Yeremia
– sesosok nabi yang menarik. Mellow, merasa rendah, penuh dengan pergumulan dan
ratapan, tetapi di balik itu dia adalah pribadi yang begitu jujur dan punya
sebuah kerinduan bagi bangsanya, untuk mengembalikan bangsa kepunyaan Tuhan itu
ke jalan yang benar.
Yeremia
adalah pribadi yang menarik. Ia menerima langsung panggilan Allah, sekalipun di
masa mudanya. Yeremia yang pada awalnya ketakutan luar biasa tetapi akhirnya
berangkat juga. Di tengah pelayanan nabi ini, ada berbagai macam pergumulan
yang secara jujur sekali ia ungkapkan. Kalau kita baca kitab Yeremia secara
lengkap, bahkan ada satu poin dimana ia jujur di hadapan Allah sampai
mengatakan bahwa Allah adalah “sungai yang curang[i]”.
Sekali waktu di tengah pergumulannya, ia menyatakan iman yang luar biasa.
Tetapi apabila aku berpikir: "Aku
tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi
nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang
menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk
menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
(Yeremia 20:9)
Yeremia
mengajarkan beberapa prinsip pelayanan yang perlu kita pahami. Memang kalau
kita membahas seluruh kitab Yeremia, kita akan melihat berbagai kisah, tetapi
saat ini kita akan fokus pada bagaimana pelayanan Yeremia itu didasari hanya
oleh kuasa Tuhan dan semuanya adalah bagi kemuliaan Tuhan.
1. Yeremia
taat dan setia
Ketaatan
Yeremia nampak sejak awal Allah memanggil dia sebagai seorang nabi. Sekalipun
pada awalnya ia rendah diri karena masih muda, tetapi setelah diberikan janji
penyertaan Allah, ia pun berangkat.
Baca
seluruh kitab nabi Yeremia dan kalau kita perhatikan di dalam beberapa
kesempatan ia bergumul tetapi tetap ia taat atas panggilan yang Tuhan berikan
di dalam kehidupannya. Yeremia 20:9 itu merupakan salah satu deklarasi bahwa di
tengah pergumulan yang begitu berat, ia tetap belajar untuk setia melayani
Tuhan.
2. Kuasa
Firman itu cukup untuk kita dapat melayani Dia
Saat
aku masih bergereja di Surabaya, aku pernah diberikan suatu kepercayaan untuk
melayani sebagai pemimpin kelompok cell group. Mulanya aku begitu takut, dan
memang benar ketika awal aku memimpin aku sempat menangis di hadapan anak-anak
yang aku bimbing, terkait dengan ulah mereka. Saat itu aku begitu malu dan
segera mengakhiri pertemuan itu. Setelah itu aku menghadap mentorku dan satu
hal yang aku sadari: aku mengandalkan kekuatanku sendiri di dalam pelayanan
ini.
Yeremia
tahu benar bahwa panggilan itu berasal dari Allah. Oleh karena keyakinan itulah
ia melayani. Allah “menaruh perkataan-perkataan di dalam mulutnya[ii]”.
Hal ini menjadi satu pembelajaran bagi kita, bahwa pelayanan itu sebenarnya
bukan kita yang bekerja. Pelayanan adalah gawe-nya
Tuhan, oleh karena itu semuanya adalah dari Dia, bagi Dia, dan oleh Dia[iii].
3. Belajar
jujur di hadapan Tuhan
Pergumulan
yang dihadapi Yeremia adalah bagaimana ia ingin sekali bangsa itu kembali ke
jalan yang benar. Karena itulah di dalam doa-doa yang dipanjatkan Yeremia, ia
selalu berdoa bagi bangsa itu, terlepas juga ia sangat jujur di hadapan Allah
mengenai kondisinya.
Ketika
kita mengerti akan panggilan Allah di dalam kehidupan kita, seharusnya kita
menyadari bahwa kita perlu jujur di hadapan Tuhan. Memang benar tidak ada yang
tersembunyi di mata Tuhan, namun di dalam pelayanan, kita perlu belajar untuk curhat ke Tuhan, belajar jujur atas
kekecewaan kita, kemarahan kita, pergumulan kita. Mencari jawaban dari Tuhan
dan benar-benar mengandalkan Dia sebagai satu-satunya sumber jawaban.
4. Process
oriented
Apa sih yang salah di dalam
pelayanan Yeremia? Dia sudah memberitakan injil dengan baik. Kita dibandingkan
Yeremia tidak ada apa-apanya kan? Dia memberitakan Firman dan kalau kita lihat effort yang dilakukan Yeremia, bukankah
Yeremia sudah begitu maksimal di dalam pelayanan?
Apa yang dia dapatkan? Tidak lain
hanyalah pelayanan tanpa hasil. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada hal yang
indah menurut pandangan manusia, tidak ada hal yang patut dibanggakan.
Tetapi sadarkah bahwa pelayanan
Yesus pun juga berakhir seperti itu bukan? Selalu ada tantangan dan Yesus pun
berakhir di kayu salib, yang merupakan lambang kehinaan terbesar jaman itu.
Dampak pelayanan Yeremia apa? Kalau kita baca kitab Daniel, dialah yang
menemukan gulungan kitab yang ditulis oleh Yeremia! Ia menemukan bahwa
pembuangan ke Babel sudah dinubuatkan oleh Yeremia dan hal itu membuat Daniel
menyadari dan semakin mengenal Allah.
Jangan pernah menilai sebuah
pelayanan dari jumlah orang yang bertobat, atau bagaimana melalui perkataan
kita seseorang bisa menerima Yesus. Pelayanan itu adalah perubahan diri sendiri
menjadi orang yang semakin kenal Kristus, dan melalui kehidupan kita, tindakan
kita, pemikiran kita, dan pemberitaan kitalah maka orang lain dapat tertarik
dan Roh Kudus akan menggerakkan orang tersebut untuk dapat mengenal Kristus.
“Aku
hidup di hadapan Sang Penonton Tunggal, di hadapan orang lain aku tidak perlu
membuktikan apapun, tidak perlu meraih apapun, tidak perlu kehilangan apapun[iv]”
Yeremia
sudah memperlihatkan bahwa prinsip terutama pada pelayanan bukan pada prestasi,
bukan pada skill, tetapi mengenai satu kesadaran akan panggilan Tuhan di dalam
kehidupannya. Itulah yang membuat Yeremia mampu bertahan, dan dapat jujur di
hadapan Tuhan, sambil terus berpegang penuh padaNya. Inilah kebenaran alkitab,
yang mana kita perlu terus belajar untuk memurnikan motivasi kita, menajamkan
visi kehidupan kita sambil terus menyerah kepada Tuhan.
Apa
yang membuat anda takut melayani? Apa yang menjadi halangan bagi kita untuk
melayani? Kalau kita sadar bahwa semuanya adalah karena Allah, dan bagi Allah,
maka kita tidak perlu sungkan sebagai orang yang sudah menerima anugrah.
AnugrahNya itulah yang akan mendorong kita untuk dapat melakukan hal yang
terbaik. AnugrahNya itulah yang menjadi sumber pengharapan. AnugrahNya itulah
yang membentuk suatu keinginan dan kerinduan bagi kita untuk terus hidup bagi
kemuliaanNya.
Selamat
merenungkan dan memuliakanNya
Soli
Deo Gloria