Total Pageviews

Saturday, May 31, 2014

Pelayanan Yeremia

 Yeremia – sesosok nabi yang menarik. Mellow, merasa rendah, penuh dengan pergumulan dan ratapan, tetapi di balik itu dia adalah pribadi yang begitu jujur dan punya sebuah kerinduan bagi bangsanya, untuk mengembalikan bangsa kepunyaan Tuhan itu ke jalan yang benar.

Yeremia adalah pribadi yang menarik. Ia menerima langsung panggilan Allah, sekalipun di masa mudanya. Yeremia yang pada awalnya ketakutan luar biasa tetapi akhirnya berangkat juga. Di tengah pelayanan nabi ini, ada berbagai macam pergumulan yang secara jujur sekali ia ungkapkan. Kalau kita baca kitab Yeremia secara lengkap, bahkan ada satu poin dimana ia jujur di hadapan Allah sampai mengatakan bahwa Allah adalah “sungai yang curang[i]”. Sekali waktu di tengah pergumulannya, ia menyatakan iman yang luar biasa.

Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
(Yeremia 20:9)

Yeremia mengajarkan beberapa prinsip pelayanan yang perlu kita pahami. Memang kalau kita membahas seluruh kitab Yeremia, kita akan melihat berbagai kisah, tetapi saat ini kita akan fokus pada bagaimana pelayanan Yeremia itu didasari hanya oleh kuasa Tuhan dan semuanya adalah bagi kemuliaan Tuhan.

1.   Yeremia taat dan setia
Ketaatan Yeremia nampak sejak awal Allah memanggil dia sebagai seorang nabi. Sekalipun pada awalnya ia rendah diri karena masih muda, tetapi setelah diberikan janji penyertaan Allah, ia pun berangkat.
Baca seluruh kitab nabi Yeremia dan kalau kita perhatikan di dalam beberapa kesempatan ia bergumul tetapi tetap ia taat atas panggilan yang Tuhan berikan di dalam kehidupannya. Yeremia 20:9 itu merupakan salah satu deklarasi bahwa di tengah pergumulan yang begitu berat, ia tetap belajar untuk setia melayani Tuhan.

2.   Kuasa Firman itu cukup untuk kita dapat melayani Dia
Saat aku masih bergereja di Surabaya, aku pernah diberikan suatu kepercayaan untuk melayani sebagai pemimpin kelompok cell group. Mulanya aku begitu takut, dan memang benar ketika awal aku memimpin aku sempat menangis di hadapan anak-anak yang aku bimbing, terkait dengan ulah mereka. Saat itu aku begitu malu dan segera mengakhiri pertemuan itu. Setelah itu aku menghadap mentorku dan satu hal yang aku sadari: aku mengandalkan kekuatanku sendiri di dalam pelayanan ini.
Yeremia tahu benar bahwa panggilan itu berasal dari Allah. Oleh karena keyakinan itulah ia melayani. Allah “menaruh perkataan-perkataan di dalam mulutnya[ii]”. Hal ini menjadi satu pembelajaran bagi kita, bahwa pelayanan itu sebenarnya bukan kita yang bekerja. Pelayanan adalah gawe-nya Tuhan, oleh karena itu semuanya adalah dari Dia, bagi Dia, dan oleh Dia[iii].

3.   Belajar jujur di hadapan Tuhan
Pergumulan yang dihadapi Yeremia adalah bagaimana ia ingin sekali bangsa itu kembali ke jalan yang benar. Karena itulah di dalam doa-doa yang dipanjatkan Yeremia, ia selalu berdoa bagi bangsa itu, terlepas juga ia sangat jujur di hadapan Allah mengenai kondisinya.
Ketika kita mengerti akan panggilan Allah di dalam kehidupan kita, seharusnya kita menyadari bahwa kita perlu jujur di hadapan Tuhan. Memang benar tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan, namun di dalam pelayanan, kita perlu belajar untuk curhat ke Tuhan, belajar jujur atas kekecewaan kita, kemarahan kita, pergumulan kita. Mencari jawaban dari Tuhan dan benar-benar mengandalkan Dia sebagai satu-satunya sumber jawaban.

4.   Process oriented
Apa sih yang salah di dalam pelayanan Yeremia? Dia sudah memberitakan injil dengan baik. Kita dibandingkan Yeremia tidak ada apa-apanya kan? Dia memberitakan Firman dan kalau kita lihat effort yang dilakukan Yeremia, bukankah Yeremia sudah begitu maksimal di dalam pelayanan?
Apa yang dia dapatkan? Tidak lain hanyalah pelayanan tanpa hasil. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada hal yang indah menurut pandangan manusia, tidak ada hal yang patut dibanggakan.
Tetapi sadarkah bahwa pelayanan Yesus pun juga berakhir seperti itu bukan? Selalu ada tantangan dan Yesus pun berakhir di kayu salib, yang merupakan lambang kehinaan terbesar jaman itu. Dampak pelayanan Yeremia apa? Kalau kita baca kitab Daniel, dialah yang menemukan gulungan kitab yang ditulis oleh Yeremia! Ia menemukan bahwa pembuangan ke Babel sudah dinubuatkan oleh Yeremia dan hal itu membuat Daniel menyadari dan semakin mengenal Allah.
Jangan pernah menilai sebuah pelayanan dari jumlah orang yang bertobat, atau bagaimana melalui perkataan kita seseorang bisa menerima Yesus. Pelayanan itu adalah perubahan diri sendiri menjadi orang yang semakin kenal Kristus, dan melalui kehidupan kita, tindakan kita, pemikiran kita, dan pemberitaan kitalah maka orang lain dapat tertarik dan Roh Kudus akan menggerakkan orang tersebut untuk dapat mengenal Kristus.

“Aku hidup di hadapan Sang Penonton Tunggal, di hadapan orang lain aku tidak perlu membuktikan apapun, tidak perlu meraih apapun, tidak perlu kehilangan apapun[iv]

Yeremia sudah memperlihatkan bahwa prinsip terutama pada pelayanan bukan pada prestasi, bukan pada skill, tetapi mengenai satu kesadaran akan panggilan Tuhan di dalam kehidupannya. Itulah yang membuat Yeremia mampu bertahan, dan dapat jujur di hadapan Tuhan, sambil terus berpegang penuh padaNya. Inilah kebenaran alkitab, yang mana kita perlu terus belajar untuk memurnikan motivasi kita, menajamkan visi kehidupan kita sambil terus menyerah kepada Tuhan.

Apa yang membuat anda takut melayani? Apa yang menjadi halangan bagi kita untuk melayani? Kalau kita sadar bahwa semuanya adalah karena Allah, dan bagi Allah, maka kita tidak perlu sungkan sebagai orang yang sudah menerima anugrah. AnugrahNya itulah yang akan mendorong kita untuk dapat melakukan hal yang terbaik. AnugrahNya itulah yang menjadi sumber pengharapan. AnugrahNya itulah yang membentuk suatu keinginan dan kerinduan bagi kita untuk terus hidup bagi kemuliaanNya.

Selamat merenungkan dan memuliakanNya
Soli Deo Gloria





[i] Yeremia 15:8
[ii] Yeremia 1:9
[iii] Roma 11:36
[iv] Charles Gordon, seperti dikutip dalam buku The Call karya Os Guinness