Di dalam alkitab, ada banyak pribadi yang menarik dan perlu untuk kita pelajari, dan salah satunya adalah seorang nabi yang dikenal sebagai nabi yang melankolis yakni Yeremia. kalau kita baca dari kitab Yeremia, Ia adalah seorang yang sangat melankolis dan ekspresif. Selain itu ada banyak hal yang menarik kalau kita membaca kitab ini dari awal hingga akhir. Kali ini saya mencoba untuk melihat sedikit momen saat Ia dipanggil untuk pelayanan. Kita jugaakan melihat seperti apa implikasinya.
Yeremia dipanggil langsung oleh Allah di dalam masa mudanya. Di masa mudanya Ia mendapatkan panggilan Tuhan secara langsung dan ini bisa kita lihat di Yeremia 1:4-5
Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."
Mungkin tak seorang pun dari kita mendapatkan privilege seperti yg didapatkan Yeremia dari panggilan itu. Tapi poin yang menarik adalah apa yang Allah katakan kepada Yeremia bahwa semenjak di kandungan pun Allah telah memilih Yeremia. Saya sendiri yakin bahwa bukan hanya Yeremia sebenarnya yang Ia pilih, tetapi juga setiap kita. Allah memanggil kita untuk memiliki suatu relasi di dalam Dia. Ia telah menguduskan kita. Menguduskan dalam hal ini merujuk kepada "dipisahkan" dari yang lain.
Kita perlu belajar menerima hal ini sebagai suatu realitas hidup. Allah memanggil kita dan kita mendapatkan suatu privilege luar biasa. Kalau kita melihat sekitar kita dan juga diri kita sendiri, kita pun sebenarnya juga perlu untuk evaluasi diri kita. Apakah selama ini kita sudah memaknai panggilan tersebut di dalam hidup kita? Kita dipanggil bukan hanya untuk menikmati berkat dari Tuhan. Kita dipanggil juga untuk melayani Dia dengan tidak gentar.
Yeremia 1:6 Maka aku menjawab: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda."
Inilah yang juga menjadi suatu alasan bagi kebanyakan orang. Hal ini juga saya pribadi alami di gereja tempat saya beribadah. Ada banyak orang muda enggan untuk memulai suatu pelayanan. Ada yang merasa tidak mampu untuk melayani, ada yang merasa minder, ada pula yang memang telah mengalami kepaitan. Yeremia juga pernah mengalami kepaitan, tetapi hal itu akan kita bahas nanti di tulisan berikutnya.
Kita mengakui bahwa hidup kita adalah milik Tuhan, bukankah begitu? Anehnya ketika kita diminta untuk pelayanan buat Tuhan, kenapa sih kita merasa tidak mampu? Sama sih, semua juga sebenarnya tidak ada yang mampu, karena memang semuanya dari Tuhan. Kalau hari ini pun saya bisa mempublish tulisan ini, bukankah itu juga dialaskan pada ketidakmampuan saya, tetapi bagaimana Tuhan bekerja melalui talenta saya, melalui bakat saya, dan kemampuan saya.
Jadi mengapa kita merasa minder atas setiap hal yang Ia percayakan atas kehidupan kita? Layakkah kita minder dan kita merasa tidak mampu? Ketika kita minder dan kita merasa bahwa kita tidak bisa melakukan suatu hal yang Allah percayakan, maka kita sebenarnya juga secara tidak langsung tidak memiliki pemahaman yang benar tentang Allah. Sikap kebalikannya pun juga tidak benar. Waspadalah terhadap overconfidence - suatu sikap dimana kita merasa diri kita mampu melakukan apapun tanopa melibatkan Allah di dalam setiap hidup kita. Saya pernah merasakan ini dan percayalah rekan2, hal ini sangat tidak nyaman. Ketika kita mampu melakukan apapun dan melupakan Allah, kita perlu segera berbalik kepadaNya, mohon ampun atas kelancangan kita.
Yeremia 1:7-8 Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."
Jaminan penyertaan Tuhan itu nyata! Ayat ini menunjukkan pada kita bahwa kita hanya perlu percaya kepadaNya. Panggilan Allah atas hidup kita itu mutlak. Mau tidak mau kita harus melakukannya. Ayat ke 8 menyatakan hal tersebut. Jadi sebenarnya ketika kita akan memulai suatu pelayanan apapun, apa yang kita takutkan? Terkait dengan skill, Tuhan yang akan menyediakannya.
Kita hanya perlu terus belajar sambil memaksimalkan kehidupan kita di dalam Dia. Apa yang menjadi ketakutan kita di dalam kita akan memulai suatu pelayanan? Masuk akalkah ketakutan kita? Mari belajar dalam hidup ini untuk kita melihat bahwa Ia yang memimpin setiap aspek hidup kita. Ia yang menyertai setiap langkah kehidupan kita. Ia yang akan menuntun kita untuk setia sampai akhir. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga intimasi denganNya.
Soli Deo Gloria