Total Pageviews

Sunday, September 6, 2015

Allah Yang Setia

Duduk diam dan merenungkan betapa indahnya kasih Allah merupakan satu hal yang begitu sulit aku lakukan saat aku berada di bangku SMA. Betapa tidak, ada begitu banyak alasan untuk aku mengeluh atas hidupku. Begitu banyak hal yang aku rasakan merupakan “penghukuman Allah” di tengah-tengah kehidupan ini. Sekalipun aku lahir di dalam keluarga Kristen, tetapi tetap saja ada perasaan dimana aku adalah pribadi yang “terbuang”.

Ketika aku mengingat masa-masa itu, aku menjadi sedih, sekaligus bersyukur atas setiap proses yang aku alami. Proses hidup itulah yang saat ini aku renungkan merupakan suatu proses yang penuh dengan pertanyaan sekaligus tuntunan Tuhan yang begitu luar biasa. Betapa tidak, kalau saat ini aku boleh ikut melayani Tuhan, aku boleh tergabung di dalam vocal group, aku boleh punya pekerjaan, aku bisa makan setiap hari, aku bisa mentraktir teman-temanku, bukankah itu merupakan anugrah yang harus syukuri di dalam hidup ini? Aku merenungkan itu merupakan hal yang begitu indah yang Tuhan berikan. Tetapi satu hal yang terutama! Apa itu? Melalui perjalanan hidupku aku memiliki satu kesimpulan yang jelas mengenai Allah.

“Allah itu adalah Allah yang setia”

Betapa ketika menyimpulkan kalimat itu untuk pertama kalinya, aku tercengang dan takjub betapa keindahan kasih karunia Allah dalam hidupku adalah hal terindah yang Tuhan berikan. Apakah itu? Pengenalanku akan pribadiNya. Bagaimana Ia menunjukkan kepadaku betapa besarnya kasihNya, betapa dalamnya anugrahNya, betapa indah jalan hidup yang Ia berikan, semuanya terangkai indah di dalam kehidupanku.

Kesetiaan Yang Teruji Kondisi
Kalau anda sudah punya seorang pacar atau kekasih, apalagi yang sedang LDR-an (seperti saya.. hehehe) pasti pernah merasakan betapa kita ingin bertemu sang kekasih, sekedar untuk menyapa, melihat wajahnya, bertatapan mata ke mata, merasakan dan menikmati kisah cinta setelah sekian lama tak jumpa. Bukannya curcol nih, tapi memang begitulah keadaan ketika kita sedang menjalani hubungan LDR.

Orang bilang ketika menjalani LDR, hubungan akan menjadi rawan sekali. Ada satu komitmen yang tegas dan jelas yang harus dipegang antara kedua belah pihak. Menariknya lagi ketika LDR, mau berapapun duit yang kita keluarkan untuk ketemu, kita selalu mengusahakannya. Kita selalu berusaha untuk bertemu dan saling bercengkerama, saling bercerita, saling berbagi, dan saling berkomunikasi.

Nah begitu pula ketika kita berhubungan dengan Allah kita. Hubungan dengan Allah nggak perlu duit, cuman punya lutut pun kita bisa bertemu. Uniknya lagi kalau pacar kita terkadang lagi nggak mood saat diajak bicara, dia bisa malah ngambek. Berbeda dengan Allah kita. Ketika kita banyak curcol, banyak protes, dan kita belajar untuk jujur terhadap perasaan kita kepada Allah, maka Ia akan dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Ia selalu siap sedia di dalam kondisi apapun.

Bener juga sih. Pertanyaan yang harus kita renungkan adalah: ketika Allah sudah setia di dalam Dia menyediakan begitu banyak tuntunan dan berkat di dalam kehidupan kita, bisa nggak kita belajar untuk menyediakan diri kita di hadapanNya? Maukah kita datang saat ini dengan sebuah ungkapan syukur bahwa Ia adalah pribadi yang begitu setia dan adil, pribadi yang menyambut kita dengan sabar, pribadi yang mendengarkan setiap keluhan kita, Dia tidak pernah bosan untuk itu.

Kesetiaan Yang Tak Pernah Lupa
“Janji yang manis, kau tak kulupakan, tak terombang ambing lagi jiwaku…” sebuah lagu hymn yang sering banget dinyanyikan, berjudul Janji Yang Manis. Saya merenungkan kalimat-kalimat di dalam lagu itu.

Pernahkah kita berhutang sesuatu kepada seseorang? Ketika kita berhutang, kita punya dua sikap, apakah kita akan bersikeras melunasinya, atau berharap bahwa orang tersebut akan melupakan bahwa kita pernah berhutang kepadanya. Itu kalau hutang, kalau kita yang ternyata memberikan pinjaman sesuatu kepada orang lain? Kita selalu berharap bahwa orang tersebut tanpa ditagihpun akhirnya akan mengembalikannya (apalagi kalau ada bunganya! J)

Contoh lain: buat teman-teman nih, kira-kira pasti ingat donk ulang tahun dari pacarnya. Bagaimana kalau kita sampai melupakan tanggal tersebut? Wah bahaya! Begitu juga kalau misalnya pacar kita melupakan tanggal ulang tahun kita. Kira-kira gimana perasaan temen-temen?

Kalau kekasih kita saja begitu punya hasrat dan ingatan untuk terus mengingat kita, bahkan sesuatu yang kadang kurang bermakna, bagaimana dengan Allah yang menciptakan kita, yang janjiNya sudah begitu teruji? Ia tidak pernah melupakan setiap detil yang kita kerjakan di dalam hidup kita. KesetiaanNya adalah kesetiaan yang kekal, yang tak pernah sekalipun Ia melupakan setiap hal yang kita kerjakan.

Menarik untuk kita renungkan, kapan terakhir kali kita mengingat Allah? Apakah itu saat kita mendapatkan begitu banyak berkat? Ataukah justru saat kita merasa begitu banyak hal yang tidak dapat kita tangani sendiri sebagai manusia barulah kita menghadap kepadaNya? Yuk kita jujur mengintrospeksi pribadi kita masing-masing, apakah dalam hidup kita justru kita lupa untuk bersyukur tetapi selalu ingat kalau kita protes kepadaNya? Seberapa tingkat syukur kita manakala kita masih diijinkan untuk datang kepadaNya secara langsung di dalam doa-doa kita?

KisahNya Atas Hidup Kita
Saat ini saya mengajak setiap kita untuk dapat merenungkan betapa Allah kita adalah Allah yang menyusun kisah hidup kita. Renungkan bahwasanya ketika sampai saat ini kita bisa hidup, bukankah semuanya itu hanyalah karena kemurahan kasih Allah?

Aku merenungkan di dalam kisah hidupku. Lahir di keluarga yang sederhana, dengan tingkat kedisiplinan orang tua yang begitu tinggi. Aku lahir dengan kondisi tidak sempurna di dalam kehidupanku. Aku punya kecacatan di tanganku yang membuat aku minder sampai aku SMA, bahkan sampai kuliahpun aku takut ketika aku harus bertemu dengan seorang wanita. Aku tidak punya prestasi yang begitu “wah”, dan aku bukanlah pribadi yang berani untuk ngomong di depan umum.

Sampai suatu kali aku diperkenalkan kepada Pribadi yang agung itu. Pribadi yang menebus dosaku, Pribadi yang tidak pernah meninggalkan aku, yang selalu menuntun aku dalam menjalani kehidupan ini. Pribadi itulah yang membuat aku sadar betapa kehidupan ini kalau aku jalani sendiri maka aku bisa kelelahan di dalam menjalaninya.

Kisah itu berlanjut dengan aku berhasil menyelesaikan studi S1ku dengan begitu banyak hal di dalamnya. Sahabat-sahabat yang baru, pelayanan di gereja, dan begitu banyak tanggung jawab yang Tuhan mulai berikan. Bagaimana dengan pasangan hidup? Oh Tuhan memberikan sepaket, dan itu yang Tuhan berikan ketika aku studi S2. Namanya adalah Jessica, seseorang yang Tuhan ijinkan untuk hadir di dalam kehidupanku, yang mana aku bergumul bersamanya tentang hubungan kami selama 14 bulan hingga akhirnya kami menjalani relasi LDR.
Apakah hanya sampai disitu?

Kalau selama aku hidup, ketika aku belum mengenal Dia, Ia sudah memberikan begitu banyak tuntunan, Ia begitu setia menantikan kehadiranku, bukankah Ia adalah Allah yang setia. Ia adalah Allah dari teman-teman juga. Allah yang juga menantikan teman-teman untuk mau belajar menyerahkan segalanya kepadaNya. Kekecewaan, beban hidup, pengalaman tersakiti, kekurangan, ataupun sebaliknya. Sukacita, damai sejahtera, itulah yang mau Tuhan sediakan di dalam kehidupan kita.

Kalau selama 25 tahun ini Tuhan sudah memberikan tuntunanNya, maka sampai kapanpun Ia akan menyusun dan menuliskan kisah itu. Andreas yang saat ini sedang bekerja di Bogor, yang sedang menjalani relasinya dengan Jessica, dan seterusnya. Ia terus menerus menuliskan kisah kesetiaanNya di dalam hidup kita. Kita mau tidak untuk melangkah bersamaNya? Ketenangan hidup yang Ia janjikan bukan hanya untuk 25 tahun. Sampai seterusnya mari kita belajar untuk tenang, menikmati kesetiaan kuasa kasihNya, dan terus belajar untuk berjalan di dalam trackNya.

Satu lagu untuk menutup perenungan ini. Sebuah lagu yang menyatakan betapa agungnya kasih Kristus, betapa Ia adalah pribadi yang setia, dan kita pun ingin belajar memaknainya atas hidup kita.

TENANGLAH KINI HATIKU

TENANGLAH KINI HATIKU
TUHAN MEMIMPIN LANGKAHKU
DI TIAP SAAT DAN KERJA
TETAP ‘KU RASA TANGAN-NYA

REFF:
TUHANLAH YANG MEMBIMBINGKU
TANGANKU DIPEGANG TEGUH
HATIKU BERSERAH PENUH
TANGANKU DIPEGANG TEGUH

TAK KUSESALKAN HIDUPKU
BETAPA JUGA NASIBKU
SEBAB ENGKAU TETAP DEKAT
TANGAN-MU ‘KU PEGANG ERAT

‘PABILA TAMAT TUGASKU
KAU B’RIKAN KEMENANGAN-MU
TAK KUTAKUTI MAUT SERAM
SEBAB TANGANKU KAU GENGGAM


No comments:

Post a Comment