Total Pageviews

Sunday, September 30, 2018

Melayani Sebagai Gaya Hidup

SPIRITUAL CHECKUP
Mzm 139

Sebuah mazmur dari Daud ini akan mengantarkan kita pada sebuah renungan tentang pelayanan. Rasa-rasanya sih sudah nggak asing lagi ya ketika menjadi seorang Kristen maka salah satu hal yang dapat kita lakukan (atau harus kita lakukan) adalah melayani. Tetapi pertanyaannya adalah ketika kita melayani Tuhan, benarkah kita melayani? Ataukah sebenarnya kita sedang memuaskan diri kita dengan kedok pelayanan?

PERIKSA MOTIVASI DALAM MELAYANI
Kalau kita mau melayani, pertama yang harus kita lakukan dan kita camkan baik-baik adalah tentang motivasi kita dalam melayani Tuhan. Begitu banyak orang ingin melayani bukan karena kesadaran karena menerima anugrah Allah, tetapi semata-mata karena ingin tampil di depan dan pada akhirnya mendapat sanjungan dan pujian dari orang-orang yang ia layani.

Waspadalah akan jebakan ketenaran dalam melayani Tuhan. Begitu mudah bagi kita terjebak dalam keinginan untuk ingin terkenal, setidaknya di gereja J

BAHAN BAKAR PELAYANAN
Kasih karunia adalah dasar dari pelayanan – dan inilah yang sering dilupakan oleh para pelayan Tuhan. Pelayanan sepenuhnya bukanlah ajang show off kita, tetapi disanalah kita bisa melihat karunia Tuhan di dalam diri kita. Berapa kali kita menghina seorang pelayan dan menyatakan bahwa ia tidak layak untuk melayani Tuhan? Ketika seseorang ternyata terlihat begitu brengsek tapi kok bisa dia berdiri di atas mimbar dan memberitakan Firman?

Ketika muncul pertanyaan tersebut, bukankah lebih baik bertanya: “kok bisa ya saya sendiri dipakai Tuhan padahal hidup saya masih aja menghakimi orang lain”. Standar yang kita kenakan kepada orang lain juga menjadi standar yang harusnya menjadi bahan bercermin kita bukan? Kasih karunia itu merupakan bahan bakar pelayanan yang takkan pernah habis. Kasih karunia yang tidak terbatas.

KEINDAHAN KASIH KARUNIA
Paulus menuliskan dalam 1Kor 2:1-5 bahwa ketika ia menyampaikan firman, yang ia andalkan hanyalah bagaimana Allah dinyatakan dalam pemberitaan yang ia sampaikan. Bukan masalah kemampuan berkotbah Paulus. Kalau kita tahu Paulus punya kemampuan yang luar biasa dalam berkotbah. Ia mempelajari agama Yudaisme, filsafat Yunani, dan berbagai ilmu yang dapat dia gunakan untuk berkotbah dengan baik dan menarik minat dari pendengarnya.

Tetapi apa yang ia beritakan bukanlah kehebatannya. Justru yang ia beritakan adalah hal-hal yang fokusnya hanya kepada Tuhan. Implikasinya pun masih relevan bukan hanya buat penginjil atau hamba Tuhan yang melayani di gereja. Ketika kita di marketplace pun prinsip yang sama juga berlaku. Apa atau siapa yang menjadi fokus pembicaraan atau pekerjaan kita? Apakah kehebatan kita ataukah melaluinya nama Tuhan yang dikenal dan ditinggikan?

Tentu bukan berarti ketika kita ada di kantor kemudian kita menyanyi lagu rohani ataupun tiba-tiba kita melakukan penginjilan dan menanyakan tentang jaminan keselamatan. Melalui tindakan kita, maka orang lain dapat melihat dan tertarik dengan hidup kita. Ketertarikan itu akan muncul menjadi hasrat untuk mengenal dasar hidup kita, dan disaat itulah kita dapat memberitakan Tuhan yang berkuasa dalam kehidupan kita.

MELAYANI SEBAGAI SUATU LIFESTYLE
Kita sudah tahu nih bahwa yang memampukan kita untuk dapat melayani dengan maksimal semata-mata adalah karena kasih karunia yang Tuhan berikan. Kalau kita sudah memahaminya, tentu kita saat ini punya pemahaman baru tentang kasih karunia. Bukan apa yang nampak, tetapi justru hal yang tidak nampaklah sebenarnya yang mendasari pelayanan kita. Tuhan melihat hati kita, Tuhan memeriksa hati kita. Jadi bukan karena kita dapat berkata-kata manis dan indah maka kita dapat melayani Tuhan, tetapi semata-mata karena Tuhan melayakkan.

Apa dasar kasih karunia? Pelayanan Tuhan Yesus sendiri. Menjadi orang Kristen berarti kita meneladani Yesus Kristus yang sudah melayani kita dan memberikan kasih karunia pada kita. Ketika gaya hidup Tuhan Yesus adalah gaya hidup melayani, kita pun sebagai muridNya diajak untuk menjadikan pelayanan sebagai gaya hidup kita.

Soli Deo Gloria!

No comments:

Post a Comment