Total Pageviews

Tuesday, March 29, 2016

Kebangkitan Kristus yang Mengubahkan Hidup

Setiap kali kita merayakan Paskah, apa yang kita rasakan? Betapa begitu banyak orang menjadi tersadar akan pengorbanan Kristus di kayu salib dan itu membuat mereka bersyukur. Menarik bahwa berita Paskah menjadi sesuatu yang begitu bermakna di dalam kehidupan umat Kristen. Bagaimana tidak kalau kita merenungkan bahwa keagungan kasih Allah kepada umatNya di dalam karya salib merupakan sebuah karya agung. Karya yang sama sekali tidak pernah terbayangkan, yang memberikan suatu jaminan bagi setiap orang untuk menikmati dan mengerjakan keselamatan itu.

Apa signifikansi Paskah di dalam kehidupan kita? Coba kita lihat 7 poin berikut:

1.      Mengingat kembali Kasih Kristus atas kehidupan kita
Sadarlah bahwa setiap kita adalah pribadi yang berharga di mata Tuhan. Keberhargaan itu Ia tunjukkan melalui karya penyelamatan Yesus Kristus di kayu salib. Salib merupakan lambang kehinaan, tetapi justru melalui salib itulah karya terbesar dikerjakan oleh Allah.

2.      Mengambil Rupa Seorang Hamba
Tidak dapat dilepaskan dari Paskah tentunya adalah bagaimana kita meneladani Kristus. Seorang hamba yang taat kepada tuannya, dan itulah yang Yesus tunjukkan melalui kehidupan Kristus. Yesus yang taat kepada perintah Bapa, begitu pula hidup kita pun perlu dimaknai sebagai ketaatan penuh sebagai seorang hamba, apapun pekerjaan dan profesi kita.

3.      Menjadi Buah
Bijih gandum harus jatuh ke tanah, mengorbankan dirinya supaya muncul kehidupan. Sama dengan kematian Kristus menjadi sebuah pengharapan akan hidup baru, hidup yang menghasilkan buah. Apa buah itu? Tentu saja itu adalah pemberitaan Firman kepada orang-orang yang belum mengenalNya.

4.      Mementingkan Kepentingan Orang Lain
Pemberitaan yang dikabarkan oleh Alkitab menunjukkan sikap dari Yesus, yang dalam hal ini sebagai seorang Tuan. Artinya begitu mengesankan bahwa justru di dalam posisi yang paling tertinggi, Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dianggap hina oleh dunia di sekitar kita.

5.      Perubahan Hidup
Sesuatu yang paling nyata di dalam kehidupan yang menerima Tuhan Yesus adalah perubahan hidup. Rasul Paulus mengalami hal ini manakala Ia “tertangkap” oleh kuasa kasihNya. Perubahan hidup yang signifikan dialami oleh Paulus, dan itupun seharusnya menjadi nyata atas kehidupan kita.

6.      Kehidupan Yang Bermakna
Kehidupan murid-murid setelah Yesus mati adalah kehidupan yang dirasakan fana. Serasa kehilangan tujuan hidup yang semula, mereka menjadi pribadi-pribadi yang ragu untuk meneruskan hidup. Tetapi kebangkitan Kristus menjadikan mereka dapat berkarya, memaknai hidup mereka yang dulunya hidup mereka flat menjadi hidup yang penuh proses.

7.      Janji Keselamatan
Kebangkitan Kristus merupakan sebuah janji akan adanya pengharapan di masa depan. Hal ini membuat kita menyadari bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang fana. Janji itu ialah janji yang nyata, dan kebangkitan Kristus menjadi bukti bahwa pada saatnya nanti kita akan merasakan kebangkitan itu

Demikianlah tujuh poin yang mana dapat kita pelajari dari peristiwa Paskah. Paskah menunjukkan kuasa dan kasih Kristus, dan itupun yang akan kita alami manakala kita belajar untuk menjadikan Dia sebagai juruselamat kita.


Soli Deo Gloria!

Saturday, March 5, 2016

Menggombali Allah

“Tuhan, aku mau menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk-Mu”

Seringkah kita mendengarkan kalimat ini? Biasanya ini adalah kalimat saat kita ikut KKR ataupun kita ingin mengerjakan sesuatu yang jauh lebih susah dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Kita menjadi pribadi yang sangat sentimental. Kita menjadi seseorang yang begitu suka untuk “merayu” Allah. Kita menjadi pribadi yang begitu senang untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang “gombal” kepada Allah.

Mengapa dikatakan gombal? Sebelumnya kita perlu melihat kembali kepada tingkah laku kehidupan kita. Ketika kita mengatakan bahwa kita ingin menyerahkan hidup kita sepenuhnya bagi Tuhan, apakah itu sesuatu basa-basi agar kita terlihat rohani, ataukah kita benar-benar mengatakan itu dari lubuk hati yang terdalam?

Segalanya adalah Bagi KemuliaanNya
Kekristenan tidak dapat dihidupi hanya dengan gombalan-gombalan kita kepada Allah. Apa makna dari “menyerahkan hidup” kita sepenuhnya kepada Allah? Paulus menuliskan kepada jemaat di Roma, makna dari menyerahkan hidup adalah sebagai berikut:

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)

Kalimat ini begitu mantap. Tulisan Paulus ini menunjukkan bagaimana sikap hidup kita di dalam kita menyerahkan diri kita kepada Allah. Disini dituliskan untuk kita dapat mempersembahkan tubuhmu. Makna persembahan adalah dimana kita sama sekali tidak punya hak atas sesuatu barang ataupun hal yang kita persembahkan. Artinya ketika kita mempersembahkan sesuatu (misalkan uang) kepada gereja maka kita tidak punya hak lagi atas uang tersebut. Nah sama seperti analogi tersebut, mempersembahkan tubuh kepada Tuhan berarti kita sama sekali tidak memiliki kendali atau hak atas kehidupan kita.

Kemudian Paulus menuliskan selanjutnya adalah persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Persembahan yang hidup menunjukkan bahwa di dalam kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan untuk Tuhan pakai, kita dituntut untuk menjadi sesuatu yang hidup. Ciri-ciri kehidupan adalah adanya pertumbuhan, dan kemudian setelah bertumbuh besar akan menghasilkan buah. Ciri khas dari seseorang yang menyerahkan dirinya kepada Tuhan adalah adanya pertumbuhan di dalam iman kepada Dia sehingga dapat menghasilkan buah pelayanan yang dapat dinikmati oleh banyak orang.

Yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, merujuk kepada sebuah sikap hidup yang harus menjadi ciri khas kita sebagai seorang Kristen. Kekudusan merupakan salah satu ciri utama orang Kristen. Kekudusan bukanlah suatu hal yang harus dikejar, namun merupakan sesuatu yang telah nyata manakala seseorang benar-benar menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Mengapa Paulus sampai menuliskan hal ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena di ayat sebelumnya yakni 11:36 mengatakan demikian

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36)
Bebas dari Rasa Kuatir

Menyerahkan segala sesuatu itu juga termasuk kekuatiran hidup kita. Seringkali kita mendengarkan kotbah mengenai kekuatiran dan bagaimana kita seharusnya tidak kuatir akan apapun juga. Memang benar bahwa seharusnya seorang Kristen jauh dari rasa kuatir. Hal itu dialami oleh karena Tuhan Yesus memberikan sebuah janji berikut:

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26)

Artinya dari ayat ini adalah bahwasanya kita tidak perlu kuatir akan apapun juga yang akan kita hadapi. Kehidupan kita seharusnya bebas dari kekuatiran karena kuasa kebangkitan Allah menghancurkan segala hal yang membuat kita kuatir.

“Benar sih kak, aku sebenarnya nggak kuatir, toh aku sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan”

Benarkah ketika kita mengatakan kalimat di atas maka kita akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Yakinkah bahwa segala problematika yang kita hadapi mau kita serahkan kepada Tuhan? Seringkali dengan cepat kita menjawab “MAU” tetapi pada realitasnya begitu berbeda. Apa yang kita lakukan sama sekali berbeda dengan apa yang kita ucapkan. Kita terus menerus menjalani hidup ini seakan tidak ada Allah.

Kita masih saja pusing terhadap hal remeh temeh yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan. Kita justru memfokuskan pemikiran kita, energy kita kepada sesuatu yang sama sekali meaningless. Kita lupa bahwa fokus hidup kita adalah untuk kemuliaan Allah, namun justru hal-hal yang remeh itulah yang menjadi fokus hidup kita seolah Allah tidak ada!

Kebebasan kita dari kekuatiran adalah salah satu ciri dari seseorang yang mau menyerahkan segalanya. Penyerahan diri akan menghasilkan hidup yang menjadi berkat sekaligus tanpa sebuah beban. Kita bisa dengan bebas dan menikmati anugrah Tuhan, dan itulah yang Tuhan mau kita kerjakan.

Kesimpulan: Allah Yang Memegang Kendali
Kehidupan yang memuliakan Allah adalah kehidupan yang diserahkan kepada Allah. Hal itu meliputi segala aspek hidup: pekerjaan, pelayanan, pasangan hidup, dan sebagainya. Semua aspek hidup kita mau kita persembahkan kepada Raja di atas segala raja. Ketika kita menyerahkan hidup kita kepadaNya, damai sejahtera Kristus akan menaungi hidup kita sehingga kita dapat hidup dengan tenang dan tanpa rasa kuatir akan hari esok. Kesemuanya itu karena kita menyadari bahwa Allah yang memegang kendali.

Kalau kita kemudian kehilangan iman, cukup ingat bahwa manakala kita hidup sampai kita membaca tulisan ini, Allah telah menyertai perjalanan hidup kita. Kalau sedari lahir hingga saat ini Allah menyertai kita, bukankah penyertaan itu akan selalu ada sampai selama-lamanya, sampai saatnya kita bertemu muka dengan muka dengan Dia?


Soli Deo Gloria