Total Pageviews

Friday, February 8, 2013

L.O.V.E – Renungan Tentang Relasi dan Pacaran



Suatu relasi yang dibentuk Allah dari awalnya merupakan relasi yang sangat intim. Berita penciptaan di kitab Kejadian, dimulai dari penciptaan seluruh dunia dan penciptaan manusia, laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa ada suatu relasi yang ingin dibentuk Allah antara Dia, manusia laki-laki, dan perempuan. Ketiganya saling terikat di dalam suatu relasi, yang mana Allah sendiri yang memimpin relasi tersebut. Tetap saja sekalipun seorang laki-laki diberikan role untuk memimpin (take the lead), tetap ia punya kewajiban untuk membawa keluarga itu di dalam Allah.

Namun tetap sebelum pernikahan terjadi, ada suatu proses yang biasanya membuat galau. Proses itu adalah proses pacaran. Sekalipun saya sendiri belum pernah (setidaknya sampai saat ini) pacaran, tetapi tidak ada salahnya share beberapa prinsip saya sendiri. Tentunya prinsip ini tidak bisa disamakan dan berbeda antara setiap orang. Tiap orang punya preferensi sendiri di dalam relasi seperti ini. Prinsip ini tidak mutlak, dan setiap orang bisa punya variasi sendiri untuk mengembangkannya. Ada beberapa prinsip yang saya ambil pula dari buku-buku tentang relasi seperti Boy Meets Girl, I Kissed Dating Goodbye, Love is A Decision, When God Writes Your Love Story, When Dreams Come True, dan sebagainya.

Prinsip pertama: “tidak ada tembak-menembak langsung, namun dimulai dengan pergumulan dan doa”. Sungguh aneh bukan? Namun ini prinsip yang menurutku penting. Mengapa? Karena ini memberi kita kesempatan untuk saling mendoakan. Definisi tembak-menembak disini adalah direct asking dan direct answer tanpa adanya proses pergumulan. Jadi tidak mungkin baru kenal 1 bulan setelah itu pacaran, tetapi dimulai dari sesuatu yang paling sederhana. Quality time dengan bercakap-cakap dan saling kenal satu sama lain.

Prinsip kedua: “Saling melayani di dalam relasi sekaligus belajar memuliakan Tuhan melalui relasi”. Tentu saja untuk prinsip ini sudah jelas, pasangan hidup kita adalah orang yang belajar untuk mau bergumul di hadapan Tuhan, bahkan mengutamakan Tuhan daripada calon pasangannya. Ini mungkin bagi saya sendiri pun cukup berat, tetapi justru inilah saya belajar untuk melihat bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan sendiri, dan Ia yang akan memberikannya di waktu yang tepat dan momen yang tepat.

Prinsip ketiga: “No compromise”. Singkat, dan saya definisikan di dalam konteks cara pacaran. Ada banyak orang di dalam relasi pacaran mulai berkompromi di dalam menggunakan nafsu mereka. Saya belajar untuk tidak melakukan hal-hal yang dirasa tidak benar. Prinsipnya mudah: apa yang berani saya lakukan di depan orang lain, itu pula yang akan saya lakukan pada saat kita berdua saja. Hal ini akan dibahas nanti tentunya kalau sudah berpacaran. Tentunya standar tiap orang bisa berbeda satu sama lain.

Prinsip keempat: “Belajar saling terbuka”. Keterbukaan sangat penting di dalam relasi untuk bisa membangun percaya satu sama lain. Keterbukaan ini bukan hanya share tentang kegembiraan. Keterbukaan ini adalah belajar jujur atas masalah kita, tentang pergumulan kita, dan tentang apa yang kita alami.

Prinsip kelima: “PH saya adalah sahabat terbaik saya”. Mungkin agak heran di tengah jaman ini, yaitu banyak pernyataan “SAHABAT KITA TIDAK MUNGKIN JADI PASANGAN HIDUP KITA” atau kalau bisa jangan. Mengapa? Karena kita takut bahwa setiap kelemahan kita akan jadi senjata bagi dia untuk menyerang kita. Bisa-bisa dia mengkhianati relasi karena tahu kita ini orang seperti apa. Itulah ketakutan dunia tentang sahabat. Menurut saya seorang sahabat itu sebenarnya adalah orang yang paling potensial untuk kita pergumulkan menjadi seorang pasangan hidup. Hal ini karena hubungan pacaran kita akan berlanjut ke pernikahan. Bayangkan kita punya suami / istri yang mana kita tidak bisa sharing tentang permasalahan kita, kemudian sharing ke temannya yang lain! Tidakkah kita seharusnya sadar bahwa rumah kita nanti adalah tempat yang paling aman untuk kita bisa cerita. Tentu saja konteks sahabat disini yang lawan jenis, bukan sesama jenis!

Prinsip keenam: “Mengakui bahwa Allah berdaulat atas relasi kita”. Di dalam masa pergumulan jawabannya bisa saja “TIDAK” atau “BELUM” namun justru di situlah kita harus belajar untuk mengakui kedaulatan Allah di dalam relasi kita. Siapa tahu memang Allah belum memberikan kita pasangan hidup karena kita belum memiliki relasi yang dekat dengan Dia, atau berbagai hal lain. Tentunya kita harus belajar menghormati Allah.

Prinsip ketujuh: “Libatkan beberapa orang yang kredibel dalam hubungan”. Sahabat-sahabat dan teman dekat akan sangat membantu kita untuk dapat memandang dengan lebih obyektif. “CINTA ITU BUTA”, well, itulah yang disampaikan oleh orang-orang saat ini. Mengutip Rev. Bagoes Seta: “Love is Blind, but Marriage is the Eye Opener”. Saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Karena itu peran teman-teman kita bukan untuk melihat kelemahan untuk menjatuhkan, namun untuk mempersiapkan setiap kita untuk dapat membangun relasi yang baik dengan calon PH kita sehingga kita tidak dibutakan oleh cinta. Bukan hanya sahabat tentunya. Orang tua pun juga harus kita libatkan di dalam relasi. Bahkan orang tua saya menanyakan : “kapan nih bisa liat calon mantu?” bukan berarti kita terburu-buru, namun kita menghargai dan membagikan kisah kita juga kepada orang tua, apalagi orang tua kita adalah orang yang takut akan Tuhan.

Prinsip kedelapan: “Menjadi seorang single yang berkualitas”. Latih diri sebaik mungkin untuk kemuliaan Tuhan, adalah salah satu langkah konkrit dalam hidup kita. Menjadi seorang laki-laki dan perempuan yang belajar menghormati Tuhan melalui pembacaan firman, berdoa, pergumulan pribadi, dan tindakan serta pelayanan. Motivasi utamanya bukan agar diberikan pasangan hidup, tetapi untuk terus belajar yakin bahwa cinta kita kepada Tuhan itu jauh lebih penting dan indah, dan itulah yang mau kita bagikan kepada pasangan kita.

Delapan prinsip ini yang saya pegang sampai saat ini. Memang ada minor principle, namun intinya satu: relasi itu kita bangun karena kita punya visi yang sama: yaitu memuliakan Tuhan di dalam setiap kondisi. Itulah yang indah dari janji pernikahan yang diucapkan pada saat pernikahan.

Selamat belajar memiliki cinta sejati di dalam Tuhan

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment