Total Pageviews

Sunday, December 4, 2016

Merayakan Anugrah



Merayakan Anugrah

Perayaan… Apa yang terbayang di dalam benak rekan-rekan manakala ada sebuah kata “perayaan”? Biasanya yang terbayang di dalam pemikiran kita di dalam kata tersebut adalah: “PESTA”. Sebuah pesta yang penuh dengan sukacita.

Memandang Hidup
Hidup itu seperti apa sih? Atau.. Hidup itu apa sih?
Begitu banyak orang memiliki view tentang hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang berpandangan bahwa hidup adalah permainan, dimana hidup ini cuman masalah menang dan kalah. Ada waktunya kita menang, ada waktunya kita kalah, dan semuanya itu sesuatu yang biasa dan selalu bisa dinikmati.

Ada yang bilang hidup ini adalah peperangan, dimana mau tidak mau kita harus bisa survive di dalam hidup ini. Jadi harus menang, kalau kalah berarti kita “mati”. Begitu banyak orang memiliki paradigm hidup seperti ini karena ada begitu banyak yang ingin dicapai.

Sebagai orang Kristen, kehidupan kita selayaknya kita definisikan bahwa hidup ini adalah anugrah. Adalah anugrah semata manakala setiap kita satu demi satu ada dan hidup hingga saat ini. Adalah anugrah semata manakala kita masih bisa melakukan segala sesuatu.

Kelelahan Hidup
Terus kalau kita sudah paham bahwa hidup adalah anugrah, tidak semata-mata kita merasa baik-baik saja dalam menghadapi hidup. Realitanya menjalani hidup yang penuh dengan anugrah ini bukan berarti bahwa hidup ini tanpa tantangan. Tetap saja kok kita sebagai orang Kristen akan mengalami kegagalan. Kita akan tetap mengalami kesulitan. Mungkin sesekali kita akan merasakan difitnah, dimusuhi, dipandang rendah oleh orang lain.

Inikah hidup yang penuh anugrah? Anugrah macam apa yang Tuhan sediakan? Benarkah itu hidup di dalam anugrah? Tidak jarang kita menghadapi ujian-ujian berat selama kita hidup. Bahkan tidak jarang dari kita mengalami depresi berkepanjangan. Katanya hidup itu anugrah, tetapi begitu banyak hal yang justru membuat kita mengalami kepaitan di dalam kehidupan ini.

Perubahan Hidup dalam Anugrah
Yesaya menuliskan kepada umat pada waktu itu mengenai bagaimana hidup di dalam anugrah Allah. Yesaya 35:1-10 melukiskan bagaimana ada suatu perayaan yang ditandai dengan perubahan hidup umat. Janji itupun juga masih nyata bagi setiap kita yang mau belajar untuk menikmati anugrah Allah.

Yesaya 35:1-2
Padang gurun itu bisa dipandang seperti kehidupan kita yang begitu kering, yang kosong, dimana tidak ada suatu kehidupan. Tetapi di bagian B dari ayat 1 ini menunjukkan bagaimana kondisi ketika Allah menjamah kehidupan kita. Kondisi pesta itu dapat dilihat dan dirasakan manakala kita membaca ayat 2. Ayat 2 ini menunjukkan bagaimana kondisi umat yang mensyukuri anugrah yang sudah diterima oleh mereka.

Yesaya 35:3-4
Senada dengan ayat 1-2, ayat 3 ini berbicara mengenai kondisi bagaimana kehidupan kita manakala kita merayakan kehadiran Allah di dalam kehidupan kita. Ada tangan yang lemah lesu, dan ini kita temui di dalam kehidupan yang penuh dengan perjuangan. Ada lutut yang goyah, dimana itu dapat kita alami manakala ada berbagai rintangan di dalam perjalanan kehidupan kita. Yesaya tidak menuliskan bahwa hal tersebut akan lenyap, tetapi ia berkata “KUATKANLAH”.

Ayat 4 berbicara mengenai tawar hati, dimana kondisi ini sering sekali terjadi di dalam kehidupan kita. Rakyat Israel di dalam perjalanan hidup mereka tentu merasakan jatuh bangunnya kehidupan mereka. Ada waktu dimana mereka bersukacita di dalam euforia mereka digiring keluar dari Mesir, tetapi setiap kita tahu bukan bahwa bangsa ini lebih sering menjadi bangsa yang tidak taat kepada Allah.

Namun di tengah tawar hati yang dialami bangsa Israel, Allah menunjukkan kasih-Nya melalui nabi Yesaya, yakni melalui ayat 4 ini. Sama juga di dalam kehidupan kita. Ada kalanya kita tawar hati menghadapi hidup ini, tetapi percayalah bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah lepas di dalam kehidupan kita.

Yesaya 35:5-10
Akan ada berbagai sesuatu yang terjadi atas hidup kita sebagai orang percaya. Setidaknya kalau tidak dalam waktu dekat, akan datang momen dimana setiap kita akan mengalami damai sejahtera dari Allah. Kita melihat di dalam ayat 5-10 ini adalah hal-hal yang hampir mustahil untuk dapat kita lihat. Ini adalah janji Tuhan manakala Ia akan datang.

Kalau Allah sudah berjanji demikian, bagaimana kita menanggapinya? Sama seperti bangsa Israel yang tegar tengkuk itu, yang sekalipun mereka melakukan hal-hal yang begitu jahat di mata Allah, mereka tetap dikasihi oleh Allah. Apakah kita akan menanggapi janji Tuhan itu dengan menjadi pribadi yang terus menerus mengeluh di dalam kehidupan ini, sembari tidak belajar memaknai hidup ini sebagai anugrah Allah?

Ataukah…

Kita belajar untuk melihat semua kesulitan kita sebagai suatu anugrah yang membuat kita semakin belajar untuk merasakan bahwa kita membutuhkan Yesus di dalam kehidupan ini. Yes, sikap ini akan ditunjukkan melalui kehidupan kita yang berubah. Kehidupan yang senantiasa mengucap syukur, karena kita tahu bahwa segala hal yang Tuhan persiapkan di dalam kehidupan kita tujuannya adalah rancangan damai sejahtera.

Closing
Hidup di dalam anugrah bukanlah hidup yang tanpa hambatan ataupun tantangan. Justru hidup dalam anugrah memampukan kita untuk melalui setiap pergumulan, hambatan dan tantangan itu dengan mata menatap kepada pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. Pengharapan yang memampukan kita untuk melihat pribadi Allah, yang mana memampukan kita untuk menyatakan:

GOD IS GOOD ALL THE TIME, ALL THE TIME GOD IS GOOD

Apakah kita mau belajar merayakan anugrah itu? Mari belajar membagikan hidup penuh anugrah ini kepada orang lain.

Soli Deo Gloria!