Roma 3:25
Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan
pendamaian karena iman, dalam darah-Nya.
Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Background
Iman, perbuatan, kebajikan,
pengorbanan, perbuatan baik, semua itu terasa menjadi sebuah syarat yang mutlak
di dalam syarat kita untuk mencapai surga. Seberapa baikkah diriku, seberapa
indahkah kehidupanku jika dinilai oleh Dia? Sempat terbesit pertanyaan yang
menjadi sebuah pergumulan, bahkan ketika sudah percaya kepada Tuhan Yesus.
Sempat muncul keraguan, ketakutan, tanpa adanya suatu kepastian akan
keselamatan yang Tuhan beri.
Muncul pula pertanyaan, ketika
kita sudah Lahir Baru, mengapa hidup kita sama sekali tidak ada perubahan?
Bahwa ternyata setelah kita hidup baru, tidak ada sesuatu yang radikal yang
terjadi atas kehidupan kita. Bukankah hal ini menjadi begitu unik? Tetap saja
setelah kita dibaptis atau lahir baru, kita sama sekali bukan menjadi manusia
baru. Beberapa sharing dari teman-teman saya malah menyebutkan bahwa setelah
lahir baru, kehidupan mereka semakin hancur.
Pengamatan tersebut membawa
saya (waktu itu) pada suatu kesimpulan, bahwa keselamatan menjadi sesuatu yang take it for granted. Benar sekali,
keselamatan itu gratis. Artinya ketika kita sudah menerima Yesus, ya sudah itu
sudah cukup.
Sebuah Kenangan Masa Lalu
Memandang ke arah jendela
kamar, menikmati dinginnya hujan waktu itu membuat aku hanyut di dalam sebuah
kenangan saat aku pertama kali mulai kenal Tuhan Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil
usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang
memegahkan diri. Begitulah kalimat dari Paulus di dalam suratnya kepada
jemaat di Efesus, menurut Efesus 2:8-9
Tetapi tidak berhenti sampai
disana. Ayat berikutnya jauh lebih mengerikan kalau kita resapi. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik yang telah ditentukan Allah
sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10) dan ini
merupakan sebuah pernyataan Paulus yang seharusnya menjadi tolok ukur setiap
tindakan, perkataan, dan perbuatan kita.
Tentu saja ayat-ayat ini
membuat kita bersukacita sebagai orang Kristen, tetapi di sisi lain kita juga
perlu memahami bahwa ayat-ayat ini mengandung sebuah tanggung jawab besar atas
kehidupan kita. Ketika Paulus menyatakan bahwa kita diciptakan dalam Kristus Yesus, itu berarti bahwa di dalam
kehidupan kita ada hal-hal yang dipercayakan, dan kita dipanggil untuk melakukan perbuatan baik dan celakanya,
itu sudah dipersiapkan Allah.
Sejenak kenangan itu mencuat,
dan kembali aku mencoba melihat kembali, benarkah selama hidupku aku menjalani
kehidupan yang telah dipercayakan Tuhan melalui setiap tindakanku? Bagaimana
kehidupanku ketika aku sendirian di kamar? Bagaimana kehidupanku ketika aku di
gereja? Bagaimana, bagaimana, dan bagaimana?
Allah yang Memegang Kendali
Saya yakin dan percaya bahwa
kendali atas hidup kita telah dipegang oleh Allah. Itu berarti di dalam hidup
kita, kita tidak perlu menjadi kuatir atas apapun. Termasuk juga dosa...
tunggu! Apa maksudnya? Apakah benar kita tidak perlu takut akan dosa?
Siapa yang tidak takut atas
dosa? Wow, tentu kita takut akan dosa. Ketika kita sedikit saja kompromi
terhadap cobaan yang kita hadapi, ternyata dosa itu bisa langsung menguasai
kehidupan kita. Kita diminta untuk selalu waspada atas kehidupan kita. Tetapi ini
pun menjadi pergumulan yang utama bukan? Bahwa ternyata dalam kehidupan baru
yang Tuhan berikan pun kita masih juga terus bergumul atas dosa-dosa kita. Kita
ingin mengatasi kuasa dosa itu, tetapi ternyata dalam realitasnya kita
dikuasai.
Ketika Paulus berkata bahwa
kita ini adalah manusia yang merdeka atas kuasa dosa, saya jadi bertanya apa
sebenarnya yang dimaksud Paulus? Buktinya dosa itu masih terus menerus
mengintai dan siap menerkam kehidupan kita. Lalu bagaimana?
Akhirnya sampai pada satu
kesimpulan, apakah benar Allah memegang kendali atas kehidupan kita? Benarkah
bahwa kuasa dosa telah dihancurkan dan Allah telah membebaskan kita dari dosa
itu? Atau jangan-jangan betapa kita tidak punya hati nurani maka manakala kita
berbuat dosa, kita sama sekali tidak peka, tidak ada penyesalan, justru malah
ada sukacita?
Konsep Keadilan – Kasih Melalui Karya Penebusan
Salib menjadi sebuah bukti
kasih sekaligus keadilan Allah atas kehidupan manusia. Melalui salib sebenarnya
kehidupan kita menjadi kehidupan baru, kehidupan yang berkemenangan. Kehidupan
yang dibangkitkan melalui kematian Kristus dan kebangkitanNya. Keadilan Allah
ditunjukkan melalui tercurahnya darah Kristus, darah Tuhan yang menyucikan
segala dosa kita. Kasih Allah ditunjukkan melalui anugrah melalui kematian
Kristus. Ada pihak yang harus menjadi korban, sehingga dosa kita bisa
dibebaskan. Ada kehidupan baru yang ditawarkan Kristus.
Balik lagi ke pembahasan kita
tentang dosa. Salib menjadi suatu titik tolak perubahan kehidupan kita. Manusia
lama menjadi manusia baru hanya bisa dicapai melalui karya salib. Itulah
seharusnya yang mengingatkan kita betapa besarnya kuasa dan kasih Allah atas
kehidupan kita. Perubahan hidup menjadi nyata manakala kita memandang kepada
salib Kristus. Salib yang mana merupakan karya Allah, keadilan dan kasih yang
dipertemukan di dalam Kristus Yesus.
Berubah dan Berbuah
Perubahan hidup melalui karya
penyelamatan Kristus bukanlah sesuatu yang instan. Kita perlu menyadari bahwa
perubahan hidup merupakan proses seumur hidup yang Tuhan kerjakan di dalam
kehidupan kita. Ada kalanya di dalam proses itu kita jatuh, lelah, dan mungkin
sampai hampir menyerah atas segala pergumulan yang terjadi di dalam kehidupan
kita.
Jadi tidak perlu heran kalau
setelah menerima Kristus, maka kita tiba-tiba bertobat secara drastis. Memang
ada kasus sedemikian, tetapi selalu ada proses yang kita akan jalani di dalam
penyucian kita, yang mana mempersiapkan kita untuk memuliakan Dia seumur hidup
kita. Kita perlu menyadari bahwa di dalam Kristus, seperti yang dikatakan
Paulus, kita adalah ciptaan baru.
Kuasa dosa sama sekali tidak
berkuasa atas kehidupan kita. Kuasa dosa yang menghantarkan kita kepada
kematian abadi, telah dihancurkan. Hal itu akan membuat kita menjadi
orang-orang yang menyadari bahwa kita manusia berdosa yang membutuhkan kasih
karunia Allah. Hal itulah sebenarnya yang membuat kita semakin hari semakin
ingin bertumbuh di dalam kasih karunia. Kita punya kepekaan terhadap dosa yang
menimpa hidup kita. Kita menjadi pribadi yang sadar betul bahwa kita butuh
kasih karunia Allah
Kesadaran itu pula yang akan
membuat kita terus bertumbuh dan berbuah di dalam Dia. Pertumbuhan rohani yang
kemudian akan menjadikan kita semakin hari semakin indah, sehingga buah
pelayanan kita pun dapat dinikmati oleh banyak orang, juga menjadi kemuliaan
bagi Tuhan.
Bagaimana dengan kecenderungan
dosa kita? Roh Kudus akan membimbing kita, membuat kita menjadi pribadi yang
peka dan kuatir atas dosa yang akan kita kerjakan. Kita perlu menyadari akan
hal ini sehingga kita memiliki komitmen untuk lari dari pencobaan yang
menghadang kita. Saat kita berdosa, jangan pernah untuk sungkan, takut, cemas,
untuk datang kepada Bapa. Ia adalah
setia dan adil, demikianlah yang dituliskan oleh Yohanes.
Karya Keselamatan dan Perubahan Hidup
Menjadi poin penting bahwa
ketika Tuhan sudah menyelamatkan kita, bukan berarti bahwa kita bebas bertindak
semau kita. Mungkin kita berpikir: “ah kalau sudah selamat dan pasti masuk
surga ya sudah, kita enjoy aja hidup
ini”. Apakah begitu?
Kita perlu memikirkan kembali
mengenai perubahan hidup. Ketika kita menjadi seorang Kristen, kita menjadi
orang yang merdeka. Kemerdekaan atas dosa, tetapi juga kehidupan yang mana
Kristus berperan sebagai raja atas kehidupan kita. Bagaimana impelementasinya?
Tentu saja kalau kita menyadari bahwa Yesus adalah raja, itu berarti kita
menuruti apapun yang Tuhan kerjakan.
Itulah kemerdekaan Kristen
yang sejati, kemerdekaan yang berfokus kepada Allah Tritunggal sebagai penguasa
hidup kita. Kiranya melalui perenungan singkat ini kita dapat memaknai kembali
arti dari hidup baru yang diberikan Kristus, menjadi pribadi yang semakin hari
semakin rindu untuk memuji dan memuliakan Dia.
Soli Deo
Gloria!