“Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
-Markus 10:45-
Tahun baru merupakan satu
momen yang indah untuk kita dapat memikirkan, kira-kira sepertii apa hidup kita
di tahun yang akan datang. Sebenarnya setiap kesempatan yang Tuhan sediakan
memiliki suatu maksud dan tujuan tertentu. Tetapi momen tahun baru menjadi satu
momen yang tepat sekali untuk menanyakan di dalam kehidupan kita sendiri: apa
yang mau kita kerjakan bagi Tuhan? Resolusi apa yang belum kita komplitkan
tahun lalu dan apa yang mau kita kejar tahun ini?
Setiap tahun kita memiliki
berbagai resolusi. Target-target apa yang akan kita kejar di tahun depan, dan
kalau dalam konteks para jomblo: “siapa yang kita kejar”. Ah menarik sekali
manakala di momen pergantian tahun ini, saya percaya bahwa Allah menyediakan
momen ini untuk setidaknya kita merenungkan kembali, bagaimana kasih karunia
Allah itu begitu luar biasa di dalam kehidupan kita. Tahun baru ini selalu
menjadi masa yang begitu unik dan menarik.
Satu hal yang dapat menjadi
satu perenungan yang mendalam di dalam kehidupan kita adalah mau menjadi
seperti apa relasi kita dengan Tuhan di tahun kedepan? Hal ini mungkin
seringkali terlewat dan dirasa menjadi suatu hal yang tidak penting. Tetapi
timbul lagi satu pertanyaan mungkin di dalam kehidupan kita: “sebenarnya
pentingkah kita menyertakan hal ini sebagai suatu resolusi?”.
Seorang karyawan mungkin akan memikirkan
mengenai bagaimana impiannya kedepan untuk dapat bekerja lebih baik lagi
sehingga ia dapat setidaknya naik sub-golongan. Buat para pedagang mungkin akan
mengejar omzet sampai meningkat berapa. Banyak contoh lagi, tetapi hal itu
terkadang membuat kita menjadi orang yang berfokus pada kehidupan pribadi kita
tanpa sedikitpun mau memikirkan – apa yang menjadi rencana Tuhan di dalam
kehidupan kita.
Sangat miris melihat realitas
bahwa kita begitu mudah memikirkan visi dan misi hidup kita apabila hal itu
dikaitkan dengan income kita, ataupun mengenai jabatan kita. Hidup di dalam suatu dunia yang penuh dengan
tantangan membuat kita menjadi seseorang yang melupakan Sang Pemberi Hidup,
yang mana akhirnya kita tidak memiliki suatu tujuan yang jelas di dalam
kehidupan kita. Kita melupakan esensi kehidupan manusia dan kita akhirnya
melupakan bahwa kita ini diciptakan sebagai makhluk sosial. Alih-alih kita
dapat mengasihi sesama kita, kita malah menjadi homo homini lupus.
Firman Tuhan hari ini
mengingatkan kita bahwa menyambut momen pergantian tahun baru, kita diajak
mengingat kembali sebenarnya untuk apa kita hidup. Momen tahun baru menjadi
satu momen yang baik untuk kita terus menerus mengingat Sang Pencipta kita.
Konteks bacaan di Markus adalah Andreas dan Yakobus menanyakan, siapa yang
terbesar di antara para murid. Sangat lazim lah sebenarnya ketika kita bertanya
seperti itu bukan? Sama seperti kita yang menjadi seorang karyawan, sangat
lazim kita bertanya kepada bos kita, siapa yang terbaik?
Konteks kerajaan Allah bukan
dipandang dari prestasi. Artinya bahwa di dalam kita mengerjakan keselamatan
yang telah Tuhan sediakan, hal yang penting bukan seberapa banyak kita sudah
berkarya bagi Tuhan. Hal yang terpenting bukanlah berapa banyak jiwa yang sudah
kita bawa untuk mengenal Tuhan. Ingat bahwa ketika kita bisa melayani Dia,
ketika kita dipakai oleh Tuhan, itu pun sebenarnya juga sebuah bonus kok.
Maka dari itulah Yesus dengan
begitu lembut menyebutkan bahwa yang akan menjadi yang terbesar ialah seseorang
yang menjadi hamba atas saudara-saudaranya. Hal ini memperjelas kembali
panggilan kita, bahwa ketika kita hidup di dunia ini ternyata memang bukan
mengenai bagaimana kita dapat meninggikan diri kita. Hidup di dunia ini bukan
berarti kita berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih tinggi dan lebih hebat
daripada orang-orang yang lain. Hidup ini adalah tentang bagaimana melaksanakan
rencana Allah – dan itu berarti bahwa kita melayani orang lain di dalam
kehidupan kita.
Apakah berarti kita tidak
boleh punya target pribadi di dalam kehidupan ini? Tentu saja boleh, akan
tetapi kembali lagi pertanyaannya: apakah target itu hanya fokusnya pada
kebesaran diri kita? Apakah target itu sesuai dengan panggilan yang sudah Allah
tempatkan di dalam kehidupan kita? Ini adalah satu pertanyaan besar di dalam
dunia ini yang perlu kita jawab. Ini adalah satu pertanyaan besar dimana kita
perlu memikirkan kembali rencana yang Allah sudah tetapkan di dalam kehidupan
kita. Punyakah kita kesadaran bahwa ketika Allah sudah memberikan banyak sekali
hal dalam kehidupan kita, itu bukan hanya untuk kita keep sendiri. PrinsipNya begitu jelas kok, bahwa ketika kita
diberikan sesuatu oleh Allah, maka kita akan dituntut lebih dan lebih lagi.
Saat itu pula Dia akan menambahkan, dan kita terus memberi dan memberi.
Ketika sudah membaca hal ini,
kira-kira apakah yang menjadi resolusi kita di tahun 2015? Siapkah kita
menyongsong masa-masa penuh pengharapan di dalam Dia? Apakah kita masih saja
tetap pada tujuan hidup kita sebelum kita mengenal Kristus, ataukah kita
belajar untuk semakin hari semakin mengenal Dia di dalam Roh dan kebenaran?
Allah kita adalah Allah yang memelihara kehidupan kita hari lepas hari. Apakah
kita siap di dalam pelayanan kita untuk memuliakan Allah di dalam hidup kita –
menjalani hari-hari penuh pengharapan di dalam Dia yang memberikan kita
kekuatan untuk hidup memuliakanNya?
No comments:
Post a Comment