SPIRITUAL CHECKUP
Mzm 139
Sebuah mazmur dari Daud ini akan mengantarkan kita pada
sebuah renungan tentang pelayanan. Rasa-rasanya sih sudah nggak asing lagi ya
ketika menjadi seorang Kristen maka salah satu hal yang dapat kita lakukan
(atau harus kita lakukan) adalah melayani. Tetapi pertanyaannya adalah ketika
kita melayani Tuhan, benarkah kita melayani? Ataukah sebenarnya kita sedang
memuaskan diri kita dengan kedok pelayanan?
PERIKSA MOTIVASI
DALAM MELAYANI
Kalau kita mau melayani, pertama yang harus kita lakukan
dan kita camkan baik-baik adalah tentang motivasi kita dalam melayani Tuhan.
Begitu banyak orang ingin melayani bukan karena kesadaran karena menerima
anugrah Allah, tetapi semata-mata karena ingin tampil di depan dan pada akhirnya
mendapat sanjungan dan pujian dari orang-orang yang ia layani.
Waspadalah akan jebakan ketenaran dalam melayani Tuhan. Begitu
mudah bagi kita terjebak dalam keinginan untuk ingin terkenal, setidaknya di
gereja J
BAHAN BAKAR
PELAYANAN
Kasih karunia adalah dasar dari pelayanan – dan inilah
yang sering dilupakan oleh para pelayan Tuhan. Pelayanan sepenuhnya bukanlah
ajang show off kita, tetapi disanalah kita bisa melihat karunia Tuhan di dalam
diri kita. Berapa kali kita menghina seorang pelayan dan menyatakan bahwa ia
tidak layak untuk melayani Tuhan? Ketika seseorang ternyata terlihat begitu
brengsek tapi kok bisa dia berdiri di atas mimbar dan memberitakan Firman?
Ketika muncul pertanyaan tersebut, bukankah lebih baik
bertanya: “kok bisa ya saya sendiri dipakai Tuhan padahal hidup saya masih aja
menghakimi orang lain”. Standar yang kita kenakan kepada orang lain juga
menjadi standar yang harusnya menjadi bahan bercermin kita bukan? Kasih karunia
itu merupakan bahan bakar pelayanan yang takkan pernah habis. Kasih karunia
yang tidak terbatas.
KEINDAHAN KASIH
KARUNIA
Paulus menuliskan dalam 1Kor 2:1-5 bahwa ketika ia
menyampaikan firman, yang ia andalkan hanyalah bagaimana Allah dinyatakan dalam
pemberitaan yang ia sampaikan. Bukan masalah kemampuan berkotbah Paulus. Kalau kita
tahu Paulus punya kemampuan yang luar biasa dalam berkotbah. Ia mempelajari
agama Yudaisme, filsafat Yunani, dan berbagai ilmu yang dapat dia gunakan untuk
berkotbah dengan baik dan menarik minat dari pendengarnya.
Tetapi apa yang ia beritakan bukanlah kehebatannya. Justru
yang ia beritakan adalah hal-hal yang fokusnya hanya kepada Tuhan. Implikasinya
pun masih relevan bukan hanya buat penginjil atau hamba Tuhan yang melayani di
gereja. Ketika kita di marketplace pun prinsip yang sama juga berlaku. Apa atau
siapa yang menjadi fokus pembicaraan atau pekerjaan kita? Apakah kehebatan kita
ataukah melaluinya nama Tuhan yang dikenal dan ditinggikan?
Tentu bukan berarti ketika kita ada di kantor kemudian
kita menyanyi lagu rohani ataupun tiba-tiba kita melakukan penginjilan dan
menanyakan tentang jaminan keselamatan. Melalui tindakan kita, maka orang lain
dapat melihat dan tertarik dengan hidup kita. Ketertarikan itu akan muncul
menjadi hasrat untuk mengenal dasar hidup kita, dan disaat itulah kita dapat
memberitakan Tuhan yang berkuasa dalam kehidupan kita.
MELAYANI SEBAGAI
SUATU LIFESTYLE
Kita sudah tahu nih bahwa yang memampukan kita untuk
dapat melayani dengan maksimal semata-mata adalah karena kasih karunia yang
Tuhan berikan. Kalau kita sudah memahaminya, tentu kita saat ini punya
pemahaman baru tentang kasih karunia. Bukan apa yang nampak, tetapi justru hal
yang tidak nampaklah sebenarnya yang mendasari pelayanan kita. Tuhan melihat
hati kita, Tuhan memeriksa hati kita. Jadi bukan karena kita dapat berkata-kata
manis dan indah maka kita dapat melayani Tuhan, tetapi semata-mata karena Tuhan
melayakkan.
Apa dasar kasih karunia? Pelayanan Tuhan Yesus sendiri. Menjadi
orang Kristen berarti kita meneladani Yesus Kristus yang sudah melayani kita
dan memberikan kasih karunia pada kita. Ketika gaya hidup Tuhan Yesus adalah
gaya hidup melayani, kita pun sebagai muridNya diajak untuk menjadikan
pelayanan sebagai gaya hidup kita.
Soli Deo Gloria!