Total Pageviews

Sunday, December 8, 2013

"You Are The Apple of My Eye" ~ God

Kata-kata yang begitu indah bukan waktu kita mendengar seseorang yang mengucapkan hal itu kepada kita? Ya tentu saja! Bayangkan seseorang yang menjadi sahabat kita kemudian datang dan memeluk kita kemudian berkata seperti itu! Bukankah hati kita akan langsung ‘melambung tinggi’? Ah sungguh indahnya manakala kita boleh mendengar kata-kata itu dari orang yang kita sayangi.

Persoalannya ternyata kita jarang mendapatkan kata-kata itu bukan? Boro-boro kita mendengar kata-kata itu, dalam hidup kita tidak jarang malah kita mendapatkan makian bahkan dari orang-orang terdekat kita. Bahkan kita juga mendapatkan omelan-omelan dari orang tua kita, kita mengeluh dan sampai akhirnya tidak jarang kita mengumpat kepada orang tua ataupun teman kita. Di sinilah natur kita sebagai manusia berdosa ternyata benar-benar diuji bukan?

Lebih jauh lagi kalau kita melihat hidup kita, sama juga ternyata di dalam hidup kita ada banyak sekali pergumulan dan tantangan di dalam hidup kita. Banyak kekecewaan yang terjadi dalam hidup kita yang membuat kita stress, yang pada akhirnya berakhir pada hal-hal yang jauh lebih mengerikan – minuman keras, game online, rokok, kopi, narkoba, dan sampai kepada bunuh diri. Ya, itulah kekosongan hidup.

Realitas ini membuat kita seharusnya menyadari bahwa kita butuh ‘sesuatu’ yang melebihi semuanya itu. Adakah? Ya tentu saja ada. Ada pribadi yang begitu mengasihi kita – sadar atau tidak sadar. Pribadi itu adalah pribadi yang dengan kedua tangan yang terbuka menyambut kita yang mau datang kepadaNya. Seperti dalam perumpamaan tentang anak yang hilang di Lukas 15, Sang Bapa menanti sang anak bungsu untuk kembali. Ia menunggu tanpa lelah dan ketika anak itu datang kembali kepadanya, sang bapa menyambut dia. Siapakah pribadi itu? Pribadi itu ialah Allah sendiri.

Mari membuka alkitab kita dan mulai membaca sebuah kitab yang menyatakan betapa besar kasih Allah kepada bangsa Israel, yakni kitab Hosea. Kitab Hosea menunjukkan dengan kita betapa luar biasanya kasih Allah di dalam kehidupan orang Israel. Orang Israel digambarkan sebagai Gomer, seorang pelacur, dan Allah memberikan ilustrasi kasihNya melalui Hosea. Seperti apa kasihNya? Hosea akhirnya mengawini Israel, dan kalau kita membaca selanjutnya, di Hosea 1:10-11 dan Hosea 2:17-22 itu janji Tuhan yang mana Israel akan dipulihkan.

Ini gambaran kasih Allah yang begitu besar bagi bangsa Israel. Tetapi bukan hanya itu. Selanjutnya kita bisa melihat Hosea menunjukkan benar-benar bagaimana kasih Allah. Gambaran kasih itu dapat dilihat di Hosea 3. Gomer yang sudah diambil menjadi seorang istri bagi Hosea, kemudian kembali kepada persundalan. Ini menggambarkan sebenarnya bagaimana hidup manusia yang masih dikuasai dosa. Tetapi apa yang dilakukan Hosea?

Hosea 3:2  Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.

Tidak pernah kita bayangkan bukan? Ini suatu gambaran bahwa Allah selalu mengejar dan terus mengejar kita. Ia berlari kepada kita saat kita bahkan menjauh dari Dia. Pertanyaannya adalah maukah kita datang kepadaNya? Itu pertanyaan yang harus kita renungkan di dalam kehidupan kita. Kasih itulah yang dinyatakan Allah di dalam hidup kita, dan hanya ada satu kata yang menggambarkan kasih itu: “PENGAMPUNAN”. TIada pernah sedetikpun Allah membiarkan hidup kita. Kita hanya perlu belajar untuk memaknai kata-kata “You are the apple of My eye” dan itu dikatakan oleh Sang Pencipta kita.
Pernah membayangkan hal itu? Kita manusia yang sangat tidak sebanding dengan Allah namun disebut sebagai “biji mata Allah”? Pernahkah kita membayangkan bahwa saat kita menyakiti hati Allah, Dia tetap membuka kedua lenganNya? Kita sering bertanya seberapa besar kasih Allah bagi kita? Jawabannya ada di Salib. Ya, itulah kasih Allah. Kasih yang begitu besar. Allah yang selalu mengejar kita dan terus mengejar kita, hingga kita tertangkap oleh kasih itu.

Heran dengan kasih Allah itu? Saya heran, bahwa di tengah banyak orang yang seharusnya lebih baik dari pribadi saya, tapi Ia memilih saya untuk menjadi anakNya. Hati Allah yang tidak pernah berhenti untuk mencari jiwa yang terhilang. Hati yang tidak pernah tahan saat melihat kita terhilang, bukan karena Dia kehilangan sesuatu, tetapi karena kita kehilangan segalanya di dalam hidup kita – yakni pribadi Allah itu sendiri.

Refleksi ini mengingatkan kita untuk terus bersandar kepadaNya. Mengakui Dia sebagai juruselamat dan hidup. Menikmati anugrah yang sudah Ia berikan sambil terus mensyukuri hidup kita. Siapa kita sehingga kita dikasihi? Kita ini cuman ciptaan kok. Ciptaan yang super terbatas, ciptaan yang harusnya nggak layak untuk Ia kasihi, tetapi Ia mengambil kita! Ia memberikan hidup baru – melalui lahir baru kita. Ciptaan baru, itulah yang disebut oleh Paulus.

Mari belajar menikmati kasihNya, melalui ucapan syukur sambil terus mengingat “You are the apple of My eye”… itulah yang Tuhan katakan di dalam kasihNya… Itulah janji Tuhan bagi setiap kita.


Soli Deo Gloria