Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan
semuanya itu.
(Mat 6:32)
Isolasi Mandiri
Terasa
lama banget lho dua minggu setelah merebaknya wabah COVID-19, apalagi ketika
dua minggu harus diam di kamar kost. Biasanya bisa jalan-jalan, setidaknya
menikmati kuliner sambil berkeliling, kali ini kalau mau makan harus masak
sendiri. Misalkan pakai layanan online pun, pasti ada treatment khusus dulu, misalkan di microwave.
Kebosanan
dan kegundahan makin terasa ketika melihat media sosial, dimana di sana banyak
sekali berita tentang betapa berbahayanya virus ini. Belum lagi berbagai berita
tentang penimbunan alat pelindung diri, masker, begitu pula orang-orang yang
mulai melakukan panic buying. Ditambah
lagi banyaknya berita hoax yang kalau kita gak bisa verifikasi, membuat kita
juga panik.
Ditengah
berbagai kepanikan itulah aku merenungkan, kira-kira seperti apa ya kondisi
bangsa Israel ketika mereka akan keluar dari Mesir? Kemudian ketika Tuhan
memberikan penghukuman bagi bangsa itu, ataukah ketika ada wabah penyakit
menyerang, apa sih yang mereka rasakan?
Penyertaan Sepanjang Jaman
Sepanjang
kita membaca kitab Kejadian sampai dengan Wahyu, umat Tuhan diperhadapkan
dengan berbagai tantangan hidup. Mereka dipimpin keluar dari Mesir melewati
berbagai bahaya, belum lagi ketika akan masuk ke tanah Kanaan mereka harus
menghadapi perlawanan dari berbagai bangsa. Ketika bangsa itu mulai settle, mereka merasakan peperangan di
jaman Hakim-Hakim, maupun jaman Raja-Raja.
Bagaimana
dengan jaman Perjanjian Baru? Tidak jauh berbeda, mereka harus menghadapi
kekejaman orang Romawi. Kemudian berbagai tantangan juga datang silih berganti.
Tetapi di dalamnya kita dapat melihat juga bahwa Tuhan bekerja. Ia bekerja di
tengah berbagai tantangan hidup, dan perkataan Tuhan Yesus begitu relevan pada
injil Matius 6:25-34.
Yesus
mengingatkan kita bahwa penyertaanNya itu tetap nyata di dalam setiap musim
kehidupan kita. Pada setiap kejadian luar biasa, maupun biasa, Ia tetap bekerja
dan tetap memberikan yang terbaik. Bukan berarti bahwa ketika kita ikut Tuhan
kemudian kita kebal. Kita akhirnya menjadi pribadi yang tidak bisa kena sakit
penyakit, tetapi kita pun dituntut untuk ambil peran, menampilkan pribadi kita
sebagai orang yang sudah mengenal Tuhan.
Ambil Sikap Untuk Jadi Berkat
Ketika
kita diminta untuk WFH, percayalah bahwa Bapa kita di sorga juga sedang
mengerjakan sesuatu. Ia work from heaven
tapi melalui WFH kita, dan itu berarti kita punya tanggung jawab untuk tetap
menjadi berkat di tengah berbagai keterbatasan kita. Isolasi diri berarti kita
diberikan kesempatan setidaknya untuk melihat lebih teliti, lebih lambat lagi,
betapa karyaNya senantiasa nyata di dalam kehidupan kita.
Mari
jadikan WFH kita berarti, dan tetap tenang. Kita tetap waspada, tetapi tidak
larut dalam berbagai isu dan hoax. Kita tetap mengerjakan bagian kita, dan
terus menjadi berkat melalui WFH kita. Bahwasanya melalui setiap tindakan kita,
setiap hal yang kita bagikan di media sosial, kiranya itu memberikan suatu
pengharapan dalam kehidupan orang lain, sehingga orang lain pun dapat merasakan
damai sejahtera yang Tuhan berikan. Mereka dapat merasakan bahwa di dalam WFH
kita, Allah Bapa senantiasa juga WFH melalui kita.
Tuhan
yang senantiasa memampukan!