Yoh 15:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan
Bapa-Kulah pengusahanya.
Yoh 15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap
ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Yoh 15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Yoh 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting
tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok
anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam
Aku.
Yoh 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa
tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Yoh 15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti
ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam
api lalu dibakar.
Yoh 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu,
mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Yoh 15:8
Dalam
hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan
demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
Mari kita lihat bagaimana latar belakang
kehidupan bangsa Israel. Di dalam kehidupan bangsa Israel, kebun anggur selalu
memiliki seorang pengusaha. Nah di dalam ayat ini Yesus mencoba menjelaskan
mengenai peran manusia di dunia ini. Yesus pertama kali menjelaskan mengenai
pokok anggur, yakni Dia sendiri sebagai pokok anggur. Sebuah pokok anggur
menandakan adanya suatu tanda kehidupan di dalam kehidupan Yesus. Hal ini
sangat menarik manakala kita melihat perkataan Yesus selanjutnya adalah Dia
adalah “pokok anggur yang benar”, artinya berarti ada pokok anggur yang salah /
tidak benar. Ia juga mengatakan bahwa Bapa adalah pengusaha, yang mana Ia yang
merawat pokok tersebut beserta ranting-rantingnya.
Kalau kita melihat ayat ini, satu hal yang dapat
kita tangkap adalah bahwa satu-satunya kebenaran adalah di dalam Yesus, dan
kebun anggur yang diurus Bapa pun berpusat pada Yesus. Artinya bahwa tidak ada
kehidupan tanpa adanya Kristus di dalam kehidupan kita. Dialah pokok anggur
itu, pokok anggur yang benar yang memberikan ranting-rantingnya supply makanan.
Ayat ke 2 ini mencoba menjelaskan bagaimana peran
Bapa, yakni sang pengusaha dari kebun tersebut di dalam merawat kebun anggur.
Kebun anggur biasanya di dalam konteks bangsa Israel diurus oleh seorang
pengusaha, dan ada pula pekerja-pekerja kebun anggur tersebut yang diutus oleh
pengusaha. Pekerja kebun anggur ini taat di dalam perintah pengusaha.
Perintah pengusaha kebun
anggur ini jelas sekali, bahwa untuk menghasilkan buah anggur yang berkualitas
maka harus dilakukan suatu pembersihan. Kalau melihat ayat ke 2 di bagian
akhir, setiap ranting yang tidak berbuah akan ‘dipotong’. Sangat menarik bahwa
ranting-ranting yang tidak berbuah ini mengganggu pertumbuhan ranting-ranting
yang berbuah. Setiap ranting yang berbuah mendapatkan sebuah perlakuan yang
spesial, yakni selalu dibersihkan.
Sama juga di dalam kehidupan
kita bersama Allah. Ketika kita sudah diasupi ‘makanan’ rohani, seharusnya kita
memiliki kehidupan baru bersama Allah. Kehidupan baru itu ditandai dengan
tindakan yang bisa menghasilkan buah. Kalau di dalam kehidupan kita, kita
menjadi seseorang yang anti dengan kritikan yang diarahkan kepada kita, itu
berarti kita benar-benar menjadi pribadi yang tidak mau ‘dibersihkan’. Firman
Tuhan itu seperti pedang bermata dua, saat kita belajar Firman, seharusnya hal
yang kita pelajari memberikan sebuah perubahan di dalam kehidupan kita.
Menarik pula disini ada
sebuah janji dari Tuhan. Ketika kita sudah mendapatkan asupan makanan yang
benar, maka kita juga akan mendapatkan sebuah pertumbuhan yang lebih optimal.
Artinya bahwa ketika kita belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan
menerima FirmanNya itu menunjukkan bahwa kita ingin mengenal pribadi Tuhan, dan
Ia akan membuat kita menjadi pribadi-pribadi yang siap untuk ‘tercurah’. Ya,
menjadi anggur yang tercurah bagi orang lain sehingga orang-orang bisa
menikmati kasih Kristus.
Ayat ke-3 mengimplikasikan
mengenai bagaimana kita sebagai ranting sudah dibersihkan, dan pembersihan itu
adalah akibat dari Firman Tuhan sendiri. Wah ini sungguh menjadi sesuatu yang
harus kita tanamkan di dalam kehidupan kita. Pernyataan dari Yesus ini
seharusnya menjadi motivasi bagi kita untuk terus menerus ingin dibersihkan,
dan itu berarti kita perlu terus belajar mengenai kebenaran yang ada di dalam
firman itu. Apa sikap kita manakala kita sedang dibersihkan oleh Tuhan melalui
Firman itu? Apakah kita bersikap defensif, ataukah kita menerima hal itu?
Ayat ke-4, Yesus mencoba
menegaskan kembali bagaimana kehidupan kita sebagai ‘ranting’ tidak dapat
terpisah dari pokok anggur. Ranting tidak dapat berbuah sendiri saat ia lepas
dari pokok anggur, sama seperti kehidupan kita. Pembelajaran dari ayat ini
adalah bagaimanapun, kita tetap diminta untuk ‘menempel’ dengan pokok anggur
tersebut. Ketika kita tidak menempel di dalam Firman, kita tidak akan bisa
berbuah di dalam kehidupan kita. Makna hidup kita ditemukan saat kita tetap
menempel dengan kebenaran Firman Tuhan sendiri.
Ayat ke-5 mencoba menjelaskan
kepada kita mengenai bagaimana kehidupan kita di dalam Kristus dan diluar
Kristus, sang pokok anggur yang benar. Ketika kita berada di dalam Yesus, kita
berbuah banyak, dan diluar DIa, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Yah, ini
realitas yang seringkali kita tidak menyadarinya. Ketika kita hidup di tengah
dunia ini dengan berbagai problematikanya, kita bisa benar-benar lupa kalau ada
Tuhan di dalam kehidupan kita. Kita menjadi pribadi yang benar-benar
kelihatannya hebat. Bagaimana tidak? Kita seringkali tidak melibatkan dan
mengandalkan Tuhan di dalam setiap hal yang kita kerjakan.
Satu nasihat yang penting
juga bagi orang-orang sibuk, dan itu juga berlaku di dalam pelayanan kita.
Ketika kita mulai dipercaya untuk melayani Tuhan di gereja ataupun di kampus,
bahkan di tempat kerja, kita mulai dipercayakan bidang-bidang pelayanan, itulah
saat yang berbahaya. Bisa saja bahkan di dalam pelayanan kita, kita
mengandalkan hikmat dunia dan kita sama sekali tidak mempedulikan bahkan
meminta pertolongan hikmat dari Tuhan. Ini menjadi satu peringatan bagi kita
untuk kita menyadari betul akan peran Allah sebagai penguasa kehidupan kita.
Contoh dimana kita cenderung
untuk jatuh dalam dosa dan tidak mempedulikan Tuhan di dalam perasaan kita
dapat hidup sendiri ada di dalam diri Salomo. Kita melihat di awal
kehidupannya, Salomo tidak meminta kekayaan, dia meminta hikmat Tuhan. Awal
yang sangat baik di dalam kehidupan Salomo. Namun seiring bertambahnya
kekuasaan dan kekayaannya, serta bagaimana kehidupan poligami yang ia
praktekkan, kita melihat akhirnya ia menuliskan kitab Pengkotbah. Bahwa
ternyata kehidupan yang kita kejar, kekayaan, harta, ataupun tahta dan segala
hal, ternyata sia-sia.
Kesia-siaan hidup tanpa Tuhan
merupakan hal yang paling mengenaskan di dalam dunia ini. Mungkin kita juga
saat ini perlu mengevaluasi kehidupan kita, seberapa jauh kita memandang relasi
dengan Allah sebagai sesuatu yang penting – yang lebih penting daripada apapun?
Kalau kita punya relasi dengan Allah yang intim, kita punya sebuah kepekaan di
dalam kita hidup. Tetapi akhirnya semuanya kembali kepada satu tujuan yakni
memuliakan Tuhan dan menikmati Dia sepanjang waktu. “Carilah dahulu kerajaan
Allah dan kebenarannya”, itulah kata Yesus, dan lanjutannya adalah “dan semuanya
akan ditambahkan kepadamu”. Oh, ini merupakan janji Tuhan yang sangat sangat
indah! Semuanya yang ditambahkan mungkin bukan hal-hal yang kita mau, tetapi
hal-hal yang membuat kita semakin sadar bahwa kita tidak dapat hidup tanpa Dia.
Ayat ke-6 menegaskan kembali
kehidupan tanpa Allah. Kalau kita baca disini, justru Yesus sangat keras di
dalam firman ini. Dia menjelaskan bahwa orang yang tidak ‘menempel’ kepada
kebenaran Firman dan kepada Dia, maka akan dibuang dan dimasukkan ke api.
Betapa sebagai orang Kristen seharusnya kita bersyukur. Disini kita juga bisa
membayangkan bahwa kehidupan kita sebagai orang Kristen adalah menjadi berkat.
Tuhan akan terus menerus membersihkan kehidupan kita dengan Firman, dan ia
memotong hal-hal yang mana ingin kita tumbuhkan sendiri. Sebuah ranting yang
ingin bercabang-cabang akan segera dimusnahkan saat tidak menghasilkan buah.
Demikian juga di dalam kehidupan kita mungkin ada banyak cabang-cabang ranting itu
yang membuat kita sama sekali tidak dapat berbuah. Ada banyak hal yang membuat
kita tidak dapat berbuah, dan Allah akan memotong semuanya itu sampai kita
benar-benar dapat menghasilkan buah anggur yang berkualitas tinggi, dan dapat
tercurah bagi orang lain.
Ayat ke-7 merupakan sebuah
jaminan yang disediakan Tuhan saat kita memiliki intimasi dengan Dia. Sebenarnya
kita tidak meminta pun, Allah menyediakan. Ingat, ayat ini tidak boleh dibaca
sepotong tanpa kita membaca ayat-ayat diatasnya. Kalau dibaca hanya ayat ini
saja, kelihatannya kita bisa jadi penguasa kehidupan kita sendiri, menganggap
Tuhan sebagai penyedia yang selalu mensuplai sesuatu yang kita inginkan. Kalau
kita salah di dalam memahami ayat ini, kita bisa terperangkap dalam kehidupan
yang berpusat pada diri sendiri.
Keseluruhan ayat 1-6
menjelaskan mengenai bagaimana kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Kemudian
juga sebelumnya dijelaskan bahwa Bapa adalah pengusaha dari pokok anggur dan
ranting-rantingnya. Ranting selalu mendapatkan suplai makanan yang cukup,
bahkan berlimpah hingga ranting tersebut dapat menghasilkan buah yang
berkualitas. Kemudian juga ranting tidak dapat hidup dan berbuah tanpa adanya
pokok anggur yang benar. Kalau begitu berarti sebenarnya tidak ada hal yang
dapat kita minta diluar kehendak Allah. Bahwasanya segala hal yang dikerjakan
Allah dan disediakanNya merupakan hal yang paling esensial di dalam kehidupan
kita, dan permintaan kita adalah seturut dengan kehendak Allah. Ini berarti ada
suatu relasi yang saling mengerti.
Sama seperti ketika kita
berpacaran, kalau relasi kita dekat, satu dengan yang lain seharusnya bisa tahu
apa yang diinginkan pasangannya. Kalau kita berpacaran kita berusaha mencari
tahu apa yang pasangan kita mau, kenapa di dalam pengenalan kita pada Tuhan,
kita tidak mau tahu akan apa yang Tuhan mau? Wow, tidak adil sekali bukan?
Implikasi dari hal ini
berarti sebenarnya tidak ada hal yang perlu kita minta. Kita meminta hal yang
seharusnya kita minta, yakni agar namaNya dipermuliakan melalui buah yang kita
hasilkan di dalam kehidupan kita. Coba bayangkan saja ada banyak orang yang
datang kepada Kristus melalui kehidupan kita, melalui contoh hidup kita, itulah
buah yang paling manis yang bisa kita persembahkan kepada Allah. Inilah yang diinginkan
Yesus, dan itulah yang Yohanes simpulkan di ayat ke-8.
Mari belajar bahwa kita perlu
satu relasi yang terus menempel kepada pokok anggur itu. Dia yang sudah
memberikan supply kepada kita, Dia yang sudah memenuhi kebutuhan kita, bahkan
nafas kita pun, Dia yang menyediakan. Segala hal sudah diberikan kepada kita,
dan sebagai ungkapan syukur, apa yang mau kita persembahkan kepada Tuhan di
dalam peran kita sebagai ranting? Apakah kita menjadi ranting yang menghasilkan
buah yang berkualitas tinggi? Anggur seperti apa yang kita hasilkan? Apakah
kita mau belajar menerima pembersihan yang dilakukan para pekerja yang
disediakan Bapa untuk semakin hari membuat anggur kita semakin berkualitas? Bagaimana
relasi kita dengan sang pokok? Apakah kita sudah menempel terus kepadaNya
sehingga suplai makanan yang diberikan sang pokok anggur itu dapat berbuah dan
kita menghasilkan anggur yang dapat tercurah bagi semua orang? Mari kita
merenungkannya!
Soli Deo Gloria!