Suatu relasi
yang dibentuk Allah dari awalnya merupakan relasi yang sangat intim. Berita
penciptaan di kitab Kejadian, dimulai dari penciptaan seluruh dunia dan
penciptaan manusia, laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa ada suatu relasi
yang ingin dibentuk Allah antara Dia, manusia laki-laki, dan perempuan.
Ketiganya saling terikat di dalam suatu relasi, yang mana Allah sendiri yang
memimpin relasi tersebut. Tetap saja sekalipun seorang laki-laki diberikan role
untuk memimpin (take the lead), tetap
ia punya kewajiban untuk membawa keluarga itu di dalam Allah.
Namun tetap
sebelum pernikahan terjadi, ada suatu proses yang biasanya membuat galau.
Proses itu adalah proses pacaran. Sekalipun saya sendiri belum pernah
(setidaknya sampai saat ini) pacaran, tetapi tidak ada salahnya share beberapa
prinsip saya sendiri. Tentunya prinsip ini tidak bisa disamakan dan berbeda
antara setiap orang. Tiap orang punya preferensi sendiri di dalam relasi
seperti ini. Prinsip ini tidak mutlak, dan setiap orang bisa punya variasi
sendiri untuk mengembangkannya. Ada beberapa prinsip yang saya ambil pula dari
buku-buku tentang relasi seperti Boy Meets Girl, I Kissed Dating Goodbye, Love
is A Decision, When God Writes Your Love Story, When Dreams Come True, dan
sebagainya.
Prinsip
pertama: “tidak ada tembak-menembak langsung, namun dimulai dengan pergumulan
dan doa”. Sungguh aneh bukan? Namun ini prinsip yang menurutku penting.
Mengapa? Karena ini memberi kita kesempatan untuk saling mendoakan. Definisi
tembak-menembak disini adalah direct asking dan direct answer tanpa adanya
proses pergumulan. Jadi tidak mungkin baru kenal 1 bulan setelah itu pacaran,
tetapi dimulai dari sesuatu yang paling sederhana. Quality time dengan
bercakap-cakap dan saling kenal satu sama lain.
Prinsip
kedua: “Saling melayani di dalam relasi sekaligus belajar memuliakan Tuhan
melalui relasi”. Tentu saja untuk prinsip ini sudah jelas, pasangan hidup kita
adalah orang yang belajar untuk mau bergumul di hadapan Tuhan, bahkan mengutamakan
Tuhan daripada calon pasangannya. Ini mungkin bagi saya sendiri pun cukup
berat, tetapi justru inilah saya belajar untuk melihat bahwa segala sesuatu
berasal dari Tuhan sendiri, dan Ia yang akan memberikannya di waktu yang tepat
dan momen yang tepat.
Prinsip
ketiga: “No compromise”. Singkat, dan saya definisikan di dalam konteks cara
pacaran. Ada banyak orang di dalam relasi pacaran mulai berkompromi di dalam
menggunakan nafsu mereka. Saya belajar untuk tidak melakukan hal-hal yang
dirasa tidak benar. Prinsipnya mudah: apa yang berani saya lakukan di depan
orang lain, itu pula yang akan saya lakukan pada saat kita berdua saja. Hal ini
akan dibahas nanti tentunya kalau sudah berpacaran. Tentunya standar tiap orang
bisa berbeda satu sama lain.
Prinsip
keempat: “Belajar saling terbuka”. Keterbukaan sangat penting di dalam relasi
untuk bisa membangun percaya satu sama lain. Keterbukaan ini bukan hanya share
tentang kegembiraan. Keterbukaan ini adalah belajar jujur atas masalah kita,
tentang pergumulan kita, dan tentang apa yang kita alami.
Prinsip
kelima: “PH saya adalah sahabat terbaik saya”. Mungkin agak heran di tengah
jaman ini, yaitu banyak pernyataan “SAHABAT KITA TIDAK MUNGKIN JADI PASANGAN
HIDUP KITA” atau kalau bisa jangan. Mengapa? Karena kita takut bahwa setiap
kelemahan kita akan jadi senjata bagi dia untuk menyerang kita. Bisa-bisa dia
mengkhianati relasi karena tahu kita ini orang seperti apa. Itulah ketakutan
dunia tentang sahabat. Menurut saya seorang sahabat itu sebenarnya adalah orang
yang paling potensial untuk kita pergumulkan menjadi seorang pasangan hidup. Hal
ini karena hubungan pacaran kita akan berlanjut ke pernikahan. Bayangkan kita
punya suami / istri yang mana kita tidak bisa sharing tentang permasalahan
kita, kemudian sharing ke temannya yang lain! Tidakkah kita seharusnya sadar
bahwa rumah kita nanti adalah tempat yang paling aman untuk kita bisa cerita. Tentu
saja konteks sahabat disini yang lawan jenis, bukan sesama jenis!
Prinsip
keenam: “Mengakui bahwa Allah berdaulat atas relasi kita”. Di dalam masa
pergumulan jawabannya bisa saja “TIDAK” atau “BELUM” namun justru di situlah
kita harus belajar untuk mengakui kedaulatan Allah di dalam relasi kita. Siapa tahu
memang Allah belum memberikan kita pasangan hidup karena kita belum memiliki
relasi yang dekat dengan Dia, atau berbagai hal lain. Tentunya kita harus
belajar menghormati Allah.
Prinsip
ketujuh: “Libatkan beberapa orang yang kredibel dalam hubungan”.
Sahabat-sahabat dan teman dekat akan sangat membantu kita untuk dapat memandang
dengan lebih obyektif. “CINTA ITU BUTA”, well, itulah yang disampaikan oleh
orang-orang saat ini. Mengutip Rev. Bagoes Seta: “Love is Blind, but Marriage is the Eye Opener”. Saya sangat setuju
dengan pernyataan tersebut. Karena itu peran teman-teman kita bukan untuk
melihat kelemahan untuk menjatuhkan, namun untuk mempersiapkan setiap kita
untuk dapat membangun relasi yang baik dengan calon PH kita sehingga kita tidak
dibutakan oleh cinta. Bukan hanya sahabat tentunya. Orang tua pun juga harus
kita libatkan di dalam relasi. Bahkan orang tua saya menanyakan : “kapan nih
bisa liat calon mantu?” bukan berarti kita terburu-buru, namun kita menghargai
dan membagikan kisah kita juga kepada orang tua, apalagi orang tua kita adalah
orang yang takut akan Tuhan.
Prinsip
kedelapan: “Menjadi seorang single yang berkualitas”. Latih diri sebaik mungkin
untuk kemuliaan Tuhan, adalah salah satu langkah konkrit dalam hidup kita. Menjadi
seorang laki-laki dan perempuan yang belajar menghormati Tuhan melalui
pembacaan firman, berdoa, pergumulan pribadi, dan tindakan serta pelayanan.
Motivasi utamanya bukan agar diberikan pasangan hidup, tetapi untuk terus
belajar yakin bahwa cinta kita kepada Tuhan itu jauh lebih penting dan indah,
dan itulah yang mau kita bagikan kepada pasangan kita.
Delapan
prinsip ini yang saya pegang sampai saat ini. Memang ada minor principle, namun
intinya satu: relasi itu kita bangun karena kita punya visi yang sama: yaitu
memuliakan Tuhan di dalam setiap kondisi. Itulah yang indah dari janji
pernikahan yang diucapkan pada saat pernikahan.
Selamat
belajar memiliki cinta sejati di dalam Tuhan
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment