Total Pageviews

Monday, September 24, 2018

Mengucap Syukur Atas Kasih Karunia


Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18)

Detik demi detik berlalu dengan begitu cepat hari ini. Setelah bangun, aku melakukan hal yang tidak biasa, merapikan kamar tidurku dengan berbagai ke-messy-an nya, dan kutemukan beberapa slip gaji yang lama, ijazah S1 dan S2, dan sebagainya. Diantara tumpukan buku di lemari itu pun aku melihat berbagai buku yang sudah kubeli, memenuhi koleksi buku rohani yang jumlahnya sudah hampir dua lemari (ngga nyangka bisa sebanyak itu!)

Tenggelam dalam rasa haru sekaligus syukur, demikianlah perasaanku hari ini. Ketika saat teduh kembali membuka ayat Firman Tuhan dan kemudian mencoba melakukan sedikit Pendalaman Alkitab, dan ternyata mendapatkan sebuah topik yang begitu menarik – mengenai rasa syukur dalam kehidupan orang percaya.

Mengucap Syukur DALAM segala hal

Aku tahu ini bukan suatu perintah yang mudah. Paulus menuliskan hal ini kepada jemaat Tesalonika, yang merupakan jemaat dengan berbagai problematika dan tantangan hidup. Mereka adalah jemaat yang ditekan semasa hidupnya, tetapi dalam tekanan itu Paulus memberikan nasihat dan perintah untuk senantiasa bersyukur dalam segala hal.

Mungkin jemaat Tesalonika akan protes ke Paulus, “hey Paulus, kau sudah gila ya menyuruh kami untuk bersyukur. Lihat ini hidup kami yang begitu menderita”. Nyatanya jemaat ini tidak merespons demikian. Mereka memahami kalimat Paulus ini dan akhirnya mencoba untuk melakukannya. Ehm, dan perintah ini bukan hanya relevan pada jaman Tesalonika, tetapi juga pada setiap kita. Nah, menariknya juga bentuk kalimat ini present imperative. Artinya: ini sesuatu yang harus dilakukan.

Kita pun mungkin akan merespons dengan protes keras terhadap ayat ini, karena nyatanya toh banyak banget masalah hidup yang kita alami.

“Masakan aku harus mengucap syukur ketika melihat dia selingkuh?”
“Memangnya aku harus mengucap syukur kala aku kehilangan pekerjaanku?”
“Aku dirampok, masa aku harus mengucap syukur?”
“Aku baru aja gagal investasi, habislah semua hartaku!”

Itulah yang realitanya kita alami dalam kehidupan ini, bukan? Ucapan syukur yang cepat sekali lenyap karena berbagai rintangan hidup. Tetapi yang di tandai miring pada sub-bagian ini adalah kata “DALAM”, dan inilah bedanya.

Bukan “UNTUK” (for) tetapi “DALAM” (in), dan di dalam alkitab versi King James dituliskan demikian:

In every thing give thanks: for this is the will of God in Christ Jesus concerning you.

Cukup jelas bukan, jadi kita mengucap syukur bukan untuk selingkuhnya pasangan kita, atau kehilangan pekerjaan kita, atau ketika dirampok. Tetapi dalam segala kondisi kita diminta untuk mengucap syukur, bukan untuk kehilangannya, tetapi untuk pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan kita.

ALASAN UNTUK MENGUCAP SYUKUR

Kunci dari mengucap syukur adalah karena kita “DI DALAM KRISTUS”. Artinya: seorang yang di dalam Kristus berarti ia yang sudah menerima Kristus yang sudah menerima anugrah keselamatan. Disinilah jemaat Tesalonika menyadari bahwa mereka adalah pribadi yang begitu hina menjadi anak-anak terang. Jaminan itu sudah mereka terima sampai akhir hidup mereka nanti. Jadi apa sebenarnya alasan bagi kita untuk dapat mengucap syukur? Mari kita lihat sebuah kisah di bawah ini.

Ketika seorang bapak akan keluar dari gereja, tiba-tiba ada orang asing yang memberikan kamu voucher belanja senilai 20 juta rupiah. “Pak, saya ingin memberi anda uang sebesar 20 juta rupiah dalam bentuk voucher”. Sontak ketika mendengar hal tersebut, si bapak tersebut kaget dan mulai berpikir, kenapa ya kok orang ini memberi kepadaku? “Beneran pak, eh tapi tunggu dulu, sepertinya kurang deh pak. Ini saya kasih yang baru,” dan orang tersebut akhirnya memberikan cek sejumlah 5 milyar. Tentu si bapak makin kaget dan akhirnya orang tersebut pergi. Esoknya ketika si bapak mau mengecek saldo di bank, ia tiba-tiba teringat akan cek yang ia terima dan dengan iseng ia menyerahkan cek tersebut kepada teller. Teller pun mengkonfirmasi dan uang tersebut ternyata benar masuk ke rekening bapak ini.

Saya yakin ketika si bapak itu sudah tua pun, ia akan tetap menceritakan kepada anaknya dan cucunya bahwa ia pernah menerima uang tersebut. OK, mari coba kita refleksikan bersama. Ketika aku dan kamu sudah menerima anugrah keselamatan itu, kita mau nggak mengucap syukur? Nilainya lebih besar dan lebih kekal daripada 5 milyar yang diterima oleh bapak itu bukan?

Disinilah peran kasih karunia yang mengubahkan fokus kehidupan kita. Tidak berhenti pada kasih karunia dan keselamatan yang Tuhan berikan, namun pola pikir kita pun dapat diubahkan untuk dapat memberitakan kasih karunia dan injil itu kepada orang lain. Ini pula yang dialami oleh Paulus dan juga yang dimintakan kepada jemaat di Tesalonika.

SUATU PENGALAMAN RIIL

Saat itu aku terdiam seribu bahasa menghadapi berbagai pertanyaan yang terlontar dari teman-temanku mengenai iman yang kupercaya. Aku membaca banyak banget buku-buku teologi kontemporer dan juga buku-buku tentang apologetika, tetapi sebenarnya di dalam diriku sendiri aku kosong. Ada satu kekosongan dalam hati yang ternyata kalau dicek ada hal yang belum Tuhan kuasai. Salah satunya adalah bagaimana aku dapat mengucap syukur di dalam keselamatan yang Tuhan berikan.

Kekecewaan akan hidup ini juga aku rasakan saat kutemui aku tidak seperti orang lain. Ada sesuatu dalam diriku yang mana aku tidak dapat bersyukur pada waktu itu. Masa SD-SMP aku dijauhi oleh teman-temanku. Hal ini pun berlanjut pada waktu kuliah aku tidak pernah merasakan cinta dari orang yang kucintai. Nilai yang standar, teman-teman yang biasa aja, dan sebagainya.

Tetapi justru dalam sesuatu yang serba biasa itulah aku mencoba melihat kembali seperti apa hidup yang Tuhan berikan. Ketika aku harus mengalami berbagai kekecewaan dalam hidup, justru di situlah aku merasakan pimpinan dan penyertaanNya. Saat itu yang kurasakan adalah: mungkin ini yang dikatakan Paulus dan ia sebut sebagai menyerah kepada Kristus. Bahwa setiap hal yang baik adalah suatu kesia-siaan tanpa adanya Kristus dalam kehidupannya.

Sejak aku menerima Kristus sebagai juruselamat, pola pikir itu berubah. Setiap hal dapat dilihat dari sisi kasih karunia. Senantiasa ada hal yang dapat disyukuri, dan di dalam Kristus ada kekuatan baru untuk menjalani kehidupan ini.

Ketika Kristus menguasai hidupku, dan ketika rasa syukur itu dapat dihasilkan melalui suatu hubungan yang intim dengan Dia, aku pun mengajak rekan-rekan pembaca buat mau menerima Dia. Undanglah Dia dalam hidupmu. Rasakan kuasa kasihNya yang akan mengubahkan caramu memandang dunia. Percayalah bahwa tidak ada hidup yang terlalu hancur untuk Tuhan bisa ubahkan. Tidak ada kekecewaan yang dapat menghancurkan kasih karunia, dan tidak ada hal di dunia ini yang dapat menghentikan Dia untuk mengasihi kita. Ia menginginkan diriku dan dirimu. Maukah kamu menerima-Nya? Maukah kamu dipenuhi rasa syukur atas setiap hal yang sudah dan akan Ia kerjakan?

Tuhan Yesus Memberkati

No comments:

Post a Comment