“Tuhan,
aku mau menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk-Mu”
Seringkah
kita mendengarkan kalimat ini? Biasanya ini adalah kalimat saat kita ikut KKR
ataupun kita ingin mengerjakan sesuatu yang jauh lebih susah dari apa yang kita
lakukan sebelumnya. Kita menjadi pribadi yang sangat sentimental. Kita menjadi
seseorang yang begitu suka untuk “merayu” Allah. Kita menjadi pribadi yang
begitu senang untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang “gombal” kepada Allah.
Mengapa
dikatakan gombal? Sebelumnya kita perlu melihat kembali kepada tingkah laku
kehidupan kita. Ketika kita mengatakan bahwa kita ingin menyerahkan hidup kita
sepenuhnya bagi Tuhan, apakah itu sesuatu basa-basi agar kita terlihat rohani,
ataukah kita benar-benar mengatakan itu dari lubuk hati yang terdalam?
Segalanya adalah Bagi KemuliaanNya
Kekristenan
tidak dapat dihidupi hanya dengan gombalan-gombalan kita kepada Allah. Apa makna
dari “menyerahkan hidup” kita sepenuhnya kepada Allah? Paulus menuliskan kepada
jemaat di Roma, makna dari menyerahkan hidup adalah sebagai berikut:
Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)
Kalimat
ini begitu mantap. Tulisan Paulus ini menunjukkan bagaimana sikap hidup kita di
dalam kita menyerahkan diri kita kepada Allah. Disini dituliskan untuk kita
dapat mempersembahkan tubuhmu. Makna persembahan adalah dimana kita sama sekali
tidak punya hak atas sesuatu barang ataupun hal yang kita persembahkan. Artinya
ketika kita mempersembahkan sesuatu (misalkan uang) kepada gereja maka kita
tidak punya hak lagi atas uang tersebut. Nah sama seperti analogi tersebut,
mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti kita sama sekali tidak memiliki
kendali atau hak atas kehidupan kita.
Kemudian
Paulus menuliskan selanjutnya adalah persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang hidup menunjukkan bahwa di dalam
kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan untuk Tuhan pakai, kita dituntut untuk
menjadi sesuatu yang hidup. Ciri-ciri kehidupan adalah adanya pertumbuhan, dan
kemudian setelah bertumbuh besar akan menghasilkan buah. Ciri khas dari
seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Tuhan adalah adanya pertumbuhan di
dalam iman kepada Dia sehingga dapat menghasilkan buah pelayanan yang dapat
dinikmati oleh banyak orang.
Yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah, merujuk kepada sebuah sikap hidup yang
harus menjadi ciri khas kita sebagai seorang Kristen. Kekudusan merupakan salah
satu ciri utama orang Kristen. Kekudusan bukanlah suatu hal yang harus dikejar,
namun merupakan sesuatu yang telah nyata manakala seseorang benar-benar
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Mengapa
Paulus sampai menuliskan hal ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena di
ayat sebelumnya yakni 11:36 mengatakan demikian
Sebab
segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)
Bebas dari Rasa Kuatir
Menyerahkan
segala sesuatu itu juga termasuk kekuatiran hidup kita. Seringkali kita
mendengarkan kotbah mengenai kekuatiran dan bagaimana kita seharusnya tidak
kuatir akan apapun juga. Memang benar bahwa seharusnya seorang Kristen jauh
dari rasa kuatir. Hal itu dialami oleh karena Tuhan Yesus memberikan sebuah
janji berikut:
Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26)
Artinya
dari ayat ini adalah bahwasanya kita tidak perlu kuatir akan apapun juga yang
akan kita hadapi. Kehidupan kita seharusnya bebas dari kekuatiran karena kuasa
kebangkitan Allah menghancurkan segala hal yang membuat kita kuatir.
“Benar
sih kak, aku sebenarnya nggak kuatir, toh aku sudah menyerahkan semuanya kepada
Tuhan”
Benarkah
ketika kita mengatakan kalimat di atas maka kita akan menyerahkan semuanya
kepada Tuhan? Yakinkah bahwa segala problematika yang kita hadapi mau kita
serahkan kepada Tuhan? Seringkali dengan cepat kita menjawab “MAU” tetapi pada
realitasnya begitu berbeda. Apa yang kita lakukan sama sekali berbeda dengan
apa yang kita ucapkan. Kita terus menerus menjalani hidup ini seakan tidak ada
Allah.
Kita
masih saja pusing terhadap hal remeh temeh yang seharusnya tidak perlu kita
pikirkan. Kita justru memfokuskan pemikiran kita, energy kita kepada sesuatu
yang sama sekali meaningless. Kita lupa bahwa fokus hidup kita adalah untuk
kemuliaan Allah, namun justru hal-hal yang remeh itulah yang menjadi fokus hidup
kita seolah Allah tidak ada!
Kebebasan
kita dari kekuatiran adalah salah satu ciri dari seseorang yang mau menyerahkan
segalanya. Penyerahan diri akan menghasilkan hidup yang menjadi berkat
sekaligus tanpa sebuah beban. Kita bisa dengan bebas dan menikmati anugrah
Tuhan, dan itulah yang Tuhan mau kita kerjakan.
Kesimpulan: Allah Yang Memegang Kendali
Kehidupan
yang memuliakan Allah adalah kehidupan yang diserahkan kepada Allah. Hal itu
meliputi segala aspek hidup: pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, dan
sebagainya. Semua aspek hidup kita mau kita persembahkan kepada Raja di atas
segala raja. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepadaNya, damai sejahtera
Kristus akan menaungi hidup kita sehingga kita dapat hidup dengan tenang dan
tanpa rasa kuatir akan hari esok. Kesemuanya itu karena kita menyadari bahwa
Allah yang memegang kendali.
Kalau
kita kemudian kehilangan iman, cukup ingat bahwa manakala kita hidup sampai
kita membaca tulisan ini, Allah telah menyertai perjalanan hidup kita. Kalau
sedari lahir hingga saat ini Allah menyertai kita, bukankah penyertaan itu akan
selalu ada sampai selama-lamanya, sampai saatnya kita bertemu muka dengan muka
dengan Dia?
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment