Total Pageviews

Saturday, October 1, 2016

Menghadapi Pencobaan - Menikmati Relasi Dengan-Nya



1Kor 10:13 
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. 

Pencobaan
Apa sih makna dari kata pencobaan? Sekilas saja kalau kita baca ayat ini, kita menemukan bahwa setiap orang akan mengalami pencobaan-pencobaan di dalam hidupnya. Menariknya, ayat ini menuliskan bahwa pencobaan yang kita alami adalah pencobaan yang BIASA. Artinya apa? Artinya bahwa pencobaan-pencobaan itu merupakan suatu bagian yang integral di dalam kehidupan kita. Setiap kita akan menghadapinya, dan jalan keluarnya menurut Paulus hanya ada di dalam satu pribadi. Siapakah itu? Tentu saja jalan keluar dari pencobaan itu adalah pribadi Yesus sendiri.

Hidup itu Pilihan
Chuck Swindoll berkata bahwa 90% kebahagiaan hidup kita ditentukan oleh kita sendiri, sedangkan 10% nya ditentukan oleh orang lain. Apa maksudnya? Bahwa respons kita terhadap sebuah permasalahan atau pilihan itu ditentukan bukan oleh orang lain, tetapi oleh diri kita sendiri. Hal ini menjadi menarik bahwa pada masa kini, ternyata hal tersebut bisa menjadi terbalik lho.

Maksudnya terbalik? Berapa banyak orang yang tidak memiliki pendirian untuk dia bertindak sesuatu yang benar? Mereka seperti orang yang sama sekali diombang-ambingkan oleh orang lain di sekitar mereka. Kalau si A bilang begitu, ya aku nurut deh. Kan dia temanku. Dia pasti tahu yang terbaik buat aku.

Menariknya hal ini tidak terjadi hanya di dunia, bahkan di gereja pun hal ini juga sering terjadi. Manakala seseorang diminta untuk melayani di berbagai bidang, karena ia tidak tahu prioritas hidupnya, maka ia menjadi pribadi yang mudah sekali untuk diminta melakukan apapun. Tetapi celakanya karena ia tidak punya prioritas, ia tidak tahu sebenarnya apa rencana Tuhan di dalam kehidupan.

Jadi hidup itu sebenarnya pilihan yang kita buat kok. Ada berbagai macam “suara-suara” dari luar yang akan berusaha mengganggu dan membelokkan kita. Ya, itulah pola dunia, dimana kita akan terus-menerus diganggu untuk serupa dengan dunia. Tetapi untuk kita tetap dapat memiliki prinsip sesuai kebenaran Firman? Well, itu pilihan!


Menjadi Orang Kristen yang Berprinsip
Jika setiap hidup kita adalah pilihan, maka jatuh ke dalam dosa akibat pencobaan pun juga pilihan. Misalkan kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang korupsi, kemudian kita korupsi, dan kita berkata: “loh kalo begitu ‘kan sebenarnya aku gak punya pilihan. Mau ngga mau harus ikut cara mereka donk!”

Hal yang paling mendasari hidup kita sebagai orang Kristen bukanlah orang lain. Rasul Paulus dengan begitu tegas menuliskan:
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini” (Roma 12:2a)

Artinya jelas banget lho ya. Paulus menuliskan hal itu bukan berarti ia berada di dalam situasi yang enak. Ingat bahwa pada masa itu para rasul menjadi “buronan” karena dianggap menyebarkan agama baru atas iman percaya mereka kepada Kristus. Kematian Yesus dan kebangkitan-Nya, serta kenaikan-Nya ke surga serasa memberikan prinsip hidup yang baru kepada kehidupan para rasul.

Sama seperti kita, mereka juga mendapatkan tantangan manakala hidup di tengah dunia yang begitu jahat. Dulu mereka berhadapan dengan otoritas agama Yahudi, sekarang kita berhadapan dengan berbagai ketidakadilan dan kejahatan. Permainan suap sana, suap sini, sampai kepada kejahatan terencana, bukankah keadaan dunia sebenarnya sama saja?

Itulah pentingnya kita punya prinsip untuk kita dapat memegang kebenaran Firman Tuhan. Manakala kita mengetahui bahwa Firman Tuhan mengatakan “tidak boleh berzinah” tetapi kita memilih untuk berzinah, terlihat sekali bahwa kita tidak punya prinsip. Ketika Firman Tuhan berkata “kasihilah musuhmu”, sudah jelas lho perintah ini.

Ego Kita
Seringkali yang menjadi pencobaan di dalam diri kita tidak lain dan tidak bukan adalah berseberangnya kehendak kita dan kehendak Allah. Simple sih, karena seringkali kita menginginkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang sudah Allah sediakan.

Ego kita memuncak. Kita prihatin dan mengasihani (mengasihani ya, bukan mengasihi) diri kita manakala sampai usia 35 tahun belum punya pacar, kemudian kita mengumbar kehidupan kita. Kita akhirnya sembarangan memilih dengan alasan “pokoknya aku mau kawin tahun ini. TITIK!” Menariknya manakala kita punya prinsip seperti itu, bukan berarti Tuhan akan hentikan. Eh belum tentu lho. Semuanya juga balik lagi kepada kepekaan kita akan kebenaran Firman Tuhan.

Kita jadi memikirkan diri kita sendiri. Kita menganggap setiap pilihan yang kita ambil itu merupakan suatu hal yang terbaik yang akan kita jalani. Pokoknya hidupku ya hidupku, bahkan Tuhan juga gak boleh mengaturnya. Jadinya ya itulah, kita begitu terpikat pada hal-hal yang bersifat sementara, sedangkan kalau kita belajar mengambil waktu sejenak… hum… kita lihat kembali bahwa ternyata tidak ada hal yang dapat memenuhi kebutuhan kita. Semakin kita mendapatkan begitu banyak, semakin pula kita akan menginginkan banyak hal.

Jaman dulu orang udah punya sepeda motor aja senengnya bukan main. Jaman sekarang, yah, minimal mobil lah. Biar nggak kehujanan. Jaman dulu orang naik pesawat itu sesuatu yang begitu prestis. Sekarang sih udah standar banget. Jaman dulu orang mikir untuk punya telepon genggam. Sekarang? Kalau gak bawa handphone untuk update status rasanya ada yang kurang.

Ini membuktikan bahwa ternyata segala sesuatu di dunia ini tidak dapat memuaskan kehidupan kita. Kalau begitu berarti ada sesuatu yang dapat memenuhi kekosongan jiwa kita, dan itu bukan berasal dari dunia ini.

Tuntunan Allah Yang Setia
Wawasan dunia Kristen percaya bahwa setiap orang diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Allah menciptakan kita beserta setiap kerinduan hati kita, dan kerinduan itu satu-satunya hanya dapat dipuaskan melalui kasih Allah.

Bagaimana kita dapat mengenal Allah? Tidak usah ditanya deh, jawabannya ya cuma 1. Belajar Firman dan merenungkan Firman itu siang dan malam.

Firman itulah yang mengubahkan pribadi kita hari lepas hari. Mulai dari hati kita, sampai dengan tingkah laku kita, pola pikir kita, dan tindakan kita. Manakala kita belajar menempatkan Kristus di tahta hati kita, maka itu berarti kita akan nurut apapun yang Tuhan katakan. Inilah yang Paulus sebutkan “dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran”. Hamba dalam konteks zaman alkitab ditulis adalah milik dari tuannya. Dia sama sekali tidak punya hak atas hidupnya. Kalau hamba disuruh tuannya untuk pergi dari rumahnya, ia harus pergi. Kalau hamba itu diminta tuannya untuk tidur dengannya pun, ia tidak boleh menolaknya!

Apa artinya ketika kita menjadi hamba Kristus? Kembali lagi berarti bahwa kita sama sekali tidak punya hak atas kehidupan kita. Bahwa ternyata seluruh hidup kita adalah milik Kristus. Itu berarti bahwa setiap hal yang kita pikirkan, yang kita rencanakan, yang kita kerjakan, semuanya adalah karena Kristus. Itulah makna dari Soli Deo Gloria – segala kemuliaan adalah bagi Allah.

Melawan Pencobaan dengan Kuasa Allah

1Kor 15:55-57
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 

Ayat ini semakin menunjukkan bahwa pencobaan bukan berasal dari Allah. Pencobaan merupakan sebuah hasrat pribadi kita untuk kita melawan Allah. Melawan? Iya. Ingat, status kita sebagai hamba berarti kita akan melakukan segalanya untuk tuan kita. Menariknya bahwa di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab panggilan itu, di tengah menghadapi berbagai pencobaan, Allah memberikan kita kekuatan untuk tetap teguh berpegang pada firmanNya.

Jadi ketika menghadapi pencobaan, ingatlah bahwa Allah kita pun melalui Yesus Kristus juga pernah mengalami hal yang sama. Dia bukannya enak-enakan nonton dari surga mengenai kehidupan kita. Ia pernah merasakan pula pencobaan-pencobaan itu. Ia merasakan pergumulan yang jauh lebih dahsyat daripada yang akan kita alami (Ibrani 4:5)

Sadarilah kawan bahwa ternyata pencobaan-pencobaan itu sesuatu yang biasa. Satu-satunya cara untuk kita mendapatkan kemenangan adalah berpegang teguh kepada Firman-Nya.

Allah Yang Menanti
Yesus menantikan kita untuk mau datang kepada-Nya, dan Ia rindu untuk kita berani berkata bahwa “aku butuh Tuhan di dalam hidupku. Pimpinlah aku Tuhan, dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga". Inilah panggilan setiap orang Kristen, yakni kita belajar untuk mempersembahkan hidup kita. Ia siap sedia menyambut kita. Pelukan kasih dan kuasa-Nya menantikan kita untuk datang kepada Kristus. Tidak ada hati yang terlalu hancur yang tidak dapat ia pulihkan.

Mari belajar meminta pimpinan Tuhan dan senantiasa hidup di dalam pengenalan akan Firman-Nya dan yakinlah bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan yang biasa. Pencobaan yang berasal dari diri kita yang kurang bersyukur atas keadaan, dan ketika kita belajar menerima setiap kondisi kita, akan ada pemulihan dari Dia. Pemulihan bukan secara jasmani, tetapi kita belajar bahwa segala yang terjadi dalam hidup kita adalah dari Dia, bagi Dia, dan oleh Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Soli Deo Gloria!

No comments:

Post a Comment