Pendahuluan
“bagaimana
hidupmu hari ini?” adalah sebuah pertanyaan yang tidak sering kita dengarkan di
dalam kehidupan keseharian kita. Setidaknya hal yang paling sering ditanyakan
adalah sebatas “bagaimana kabarmu”, tetapi hidupmu jauh lebih dari sekadar
kabar bukan?
Atau
secara lebih simple, pertanyaannya mungkin diubah menjadi: “apakah kamu sudah
memaksimalkan hidupmu sedemikian rupa sehingga kamu puas dengan apa yang kamu
jalani?” Sebuah pertanyaan yang cenderung jawabannya lebih pasti: “belum
maksimal”. Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah “mengapa?”
Memainkan Peran Kita
Sebagai
manusia kita menyadari bahwa setiap kita memiliki suatu tujuan di dalam hidup
ini. Ataukah mungkin kita merasa bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah sia-sia?
Contohnya, ketika kita bekerja di suatu tempat yang nggak sesuai dengan passion
kita, kemudian kita merasa bahwa tidak ada hal positif yang kita dapatkan di
dalam pekerjaan kita. Setiap langkah hidup yang kita ambil serasa tidak ada
ujungnya, dan kita tiba pada suatu kondisi FRUSTASI untuk meneruskan kehidupan
ini.
Kalau
kita tidak menyadari akan peran kita maka kita akan berhenti kepada kekecewaan
di dalam kekalahan berbagai persaingan di dunia ini. Akhirnya standar kita
untuk berhasil adalah menurut ukuran dunia. Tentu kita perlu mengerjakan segala
hal yang Tuhan percayakan secara ekselen, tetapi ekselen menurut ukuran Tuhan
berbeda dengan ekselen ukuran dunia.
Berpegang pada Standar Tunggal
Ketika
Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu dalam hidup kita, yang dituntut
bukanlah sebuah hasil yang bombastis. Kalau yang dituntut Allah adalah sesuatu
yang bombastis, maka sebenarnya Yesus adalah seorang yang gagal, Daud adalah
seorang pecundang, dan semua murid merupakan orang-orang yang hidupnya sia-sia.
Nah
inilah yang perlu kita sadari betul sebagai pribadi yang mau belajar untuk
melakukan rencana Allah di dalam kehidupan kita. Momen Pentakosta ini sekaligus
mengingatkan kita bahwa di dalam Roh Kudus, kita diberikan sebuah kesempatan
untuk dapat bertumbuh di dalam setiap proses yang sudah Tuhan sediakan. Kita diberikan
kemampuan, karunia dan setiap proses hidup merupakan proses pendewasaan dari
Allah.
Pengakuan kepada Kuasa Yesus
Pemahaman
kita akan setiap karunia yang kita miliki dimulai dengan pemahaman kita tentang
pribadi yang menciptakan kita. Ya, untuk kita mengenal diri kita tentu dimulai
dengan bertanya kepada pribadi yang menciptakan kita, dan niscaya Ia akan
menunjukkan kepada kita jalan hidup yang indah yang akan Ia kerjakan di dalam
kehidupan kita.
Menariknya
adalah selain Ia mengetahui segalanya yang ada dalam hidup kita, Ia
memperlengkapi kita dengan setiap karunia yang perlu di explore, dan semua
dimulai dari bagaimana kita memandang pribadi Allah. Apakah kita sudah
memandang Dia sebagai Allah? Menempatkan Dia sebagai satu-satunya sumber hidup
(baca: berserah penuh) akan membuat kita menjadi pribadi yang makin dewasa di dalam
Dia, makin mengenal setiap hal yang Tuhan percayakan, sehingga kita dapat
menjadi pribadi yang lebih efektif lagi di dalam melayani dan berkarya
Menemukan Karunia Kita
Bayangkan
kita punya sebuah alat baru yang belum pernah ada di pasaran sebelumnya, dan
kita belum pernah memakainya sebelumnya. Tentu saja untuk kita dapat memahami
cara kerja dari alat tersebut adalah kita bisa mencoba langsung, atau kita bisa
Tanya kepada yang menciptakan alat tersebut, atau biasanya pabrik pembuatnya
telah menyediakan buku petunjuk penggunaan alat tersebut.
Pernahkah
kita terjebak pada sebuah kondisi dimana kita bingung di dalam melangkah untuk
kita meneruskan kehidupan kita? Kita demikian panik akan hal-hal yang mau kita
kerjakan, sampai pada satu titik kita jenuh akan langkah kehidupan kita. Kita kemudian
mulai “menghilang” dari peredaran, memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa,
atau melakukan apa-apa penuh keterpaksaan. Ketika orang lain bertanya pada
kita, kita mengeraskan hati kita, kita ngeyel
dan tidak menerima masukan dari orang tersebut, bahkan sekalipun itu adalah
orang yang merupakan inner circle kita,
atau pacar kita sekalipun.
Menemukan
karunia dalam hidup itu layaknya seni. Kita tidak bisa tahu 100% apa yang
menjadi karunia kita, tetapi yang dapat kita pahami adalah ketika Tuhan sudah
mengutus kita untuk melakukan sesuatu, maka Ia akan memperlengkapi diri kita
dengan berbagai kemampuan untuk menunjang pelayanan ataupun proses kehidupan
yang akan kita jalani. Dia mau supaya kita melakukannya dengan setia, bukan
sebuah hasil yang Ia tuntut, tetapi proses kesetiaan kita dalam menjalani hal
tersebut.
Start with God
Memulai
pencarian akan karunia kita pastinya akan begitu berat. Proses ini bukanlah
proses sehari kemudian jadi, tetapi proses ini bisa berlangsung seumur hidup
kita. Ada orang-orang yang baru menemukan hidupnya di usia 30, 40 dan seterusnya.
Yakinlah bahwa mau cepat atau lambat, tuntunan Tuhan itu selalu tersedia bagi
kehidupan kita – orang yang mau belajar buat percaya kepadaNya apapun
konsekuensinya.
So,
ketika kita ingin memaksimalkan hidup kita dengan segala karunia yang sudah
Tuhan sediakan, kuncinya ada di dalam keintiman relasi dengan Dia. Ketika kita
punya relasi yang intim dengan Tuhan, ijinkan Dia untuk masuk ke dalam
kehidupan kita – melalui proses hidup kita. Caranya? Dengan bersyukur senantiasa
atas pelayanan yang Ia percayakan untuk kita kerjakan dalam kehidupan kita. Setiap
peran yang Tuhan percayakan akan semakin memperlengkapi kehidupan kita untuk
kita menjadi semakin hari semakin memaknai hubungan dengan Tuhan.
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment