“Mengucap syukurlah dalam segala
hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika
5:18)
Detik demi detik berlalu dengan begitu cepat hari ini.
Setelah bangun, aku melakukan hal yang tidak biasa, merapikan kamar tidurku
dengan berbagai ke-messy-an nya, dan
kutemukan beberapa slip gaji yang lama, ijazah S1 dan S2, dan sebagainya.
Diantara tumpukan buku di lemari itu pun aku melihat berbagai buku yang sudah
kubeli, memenuhi koleksi buku rohani yang jumlahnya sudah hampir dua lemari
(ngga nyangka bisa sebanyak itu!)
Tenggelam dalam rasa haru sekaligus syukur, demikianlah
perasaanku hari ini. Ketika saat teduh kembali membuka ayat Firman Tuhan dan
kemudian mencoba melakukan sedikit Pendalaman Alkitab, dan ternyata mendapatkan
sebuah topik yang begitu menarik – mengenai rasa syukur dalam kehidupan orang
percaya.
Mengucap Syukur DALAM segala hal
Aku tahu ini bukan suatu perintah yang mudah. Paulus
menuliskan hal ini kepada jemaat Tesalonika, yang merupakan jemaat dengan
berbagai problematika dan tantangan hidup. Mereka adalah jemaat yang ditekan
semasa hidupnya, tetapi dalam tekanan itu Paulus memberikan nasihat dan
perintah untuk senantiasa bersyukur dalam segala hal.
Mungkin jemaat Tesalonika akan protes ke Paulus, “hey
Paulus, kau sudah gila ya menyuruh kami untuk bersyukur. Lihat ini hidup kami
yang begitu menderita”. Nyatanya jemaat ini tidak merespons demikian. Mereka
memahami kalimat Paulus ini dan akhirnya mencoba untuk melakukannya. Ehm, dan
perintah ini bukan hanya relevan pada jaman Tesalonika, tetapi juga pada setiap
kita. Nah, menariknya juga bentuk kalimat ini present imperative. Artinya: ini sesuatu yang harus dilakukan.
Kita pun mungkin akan merespons dengan protes keras
terhadap ayat ini, karena nyatanya toh banyak banget masalah hidup yang kita
alami.
“Masakan aku harus
mengucap syukur ketika melihat dia selingkuh?”
“Memangnya aku harus mengucap syukur kala aku kehilangan pekerjaanku?”
“Aku dirampok, masa aku harus mengucap syukur?”
“Memangnya aku harus mengucap syukur kala aku kehilangan pekerjaanku?”
“Aku dirampok, masa aku harus mengucap syukur?”
“Aku baru aja gagal
investasi, habislah semua hartaku!”
Itulah yang realitanya kita alami dalam kehidupan ini,
bukan? Ucapan syukur yang cepat sekali lenyap karena berbagai rintangan hidup.
Tetapi yang di tandai miring pada sub-bagian ini adalah kata “DALAM”, dan
inilah bedanya.
Bukan “UNTUK” (for) tetapi “DALAM” (in), dan di dalam
alkitab versi King James dituliskan demikian:
In every thing give thanks: for this is the
will of God in Christ Jesus concerning you.
Cukup jelas bukan, jadi kita mengucap syukur bukan untuk
selingkuhnya pasangan kita, atau kehilangan pekerjaan kita, atau ketika
dirampok. Tetapi dalam segala kondisi kita diminta untuk mengucap syukur, bukan
untuk kehilangannya, tetapi untuk pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita.
ALASAN UNTUK MENGUCAP SYUKUR
Kunci dari mengucap syukur adalah karena kita “DI DALAM
KRISTUS”. Artinya: seorang yang di dalam Kristus berarti ia yang sudah menerima
Kristus yang sudah menerima anugrah keselamatan. Disinilah jemaat Tesalonika
menyadari bahwa mereka adalah pribadi yang begitu hina menjadi anak-anak
terang. Jaminan itu sudah mereka terima sampai akhir hidup mereka nanti. Jadi
apa sebenarnya alasan bagi kita untuk dapat mengucap syukur? Mari kita lihat
sebuah kisah di bawah ini.
Ketika seorang bapak akan keluar dari gereja, tiba-tiba
ada orang asing yang memberikan kamu voucher belanja senilai 20 juta rupiah.
“Pak, saya ingin memberi anda uang sebesar 20 juta rupiah dalam bentuk
voucher”. Sontak ketika mendengar hal tersebut, si bapak tersebut kaget dan
mulai berpikir, kenapa ya kok orang ini memberi kepadaku? “Beneran pak, eh tapi
tunggu dulu, sepertinya kurang deh pak. Ini saya kasih yang baru,” dan orang
tersebut akhirnya memberikan cek sejumlah 5 milyar. Tentu si bapak makin kaget
dan akhirnya orang tersebut pergi. Esoknya ketika si bapak mau mengecek saldo
di bank, ia tiba-tiba teringat akan cek yang ia terima dan dengan iseng ia
menyerahkan cek tersebut kepada teller. Teller pun mengkonfirmasi dan uang
tersebut ternyata benar masuk ke rekening bapak ini.
Saya yakin ketika si bapak itu sudah tua pun, ia akan
tetap menceritakan kepada anaknya dan cucunya bahwa ia pernah menerima uang
tersebut. OK, mari coba kita refleksikan bersama. Ketika aku dan kamu sudah
menerima anugrah keselamatan itu, kita mau nggak mengucap syukur? Nilainya
lebih besar dan lebih kekal daripada 5 milyar yang diterima oleh bapak itu
bukan?
Disinilah peran kasih karunia yang mengubahkan fokus
kehidupan kita. Tidak berhenti pada kasih karunia dan keselamatan yang Tuhan
berikan, namun pola pikir kita pun dapat diubahkan untuk dapat memberitakan
kasih karunia dan injil itu kepada orang lain. Ini pula yang dialami oleh
Paulus dan juga yang dimintakan kepada jemaat di Tesalonika.
SUATU PENGALAMAN RIIL
Saat itu aku terdiam seribu bahasa menghadapi berbagai
pertanyaan yang terlontar dari teman-temanku mengenai iman yang kupercaya. Aku
membaca banyak banget buku-buku teologi kontemporer dan juga buku-buku tentang
apologetika, tetapi sebenarnya di dalam diriku sendiri aku kosong. Ada satu
kekosongan dalam hati yang ternyata kalau dicek ada hal yang belum Tuhan
kuasai. Salah satunya adalah bagaimana aku dapat mengucap syukur di dalam
keselamatan yang Tuhan berikan.
Kekecewaan akan hidup ini juga aku rasakan saat kutemui
aku tidak seperti orang lain. Ada sesuatu dalam diriku yang mana aku tidak
dapat bersyukur pada waktu itu. Masa SD-SMP aku dijauhi oleh teman-temanku. Hal
ini pun berlanjut pada waktu kuliah aku tidak pernah merasakan cinta dari orang
yang kucintai. Nilai yang standar, teman-teman yang biasa aja, dan sebagainya.
Tetapi justru dalam sesuatu yang serba biasa itulah aku
mencoba melihat kembali seperti apa hidup yang Tuhan berikan. Ketika aku harus
mengalami berbagai kekecewaan dalam hidup, justru di situlah aku merasakan
pimpinan dan penyertaanNya. Saat itu yang kurasakan adalah: mungkin ini yang
dikatakan Paulus dan ia sebut sebagai menyerah kepada Kristus. Bahwa setiap hal
yang baik adalah suatu kesia-siaan tanpa adanya Kristus dalam kehidupannya.
Sejak aku menerima Kristus sebagai juruselamat, pola
pikir itu berubah. Setiap hal dapat dilihat dari sisi kasih karunia. Senantiasa
ada hal yang dapat disyukuri, dan di dalam Kristus ada kekuatan baru untuk
menjalani kehidupan ini.
Ketika Kristus menguasai hidupku, dan ketika rasa syukur
itu dapat dihasilkan melalui suatu hubungan yang intim dengan Dia, aku pun
mengajak rekan-rekan pembaca buat mau menerima Dia. Undanglah Dia dalam
hidupmu. Rasakan kuasa kasihNya yang akan mengubahkan caramu memandang dunia. Percayalah
bahwa tidak ada hidup yang terlalu hancur untuk Tuhan bisa ubahkan. Tidak ada
kekecewaan yang dapat menghancurkan kasih karunia, dan tidak ada hal di dunia
ini yang dapat menghentikan Dia untuk mengasihi kita. Ia menginginkan diriku
dan dirimu. Maukah kamu menerima-Nya? Maukah kamu dipenuhi rasa syukur atas
setiap hal yang sudah dan akan Ia kerjakan?
Tuhan Yesus Memberkati
No comments:
Post a Comment