Total Pageviews

Saturday, March 5, 2016

Menggombali Allah

“Tuhan, aku mau menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk-Mu”

Seringkah kita mendengarkan kalimat ini? Biasanya ini adalah kalimat saat kita ikut KKR ataupun kita ingin mengerjakan sesuatu yang jauh lebih susah dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Kita menjadi pribadi yang sangat sentimental. Kita menjadi seseorang yang begitu suka untuk “merayu” Allah. Kita menjadi pribadi yang begitu senang untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang “gombal” kepada Allah.

Mengapa dikatakan gombal? Sebelumnya kita perlu melihat kembali kepada tingkah laku kehidupan kita. Ketika kita mengatakan bahwa kita ingin menyerahkan hidup kita sepenuhnya bagi Tuhan, apakah itu sesuatu basa-basi agar kita terlihat rohani, ataukah kita benar-benar mengatakan itu dari lubuk hati yang terdalam?

Segalanya adalah Bagi KemuliaanNya
Kekristenan tidak dapat dihidupi hanya dengan gombalan-gombalan kita kepada Allah. Apa makna dari “menyerahkan hidup” kita sepenuhnya kepada Allah? Paulus menuliskan kepada jemaat di Roma, makna dari menyerahkan hidup adalah sebagai berikut:

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)

Kalimat ini begitu mantap. Tulisan Paulus ini menunjukkan bagaimana sikap hidup kita di dalam kita menyerahkan diri kita kepada Allah. Disini dituliskan untuk kita dapat mempersembahkan tubuhmu. Makna persembahan adalah dimana kita sama sekali tidak punya hak atas sesuatu barang ataupun hal yang kita persembahkan. Artinya ketika kita mempersembahkan sesuatu (misalkan uang) kepada gereja maka kita tidak punya hak lagi atas uang tersebut. Nah sama seperti analogi tersebut, mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti kita sama sekali tidak memiliki kendali atau hak atas kehidupan kita.

Kemudian Paulus menuliskan selanjutnya adalah persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang hidup menunjukkan bahwa di dalam kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan untuk Tuhan pakai, kita dituntut untuk menjadi sesuatu yang hidup. Ciri-ciri kehidupan adalah adanya pertumbuhan, dan kemudian setelah bertumbuh besar akan menghasilkan buah. Ciri khas dari seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Tuhan adalah adanya pertumbuhan di dalam iman kepada Dia sehingga dapat menghasilkan buah pelayanan yang dapat dinikmati oleh banyak orang.

Yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, merujuk kepada sebuah sikap hidup yang harus menjadi ciri khas kita sebagai seorang Kristen. Kekudusan merupakan salah satu ciri utama orang Kristen. Kekudusan bukanlah suatu hal yang harus dikejar, namun merupakan sesuatu yang telah nyata manakala seseorang benar-benar menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Mengapa Paulus sampai menuliskan hal ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena di ayat sebelumnya yakni 11:36 mengatakan demikian

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)
Bebas dari Rasa Kuatir

Menyerahkan segala sesuatu itu juga termasuk kekuatiran hidup kita. Seringkali kita mendengarkan kotbah mengenai kekuatiran dan bagaimana kita seharusnya tidak kuatir akan apapun juga. Memang benar bahwa seharusnya seorang Kristen jauh dari rasa kuatir. Hal itu dialami oleh karena Tuhan Yesus memberikan sebuah janji berikut:

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26)

Artinya dari ayat ini adalah bahwasanya kita tidak perlu kuatir akan apapun juga yang akan kita hadapi. Kehidupan kita seharusnya bebas dari kekuatiran karena kuasa kebangkitan Allah menghancurkan segala hal yang membuat kita kuatir.

“Benar sih kak, aku sebenarnya nggak kuatir, toh aku sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan”

Benarkah ketika kita mengatakan kalimat di atas maka kita akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Yakinkah bahwa segala problematika yang kita hadapi mau kita serahkan kepada Tuhan? Seringkali dengan cepat kita menjawab “MAU” tetapi pada realitasnya begitu berbeda. Apa yang kita lakukan sama sekali berbeda dengan apa yang kita ucapkan. Kita terus menerus menjalani hidup ini seakan tidak ada Allah.

Kita masih saja pusing terhadap hal remeh temeh yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan. Kita justru memfokuskan pemikiran kita, energy kita kepada sesuatu yang sama sekali meaningless. Kita lupa bahwa fokus hidup kita adalah untuk kemuliaan Allah, namun justru hal-hal yang remeh itulah yang menjadi fokus hidup kita seolah Allah tidak ada!

Kebebasan kita dari kekuatiran adalah salah satu ciri dari seseorang yang mau menyerahkan segalanya. Penyerahan diri akan menghasilkan hidup yang menjadi berkat sekaligus tanpa sebuah beban. Kita bisa dengan bebas dan menikmati anugrah Tuhan, dan itulah yang Tuhan mau kita kerjakan.

Kesimpulan: Allah Yang Memegang Kendali
Kehidupan yang memuliakan Allah adalah kehidupan yang diserahkan kepada Allah. Hal itu meliputi segala aspek hidup: pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, dan sebagainya. Semua aspek hidup kita mau kita persembahkan kepada Raja di atas segala raja. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepadaNya, damai sejahtera Kristus akan menaungi hidup kita sehingga kita dapat hidup dengan tenang dan tanpa rasa kuatir akan hari esok. Kesemuanya itu karena kita menyadari bahwa Allah yang memegang kendali.

Kalau kita kemudian kehilangan iman, cukup ingat bahwa manakala kita hidup sampai kita membaca tulisan ini, Allah telah menyertai perjalanan hidup kita. Kalau sedari lahir hingga saat ini Allah menyertai kita, bukankah penyertaan itu akan selalu ada sampai selama-lamanya, sampai saatnya kita bertemu muka dengan muka dengan Dia?


Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment