bisakah kita, bahkan kalau
boleh ekstrim, melalui pembacaan firman DAN pengalaman hidup kita bisa mengenal
Allah yang sejati? Banyak orang tahu bahwa Allah itu baik. Ada pula yang sampai
menghapalkan beberapa ayat alkitab seperti Matius 6:33, Roma 8:28, Efesus
2:8-9, Yohanes 3:16, Yohanes 14:6, namun di dalam praktek kehidupannya
sehari-hari, ia masih saja tidak dikuasai oleh firman yang dihafalkannya. Kenapa
saya tuliskan “DAN”? karena biasanya orang Kristen pada umumnya menyukai salah
satunya saja. Mereka hafal ayat alkitab namun mereka tidak tahu apa yang mereka
baca dan tidak pernah mengaplikasikannya di dalam kehidupan mereka. Sedangkan ada
ekstrim yang lain yakni mereka mengalami “seperti” perjumpaan pribadi dengan
Allah, tetapi terjebak di dalam pengalamannya itu sehingga suatu saat kalau
Allah merencanakan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencananya, imannya bisa
hancur lebur.
Tentu sebagai
pemuda-pemuda Kristen kita tidak mau terjebak di dalam 2 ekstrim. Yang pertama,
terlalu mengandalkan pengalaman kita untuk mengenal Allah, yang kedua, semuanya
berdasarkan atas alkitab namun kita tidak pernah mengerti karena terlalu sibuk
menghafalkannya. Di atas sudah saya paparkan akibatnya. Pertanyaan “WHO ARE YOU
GOD” adalah pertanyaan yang benar-benar esensial, karena hal itu akan
mempengaruhi seluruh sikap hidup kita. Kalau Allah kita adalah Allah yang
benar, tentu sebagai ciptaanNya pun kita akan berlaku sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah kita.
Bagaimana
kita bisa mengenal Allah kita? Seperti yang sudah disebutkan di atas, kita bisa
terperangkap di dalam 2 ekstrim. Karena itu kita harus mengkombinasikan
keduanya menjadi suatu metode belajar mengenal akan Allah, yaitu melalui suatu
saat teduh dan pembacaan firman secara rutin serta didukung dengan suatu
tindakan yang mencerminkan firman itu. Logika simple: ketika kita ingin
mengenal seseorang tentu saja kita harus mulai berkomunikasi serta membuka
suatu relasi dengan dia. Bayangkan saja kita pedekate dengan seseorang, tentu
kita belajar untuk membagi hidup kita kepadanya.
YA! Salah
satu cara kita belajar untuk mengenal Tuhan adalah dengan share tentang hidup
kita kepada Tuhan, dan juga kita belajar mendengarkan apa yang Tuhan mau di
dalam kehidupan kita. Caranya? Tentu saja dengan menjalani hidup sesuai dengan
apa yang Tuhan mau di dalam firmanNya. Tidak ada cara lain untuk kita dapat
mengenalNya.
Kedua:
selain kita belajar firman, kita belajar melihat rancangan Tuhan di dalam
kehidupan kita. Caranya? Cara paling mudah adalah dengan membuat sebuah timeline atau kisah hidup. Flashback tentang
kehidupan kita di masa lalu, masa yang menyenangkan ataupun menyedihkan.
Mencatat setiap momen yang sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita untuk
kita semakin mengerti apa yang sebenarnya sudah dirancangkan Tuhan dan apa yang
kira-kira akan dikerjakan Tuhan melalui kehidupan kita.
Memang bukan
hal yang mudah untuk mengerti hal tersebut. Proses itu perlu pergumulan seumur
hidup. Sampai suatu saat nanti kita bisa berkata seperti Daud bahwa tidak ada
seorangpun yang ia ingini selain daripada Allah sendiri. (Mazmur 73:25). Saking
dekatnya relasi Tuhan dengan Daud membuatnya dapat mengatakan bahwa segala hal
tidak dapat menggantikan Allah.
Jadi?
Siapakah Allah itu? Siapakah Engkau Tuhan? Pertanyaan itu tentu perlu kita
renungkan dan pergumulkan setiap saat. Mari belajar untuk terus menggumulkan hal
itu sampai suatu hari kita dapat mengatakan siapa Allah itu, bukan kata
doktrin, bukan hanya kata alkitab, tetapi di dalam kehidupan kita sekalipun
kita memperkatakan bahwa “Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus, itulah Allah.
Ialah Allah yang hidup dan berkuasa atas kehidupanku, dan kepadaNya lah aku
berkomitmen untuk setia sampai akhir hidupku”
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment