1Kor 10:13
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,
sehingga kamu dapat menanggungnya.
Pencobaan
Apa sih makna dari kata pencobaan? Sekilas saja kalau
kita baca ayat ini, kita menemukan bahwa setiap orang akan mengalami
pencobaan-pencobaan di dalam hidupnya. Menariknya, ayat ini menuliskan bahwa
pencobaan yang kita alami adalah pencobaan yang BIASA. Artinya apa? Artinya bahwa
pencobaan-pencobaan itu merupakan suatu bagian yang integral di dalam kehidupan
kita. Setiap kita akan menghadapinya, dan jalan keluarnya menurut Paulus hanya
ada di dalam satu pribadi. Siapakah itu? Tentu saja jalan keluar dari pencobaan
itu adalah pribadi Yesus sendiri.
Hidup itu Pilihan
Chuck Swindoll berkata bahwa 90% kebahagiaan hidup kita
ditentukan oleh kita sendiri, sedangkan 10% nya ditentukan oleh orang lain. Apa
maksudnya? Bahwa respons kita terhadap sebuah permasalahan atau pilihan itu
ditentukan bukan oleh orang lain, tetapi oleh diri kita sendiri. Hal ini
menjadi menarik bahwa pada masa kini, ternyata hal tersebut bisa menjadi
terbalik lho.
Maksudnya terbalik? Berapa banyak orang yang tidak
memiliki pendirian untuk dia bertindak sesuatu yang benar? Mereka seperti orang
yang sama sekali diombang-ambingkan oleh orang lain di sekitar mereka. Kalau si
A bilang begitu, ya aku nurut deh. Kan dia temanku. Dia pasti tahu yang terbaik
buat aku.
Menariknya hal ini tidak terjadi hanya di dunia, bahkan
di gereja pun hal ini juga sering terjadi. Manakala seseorang diminta untuk
melayani di berbagai bidang, karena ia tidak tahu prioritas hidupnya, maka ia
menjadi pribadi yang mudah sekali untuk diminta melakukan apapun. Tetapi celakanya
karena ia tidak punya prioritas, ia tidak tahu sebenarnya apa rencana Tuhan di
dalam kehidupan.
Jadi hidup itu sebenarnya pilihan yang kita buat kok. Ada
berbagai macam “suara-suara” dari luar yang akan berusaha mengganggu dan
membelokkan kita. Ya, itulah pola dunia, dimana kita akan terus-menerus
diganggu untuk serupa dengan dunia. Tetapi untuk kita tetap dapat memiliki
prinsip sesuai kebenaran Firman? Well, itu pilihan!
Menjadi Orang
Kristen yang Berprinsip
Jika setiap hidup kita adalah pilihan, maka jatuh ke
dalam dosa akibat pencobaan pun juga pilihan. Misalkan kita hidup di
tengah-tengah masyarakat yang korupsi, kemudian kita korupsi, dan kita berkata:
“loh kalo begitu ‘kan sebenarnya aku gak punya pilihan. Mau ngga mau harus ikut cara mereka donk!”
Hal yang paling mendasari hidup kita sebagai orang
Kristen bukanlah orang lain. Rasul Paulus dengan begitu tegas menuliskan:
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini” (Roma
12:2a)
Artinya jelas banget lho ya. Paulus menuliskan hal itu bukan
berarti ia berada di dalam situasi yang enak. Ingat bahwa pada masa itu para
rasul menjadi “buronan” karena dianggap menyebarkan agama baru atas iman
percaya mereka kepada Kristus. Kematian Yesus dan kebangkitan-Nya, serta
kenaikan-Nya ke surga serasa memberikan prinsip hidup yang baru kepada
kehidupan para rasul.
Sama seperti kita, mereka juga mendapatkan tantangan
manakala hidup di tengah dunia yang begitu jahat. Dulu mereka berhadapan dengan
otoritas agama Yahudi, sekarang kita berhadapan dengan berbagai ketidakadilan
dan kejahatan. Permainan suap sana, suap sini, sampai kepada kejahatan
terencana, bukankah keadaan dunia sebenarnya sama saja?
Itulah pentingnya kita punya prinsip untuk kita dapat
memegang kebenaran Firman Tuhan. Manakala kita mengetahui bahwa Firman Tuhan
mengatakan “tidak boleh berzinah” tetapi kita memilih untuk berzinah, terlihat
sekali bahwa kita tidak punya prinsip. Ketika Firman Tuhan berkata “kasihilah
musuhmu”, sudah jelas lho perintah ini.
Ego Kita
Seringkali yang menjadi pencobaan di dalam diri kita
tidak lain dan tidak bukan adalah berseberangnya kehendak kita dan kehendak
Allah. Simple sih, karena seringkali kita menginginkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan apa yang sudah Allah sediakan.
Ego kita memuncak. Kita prihatin dan mengasihani
(mengasihani ya, bukan mengasihi) diri kita manakala sampai usia 35 tahun belum
punya pacar, kemudian kita mengumbar kehidupan kita. Kita akhirnya sembarangan
memilih dengan alasan “pokoknya aku mau kawin tahun ini. TITIK!” Menariknya
manakala kita punya prinsip seperti itu, bukan berarti Tuhan akan hentikan. Eh
belum tentu lho. Semuanya juga balik lagi kepada kepekaan kita akan kebenaran
Firman Tuhan.
Kita jadi memikirkan diri kita sendiri. Kita menganggap
setiap pilihan yang kita ambil itu merupakan suatu hal yang terbaik yang akan
kita jalani. Pokoknya hidupku ya hidupku, bahkan Tuhan juga gak boleh
mengaturnya. Jadinya ya itulah, kita begitu terpikat pada hal-hal yang bersifat
sementara, sedangkan kalau kita belajar mengambil waktu sejenak… hum… kita lihat
kembali bahwa ternyata tidak ada hal yang dapat memenuhi kebutuhan kita. Semakin
kita mendapatkan begitu banyak, semakin pula kita akan menginginkan banyak hal.
Jaman dulu orang udah punya sepeda motor aja senengnya bukan
main. Jaman sekarang, yah, minimal mobil lah. Biar nggak kehujanan. Jaman dulu
orang naik pesawat itu sesuatu yang begitu prestis. Sekarang sih udah standar
banget. Jaman dulu orang mikir untuk punya telepon genggam. Sekarang? Kalau gak
bawa handphone untuk update status rasanya ada yang kurang.
Ini membuktikan bahwa ternyata segala sesuatu di dunia
ini tidak dapat memuaskan kehidupan kita. Kalau begitu berarti ada sesuatu yang
dapat memenuhi kekosongan jiwa kita, dan itu bukan berasal dari dunia ini.
Tuntunan Allah
Yang Setia
Wawasan dunia Kristen percaya bahwa setiap orang
diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Allah menciptakan kita beserta
setiap kerinduan hati kita, dan kerinduan itu satu-satunya hanya dapat
dipuaskan melalui kasih Allah.
Bagaimana kita dapat mengenal Allah? Tidak usah ditanya
deh, jawabannya ya cuma 1. Belajar Firman dan merenungkan Firman itu siang dan
malam.
Firman itulah yang mengubahkan pribadi kita hari lepas
hari. Mulai dari hati kita, sampai dengan tingkah laku kita, pola pikir kita,
dan tindakan kita. Manakala kita belajar menempatkan Kristus di tahta hati
kita, maka itu berarti kita akan nurut apapun yang Tuhan katakan. Inilah yang
Paulus sebutkan “dari hamba dosa menjadi hamba kebenaran”. Hamba dalam konteks
zaman alkitab ditulis adalah milik dari tuannya. Dia sama sekali tidak punya
hak atas hidupnya. Kalau hamba disuruh tuannya untuk pergi dari rumahnya, ia
harus pergi. Kalau hamba itu diminta tuannya untuk tidur dengannya pun, ia
tidak boleh menolaknya!
Apa artinya ketika kita menjadi hamba Kristus? Kembali
lagi berarti bahwa kita sama sekali tidak punya hak atas kehidupan kita. Bahwa
ternyata seluruh hidup kita adalah milik Kristus. Itu berarti bahwa setiap hal
yang kita pikirkan, yang kita rencanakan, yang kita kerjakan, semuanya adalah
karena Kristus. Itulah makna dari Soli Deo Gloria – segala kemuliaan adalah
bagi Allah.
Melawan Pencobaan
dengan Kuasa Allah
1Kor
15:55-57
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai
maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa
ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan
kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Ayat ini semakin menunjukkan bahwa pencobaan bukan berasal
dari Allah. Pencobaan merupakan sebuah hasrat pribadi kita untuk kita melawan
Allah. Melawan? Iya. Ingat, status kita sebagai hamba berarti kita akan
melakukan segalanya untuk tuan kita. Menariknya bahwa di dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab panggilan itu, di tengah menghadapi berbagai
pencobaan, Allah memberikan kita kekuatan untuk tetap teguh berpegang pada
firmanNya.
Jadi ketika menghadapi pencobaan, ingatlah bahwa Allah
kita pun melalui Yesus Kristus juga pernah mengalami hal yang sama. Dia
bukannya enak-enakan nonton dari surga
mengenai kehidupan kita. Ia pernah merasakan pula pencobaan-pencobaan itu. Ia
merasakan pergumulan yang jauh lebih dahsyat daripada yang akan kita alami
(Ibrani 4:5)
Sadarilah kawan bahwa ternyata pencobaan-pencobaan itu
sesuatu yang biasa. Satu-satunya cara untuk kita mendapatkan kemenangan adalah
berpegang teguh kepada Firman-Nya.
Allah Yang Menanti
Yesus menantikan kita untuk mau datang kepada-Nya, dan Ia
rindu untuk kita berani berkata bahwa “aku butuh Tuhan di dalam hidupku.
Pimpinlah aku Tuhan, dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga".
Inilah panggilan setiap orang Kristen, yakni kita belajar untuk mempersembahkan
hidup kita. Ia siap sedia menyambut kita. Pelukan kasih dan kuasa-Nya
menantikan kita untuk datang kepada Kristus. Tidak ada hati yang terlalu hancur
yang tidak dapat ia pulihkan.
Mari belajar meminta pimpinan Tuhan dan senantiasa hidup
di dalam pengenalan akan Firman-Nya dan yakinlah bahwa pencobaan-pencobaan yang
kita alami adalah pencobaan yang biasa. Pencobaan yang berasal dari diri kita
yang kurang bersyukur atas keadaan, dan ketika kita belajar menerima setiap
kondisi kita, akan ada pemulihan dari Dia. Pemulihan bukan secara jasmani,
tetapi kita belajar bahwa segala yang terjadi dalam hidup kita adalah dari Dia,
bagi Dia, dan oleh Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment