Total Pageviews

Tuesday, September 9, 2014

Kitab Daniel : Makna Teologis Tentang Penyertaan Allah di Dalam Kehidupan Manusia


Ketika kita membaca kitab Daniel, kisah apa yang paling sering kita dengar? Tidak diragukan lagi bahwa semenjak kita mengikuti sekolah minggu, ada dua kisah yang membuat kita terbengong-bengong sampai mungkin kita hanya dapat menangkap dua kisah ini tanpa membaca kembali kitab Daniel. Dua kisah yang dimaksud adalah: (1) Ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego akan dilempar ke dalam perapian, tetapi ternyata mereka keluar dengan keadaan tidak terluka. (2) pada saat Daniel dilempar ke lubang singa, tetapi ia berhasil selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun.

Kedua kisah ini sering kita dengar dan paling tidak sebagai orang Kristen kita menghafalkannya. Tetapi lebih jauh lagi, kalau kita baca secara teliti, ada hal yang juga menarik di dalam kitab Daniel. Kitab Daniel ini juga menunjukkan satu berita yang begitu menarik. Disini kita melihat mengenai karakter dan penyertaan Allah terhadap bangsa Israel sekalipun mereka berada di tanah pembuangan Babel. Bangsa Yehuda adalah bangsa yang besar, tetapi identitas mereka sebagai sebuah bangsa yang diberkati oleh Allah akhirnya dirasa hilang oleh orang Yehuda karena akhirnya mereka dibuang ke Babel.

Kita melihat di dalam kitab Daniel ada sebuah pola yang menarik, yakni Allah yang selalu akhirnya ditinggikan. Kita melihat kisah mengenai bagaimana raja Nebukadnezar mulai bermimpi dan di seluruh negeri, tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan arti mimpi itu kepada raja. Sampai akhirnya raja mengeluarkan suatu perintah untuk menghabisi orang-orang pintar di negeri itu sebelum akhirnya Daniel keluar sebagai seorang pahlawan. Daniel menjawab dengan tepat sampai akhirnya ia dikaruniai sebuah kedudukan di dalam istana. Kita melihat disini, seorang Nebukadnezar yang terlihat begitu besar dan akhirnya umat Tuhan mulai bergerak, akhirnya ada satu perubahan sikap yang dibalik 180 derajat.

Kisah ini berlanjut di dalam pasal berikutnya mengenai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, yang mana kalau kita baca detailnya, bahkan algojo yang akan memasukkan mereka bertiga ke dalam api pun juga terbakar. Tetapi disinilah ada hal yang dapat kita pelajari: justru di dalam situasi genting seperti inilah Tuhan mau memakai umatNya menjadi satu kemuliaan bagi namaNya. Manakala dunia melihat bahwa yang paling penting adalah kenyamanan di dalam ketidakjelasan akan makna hidup, justru kekristenan menawarkan sebuah kehidupan yang memuliakan Allah.

Berlanjut kepada cerita dimana Daniel dimasukkan ke dalam goa singa. Namun kita lagi-lagi melihat bahwa singa itulah yang menjadi media untuk sebuah doksologi yang dinyatakan oleh Raja Darius, seorang Kafir! Darius yang paling besar, kemudian akhirnya menjadi lemas, dan ada satu doksologi dari orang yang paling besar itu. Artinya bahwa ada perubahan fokus hidup.

Sampai disini biasanya kita sudah hafal kitab Daniel. Tetapi kalau kita melanjutkan di pasal 7, kita membaca ada frasa “Anak Manusia”. Saat ini Daniel-lah yang menjadi lemas, dan ia akhirnya mendapat kelegaan. Apa signifikansi “Anak Manusia”? Sebenarnya ini adalah sebuah gelar mesianik, karena kita dengan jelas dapat membaca seperti apa sih Anak Manusia ini? Kita membaca bahwa “Anak Manusia” ini diberi kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja (Daniel 7:14). Apa maknanya? Yesus juga berkata bahwa Ia adalah “Anak Manusia”, yang berarti bahwa Yesus sendiri menyatakan diriNya sendiri sebagai Allah.

Ya ternyata kita membaca sebuah kitab yang jauh lebih indah bukan? Daniel ini bukan hanya sekedar kita membaca mengenai kisah anak muda yang diberkati. Jauh lebih dalam lagi ada pemaknaan teologis yang cukup mendalam yang seharusnya membuat kita menyadari akan peran kita dan pembelajaran kita sebagai orang Kristen yang perlu terus menerus teguh di dalam kehidupan memperjuangkan kekristenan kita.

Soli Deo Gloria!