Total Pageviews

Sunday, June 4, 2017

Memaksimalkan Hidup dalam Roh Kudus




Pendahuluan
“bagaimana hidupmu hari ini?” adalah sebuah pertanyaan yang tidak sering kita dengarkan di dalam kehidupan keseharian kita. Setidaknya hal yang paling sering ditanyakan adalah sebatas “bagaimana kabarmu”, tetapi hidupmu jauh lebih dari sekadar kabar bukan?

Atau secara lebih simple, pertanyaannya mungkin diubah menjadi: “apakah kamu sudah memaksimalkan hidupmu sedemikian rupa sehingga kamu puas dengan apa yang kamu jalani?” Sebuah pertanyaan yang cenderung jawabannya lebih pasti: “belum maksimal”. Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah “mengapa?”

Memainkan Peran Kita
Sebagai manusia kita menyadari bahwa setiap kita memiliki suatu tujuan di dalam hidup ini. Ataukah mungkin kita merasa bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah sia-sia? Contohnya, ketika kita bekerja di suatu tempat yang nggak sesuai dengan passion kita, kemudian kita merasa bahwa tidak ada hal positif yang kita dapatkan di dalam pekerjaan kita. Setiap langkah hidup yang kita ambil serasa tidak ada ujungnya, dan kita tiba pada suatu kondisi FRUSTASI untuk meneruskan kehidupan ini.

Kalau kita tidak menyadari akan peran kita maka kita akan berhenti kepada kekecewaan di dalam kekalahan berbagai persaingan di dunia ini. Akhirnya standar kita untuk berhasil adalah menurut ukuran dunia. Tentu kita perlu mengerjakan segala hal yang Tuhan percayakan secara ekselen, tetapi ekselen menurut ukuran Tuhan berbeda dengan ekselen ukuran dunia.

Berpegang pada Standar Tunggal
Ketika Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu dalam hidup kita, yang dituntut bukanlah sebuah hasil yang bombastis. Kalau yang dituntut Allah adalah sesuatu yang bombastis, maka sebenarnya Yesus adalah seorang yang gagal, Daud adalah seorang pecundang, dan semua murid merupakan orang-orang yang hidupnya sia-sia.

Nah inilah yang perlu kita sadari betul sebagai pribadi yang mau belajar untuk melakukan rencana Allah di dalam kehidupan kita. Momen Pentakosta ini sekaligus mengingatkan kita bahwa di dalam Roh Kudus, kita diberikan sebuah kesempatan untuk dapat bertumbuh di dalam setiap proses yang sudah Tuhan sediakan. Kita diberikan kemampuan, karunia dan setiap proses hidup merupakan proses pendewasaan dari Allah.

Pengakuan kepada Kuasa Yesus
Pemahaman kita akan setiap karunia yang kita miliki dimulai dengan pemahaman kita tentang pribadi yang menciptakan kita. Ya, untuk kita mengenal diri kita tentu dimulai dengan bertanya kepada pribadi yang menciptakan kita, dan niscaya Ia akan menunjukkan kepada kita jalan hidup yang indah yang akan Ia kerjakan di dalam kehidupan kita.

Menariknya adalah selain Ia mengetahui segalanya yang ada dalam hidup kita, Ia memperlengkapi kita dengan setiap karunia yang perlu di explore, dan semua dimulai dari bagaimana kita memandang pribadi Allah. Apakah kita sudah memandang Dia sebagai Allah? Menempatkan Dia sebagai satu-satunya sumber hidup (baca: berserah penuh) akan membuat kita menjadi pribadi yang makin dewasa di dalam Dia, makin mengenal setiap hal yang Tuhan percayakan, sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih efektif lagi di dalam melayani dan berkarya

Menemukan Karunia Kita
Bayangkan kita punya sebuah alat baru yang belum pernah ada di pasaran sebelumnya, dan kita belum pernah memakainya sebelumnya. Tentu saja untuk kita dapat memahami cara kerja dari alat tersebut adalah kita bisa mencoba langsung, atau kita bisa Tanya kepada yang menciptakan alat tersebut, atau biasanya pabrik pembuatnya telah menyediakan buku petunjuk penggunaan alat tersebut.

Pernahkah kita terjebak pada sebuah kondisi dimana kita bingung di dalam melangkah untuk kita meneruskan kehidupan kita? Kita demikian panik akan hal-hal yang mau kita kerjakan, sampai pada satu titik kita jenuh akan langkah kehidupan kita. Kita kemudian mulai “menghilang” dari peredaran, memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa, atau melakukan apa-apa penuh keterpaksaan. Ketika orang lain bertanya pada kita, kita mengeraskan hati kita, kita ngeyel dan tidak menerima masukan dari orang tersebut, bahkan sekalipun itu adalah orang yang merupakan inner circle kita, atau pacar kita sekalipun.

Menemukan karunia dalam hidup itu layaknya seni. Kita tidak bisa tahu 100% apa yang menjadi karunia kita, tetapi yang dapat kita pahami adalah ketika Tuhan sudah mengutus kita untuk melakukan sesuatu, maka Ia akan memperlengkapi diri kita dengan berbagai kemampuan untuk menunjang pelayanan ataupun proses kehidupan yang akan kita jalani. Dia mau supaya kita melakukannya dengan setia, bukan sebuah hasil yang Ia tuntut, tetapi proses kesetiaan kita dalam menjalani hal tersebut.

Start with God
Memulai pencarian akan karunia kita pastinya akan begitu berat. Proses ini bukanlah proses sehari kemudian jadi, tetapi proses ini bisa berlangsung seumur hidup kita. Ada orang-orang yang baru menemukan hidupnya di usia 30, 40 dan seterusnya. Yakinlah bahwa mau cepat atau lambat, tuntunan Tuhan itu selalu tersedia bagi kehidupan kita – orang yang mau belajar buat percaya kepadaNya apapun konsekuensinya.

So, ketika kita ingin memaksimalkan hidup kita dengan segala karunia yang sudah Tuhan sediakan, kuncinya ada di dalam keintiman relasi dengan Dia. Ketika kita punya relasi yang intim dengan Tuhan, ijinkan Dia untuk masuk ke dalam kehidupan kita – melalui proses hidup kita. Caranya? Dengan bersyukur senantiasa atas pelayanan yang Ia percayakan untuk kita kerjakan dalam kehidupan kita. Setiap peran yang Tuhan percayakan akan semakin memperlengkapi kehidupan kita untuk kita menjadi semakin hari semakin memaknai hubungan dengan Tuhan.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment