Total Pageviews

Sunday, June 15, 2014

Beauty of Christianity - The Trinity

Pembukaan
“Mana mungkin Allah bisa tiga tapi satu, atau satu tapi tiga?” Pertanyaan itu sering sekali dilontarkan kepada kita, orang-orang Kristen yang mempercayai doktrin Allah Tritunggal. Istilah “Tritunggal” sendiri tidak pernah dituliskan di dalam alkitab. Hal ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bahwa ternyata alkitab secara tersurat tidak pernah menyebutkan kata tersebut, tetapi di sepanjang alkitab, ada banyak kalimat yang tersirat yang menunjukkan bahwa Allah kita ialah Allah Tritunggal.

Sebelum masuk kedalam pembahasan lebih lanjut, kita mencoba untuk terlebih dahulu mengerti tentang siapa kita dan siapa Allah. Kitab Kejadian menuliskan mengenai siapa kita, yakni ciptaan. Allah ialah pencipta. Jadi ada satu gap  yang luar biasa antara kita dengan Allah. Allah sebagai pencipta ialah pribadi yang tidak terbatas, dan manusia sebagai ciptaan ialah pribadi yang sangat terbatas. Mengapa saya menuliskan hal ini di awal? Implikasi dari hal ini ialah bahwa kita tidak mungkin memahami 100% mengenai Allah. Ada bagian yang Allah ijinkan untuk kita dapat mengerti, dan ada pula hal yang unrevealed, yakni hal yang merupakan misteri.

Dasar pemikiran tersebut membuat kita sebagai ciptaan seharusnya tidak akan mampu menjelaskan secara komplit dan benar secara 100% mengenai Allah, namun bukan berarti bahwa kita tidak belajar untuk mengerti. Ada hal-hal yang ditunjukkan kepada kita sebagai manusia yang terbatas untuk kita pahami.

Analogi Yang Tidak Sempurna
Ada berbagai analogi mengenai Allah Tritunggal, dan kita perlu berangkat dari suatu pemikiran bahwa analogi tidak pernah menggambarkan secara 100% kondisi riil. Contoh analogi yang mungkin seringkali kita dengar tentang Allah Tritunggal adalah mengenai matahari, ada kalanya matahari memiliki sinar, panas, dan cahaya. Sama juga Allah kita memancarkan ketiga hal tersebut, tetapi hakikatnya, Ia adalah matahari. Ada pula sebuah contoh seperti misalkan saya dengan berbagai peran saya. Di rumah, saya menjadi seorang anak, di perusahaan sebagai seorang staff, dan di gereja saya berperan sebagai seorang jemaat.

Analogi-analogi tersebut berusaha untuk menjelaskan seperti apa Allah Tritunggal itu, tetapi tidak ada yang sanggup untuk menjelaskan mengenai terperinci mengenai Allah Tritunggal. Mengapa?
1.       Karena status kita sebagai ciptaan, sehingga kita tidak mungkin dapat mengenal 100% pencipta kita
2.       Penggunaan pendekatan Filsafat di dalam kita berusaha untuk mengerti pribadi Allah.

Sekalipun ada berbagai analogi, ternyata kalau kita melihat lagi bahwa ternyata analogi-analogi tersebut masih memiliki berbagai kelemahan. Tentu saja, karena analogi tidak pernah dapat 100% menjelaskan mengenai sebuah hal yang dianalogikannya. Apabila filsafat ternyata gagal untuk memahami siapa Allah yang sebenarnya, maka pendekatan apa yang dapat kita gunakan? Karena Allah Tritunggal ini ditunjukkan oleh alkitab, maka untuk mencoba memahaminya, kita perlu melakukan pendekatan dari alkitab juga.

Melihat Kitab Kejadian
Sejak kitab Kejadian, kita bisa melihat dengan begitu unik bagaimana ketritunggalan Allah. Kejadian 1:1 di dalam alkitab Bahasa Indonesia berbunyi demikian:

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.

Dalam bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk padanan kata Allah digunakan untuk menunjukkan plural. Artinya bahwa Allah di sini lebih dari satu. Namun pada kata “menciptakan”, digunakan verb untuk subyek dalam bentuk singular. Kemudian masih di kitab Kejadian 1, pada ayatnya yang kedua.

Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.

Kata “Roh Allah” disini juga menunjukkan bahwa Roh Kudus sudah ada saat peristiwa penciptaan. Ini merupakan sebuah penegasan mengenai Allah.

Kemudian juga kita melihat di Kejadian 1:26

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."

Baiklah “KITA”, bukan saya, ataupun yang lain. Tetapi sama kasusnya seperti pada Kejadian 1:1, kata kerja yang mengikutinya adalah bentuk tunggal, bukan bentuk jamak.

Melalui beberapa contoh tersebut dapat kita lihat bahwa Alkitab dengan begitu jelas menunjukkan bahwa Allah bukanlah tauhid, tetapi ada sebuah keunikan. Kata kerja yang digunakan adalah bentuk tunggal, sedangkan kata Allah sendiri dalam bentuk jamak.

Yesus sebagai “Anak Allah”
Menjadi sebuah perdebatan yang begitu sengit pula ketika kita melihat di dalam Perjanjian Baru mengenai Yesus. Orang Kristen percaya bahwa Yesus ialah Anak Allah, namun juga Ia sendiri adalah Allah. Muncul sebuah pertanyaan yang begitu sering ditanyakan oleh orang, “Kapan Yesus menyebut dirinya sebagai Allah?” dan juga ada pertanyaan lain seperti ini: “Apakah Yesus sebagai Anak Allah, berarti Dia adalah anak biologis dari Allah?”

Mari kita coba melihat sebuah contoh yang begitu riil. Misalkan kita saat ini kuliah di universitas X. Saat kita bertemu dengan seorang teman kita yang berasal dari universitas lain, kita diberikan sebuah pertanyaan: “apakah kamu anak X?” jawaban kita tentu saja adalah  “Ya”. Contoh tersebut membuktikan bahwa istilah “ANAK” disini bukan sebagai anak dalam arti biologis, namun dalam arti yang lebih dalam yakni mengenai atribut. Ketika kita sudah lulus dari universitas X, tentu saat melamar pekerjaan kita akan mencantumkan universitas X tersebut di CV kita.

Sama juga dengan istilah “Anak Allah” disini, yang berarti bahwa ketika Yesus disebut sebagai Anak Allah, berarti Dia juga memiliki atribut Allah. Mari kita coba melihat di kitab Yohanes.

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

“Pada mulanya” pada ayat ini mengarah kepada satu kondisi di awal mula kehidupan, atau asal mula segala sesuatu. Segalanya dimulai dari Firman, dan ada kata “bersama-sama” dengan Allah, dan Firman itu ADALAH ALLAH. Bukankah ini adalah sebuah penegasan bahwa Yesus sendiri ialah Allah? Hal ini menjadi penting untuk kita perhatikan karena ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa Yesus ada sejak semula bersama dengan Allah sendiri.

Tingkatan dalam Tritunggal, Adakah?
Mitologi Yunani sangat kaya akan dewa-dewa. Kita bisa melihat disana bahwa ada dewa yang tertinggi. Ada raja dewa, dan ada tingkatan dewa yang lebih rendah. Apakah tritunggal berarti bahwa ada tingkatan yang tertinggi di dalamnya? Dalam alkitab, selalu disebutkan sebagai urutan adalah Allah Bapa, Allah Anak, dan terakhir adalah Allah Roh Kudus. Apakah hal ini menunjukkan sesuatu?

Sekali lagi kita lihat bahwa tritunggal tetap berdiri teguh di tengah tantangan seperti ini. Kalau kita baca di dalam kitab Matius 28:19-20

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (Mat 28:19 ITB)

Kata “nama” disini berbentuk tunggal, bukan jamak. Artinya pernyataan tersebut mengarah kepada satu pribadi, bukan tiga. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa tidak pernah ada suatu tingkatan di dalam tritunggal tersebut.

Implikasi Pemahaman Allah Tritunggal dalam Kehidupan Kita
Sebagai orang Kristen, salah satu doktrin / pengajaran yang seringkali menjadi sebuah perdebatan adalah mengenai Allah. Tetapi penekanan yang begitu indah di dalam pengajaran ini adalah pernyataan Tuhan Yesus di dalam Yohanes 14:17b

Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia

1.       Belajar untuk tunduk dan mengakui bahwa segala sesuatunya, pemahaman kita, hidup kita, dan segala detail di dalam kehidupan kita adalah karya Allah yang luar biasa yang telah Tuhan kerjakan
2.       Belajar mengenai Tritunggal / Trinitas tidak akan pernah dapat kita selesaikan secara tuntas. Ingat posisi kita sebagai ciptaan, yang tidak dapat memahami pencipta kita 100%
3.       Masalah iman bukanlah hal yang dapat dipaksakan. Ingat bahwa ketika kita percaya kepada Yesus sendiri, kita tidak pernah bisa dipaksakan. Hanya anugrah saja yang memampukan seseorang untuk dapat mengenal Kristus secara pribadi
4.       Tritunggal juga menampakkan sebuah kebenaran yang begitu luar biasa di dalam kehidupan orang percaya. Kalau kita melihat sumber dari konsep “unity in diversity” pun, Allah Tritunggal menampakkan konsep itu dengan begitu harmonis. Ada perbedaan di dalam kehidupan kita, satu sama lain. Ada perbedaan spesies-spesies, bahkan di dalam spesies itu sendiri juga ada berbagai perbedaan tetapi tetap saja ada sebuah kesatuan yang harmonis di dalamnya.

Mari belajar untuk terus mau belajar dan diperbarui selalu di dalam kuasa kasihNya. Saya menutup dengan sebuah tulisan dari Paulus:


Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. (2Korintus 13:14)