Merayakan Anugrah
Perayaan… Apa yang terbayang di
dalam benak rekan-rekan manakala ada sebuah kata “perayaan”? Biasanya yang
terbayang di dalam pemikiran kita di dalam kata tersebut adalah: “PESTA”.
Sebuah pesta yang penuh dengan sukacita.
Memandang
Hidup
Hidup itu seperti apa sih? Atau..
Hidup itu apa sih?
Begitu banyak orang memiliki view tentang hidup yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Ada yang berpandangan bahwa hidup adalah permainan,
dimana hidup ini cuman masalah menang dan kalah. Ada waktunya kita menang, ada
waktunya kita kalah, dan semuanya itu sesuatu yang biasa dan selalu bisa
dinikmati.
Ada yang
bilang hidup ini adalah peperangan, dimana mau tidak mau kita harus bisa
survive di dalam hidup ini. Jadi harus menang, kalau kalah berarti kita “mati”.
Begitu banyak orang memiliki paradigm hidup seperti ini karena ada begitu
banyak yang ingin dicapai.
Sebagai orang
Kristen, kehidupan kita selayaknya kita definisikan bahwa hidup ini adalah
anugrah. Adalah anugrah semata manakala setiap kita satu demi satu ada dan
hidup hingga saat ini. Adalah anugrah semata manakala kita masih bisa melakukan
segala sesuatu.
Kelelahan Hidup
Terus
kalau kita sudah paham bahwa hidup adalah anugrah, tidak semata-mata kita
merasa baik-baik saja dalam menghadapi hidup. Realitanya menjalani hidup yang
penuh dengan anugrah ini bukan berarti bahwa hidup ini tanpa tantangan. Tetap saja
kok kita sebagai orang Kristen akan mengalami kegagalan. Kita akan tetap mengalami
kesulitan. Mungkin sesekali kita akan merasakan difitnah, dimusuhi, dipandang
rendah oleh orang lain.
Inikah
hidup yang penuh anugrah? Anugrah macam apa yang Tuhan sediakan? Benarkah itu
hidup di dalam anugrah? Tidak jarang kita menghadapi ujian-ujian berat selama
kita hidup. Bahkan tidak jarang dari kita mengalami depresi berkepanjangan.
Katanya hidup itu anugrah, tetapi begitu banyak hal yang justru membuat kita
mengalami kepaitan di dalam kehidupan ini.
Perubahan Hidup dalam Anugrah
Yesaya
menuliskan kepada umat pada waktu itu mengenai bagaimana hidup di dalam anugrah
Allah. Yesaya 35:1-10 melukiskan bagaimana ada suatu perayaan yang ditandai
dengan perubahan hidup umat. Janji itupun juga masih nyata bagi setiap kita
yang mau belajar untuk menikmati anugrah Allah.
Yesaya 35:1-2
Padang
gurun itu bisa dipandang seperti kehidupan kita yang begitu kering, yang
kosong, dimana tidak ada suatu kehidupan. Tetapi di bagian B dari ayat 1 ini
menunjukkan bagaimana kondisi ketika Allah menjamah kehidupan kita. Kondisi pesta
itu dapat dilihat dan dirasakan manakala kita membaca ayat 2. Ayat 2 ini
menunjukkan bagaimana kondisi umat yang mensyukuri anugrah yang sudah diterima
oleh mereka.
Yesaya 35:3-4
Senada
dengan ayat 1-2, ayat 3 ini berbicara mengenai kondisi bagaimana kehidupan kita
manakala kita merayakan kehadiran Allah di dalam kehidupan kita. Ada tangan
yang lemah lesu, dan ini kita temui di dalam kehidupan yang penuh dengan
perjuangan. Ada lutut yang goyah, dimana itu dapat kita alami manakala ada
berbagai rintangan di dalam perjalanan kehidupan kita. Yesaya tidak menuliskan
bahwa hal tersebut akan lenyap, tetapi ia berkata “KUATKANLAH”.
Ayat 4
berbicara mengenai tawar hati, dimana kondisi ini sering sekali terjadi di
dalam kehidupan kita. Rakyat Israel di dalam perjalanan hidup mereka tentu
merasakan jatuh bangunnya kehidupan mereka. Ada waktu dimana mereka bersukacita
di dalam euforia mereka digiring keluar dari Mesir, tetapi setiap kita tahu
bukan bahwa bangsa ini lebih sering menjadi bangsa yang tidak taat kepada
Allah.
Namun di
tengah tawar hati yang dialami bangsa Israel, Allah menunjukkan kasih-Nya
melalui nabi Yesaya, yakni melalui ayat 4 ini. Sama juga di dalam kehidupan
kita. Ada kalanya kita tawar hati menghadapi hidup ini, tetapi percayalah bahwa
kasih setia Tuhan tidak pernah lepas di dalam kehidupan kita.
Yesaya 35:5-10
Akan ada berbagai sesuatu yang terjadi atas hidup
kita sebagai orang percaya. Setidaknya kalau tidak dalam waktu dekat, akan datang
momen dimana setiap kita akan mengalami damai sejahtera dari Allah. Kita melihat
di dalam ayat 5-10 ini adalah hal-hal yang hampir mustahil untuk dapat kita
lihat. Ini adalah janji Tuhan manakala Ia akan datang.
Kalau Allah sudah berjanji demikian, bagaimana kita
menanggapinya? Sama seperti bangsa Israel yang tegar tengkuk itu, yang
sekalipun mereka melakukan hal-hal yang begitu jahat di mata Allah, mereka
tetap dikasihi oleh Allah. Apakah kita akan menanggapi janji Tuhan itu dengan
menjadi pribadi yang terus menerus mengeluh di dalam kehidupan ini, sembari
tidak belajar memaknai hidup ini sebagai anugrah Allah?
Ataukah…
Kita belajar untuk melihat semua kesulitan kita
sebagai suatu anugrah yang membuat kita semakin belajar untuk merasakan bahwa
kita membutuhkan Yesus di dalam kehidupan ini. Yes, sikap ini akan ditunjukkan
melalui kehidupan kita yang berubah. Kehidupan yang senantiasa mengucap syukur,
karena kita tahu bahwa segala hal yang Tuhan persiapkan di dalam kehidupan kita
tujuannya adalah rancangan damai sejahtera.
Closing
Hidup di dalam anugrah bukanlah hidup yang tanpa
hambatan ataupun tantangan. Justru hidup dalam anugrah memampukan kita untuk
melalui setiap pergumulan, hambatan dan tantangan itu dengan mata menatap
kepada pengharapan yang tidak pernah mengecewakan. Pengharapan yang memampukan
kita untuk melihat pribadi Allah, yang mana memampukan kita untuk menyatakan:
GOD IS GOOD ALL THE TIME, ALL THE TIME GOD IS GOOD
Apakah kita mau belajar merayakan anugrah itu? Mari
belajar membagikan hidup penuh anugrah ini kepada orang lain.
Soli Deo Gloria!