Pengantar
Syalom sobat. Lama juga nih nggak
nulis lagi. Kali ini temanya adalah tentang sesuatu yang begitu klasik. Tentang
kasih karunia. Memang sebuah tema yang sering banget ya kita denger, kita baca dan
memang jadi hot issue di dalam
perjalanan hidup kita.
Mudah banget untuk kita percaya
secara ucapan. Gampang sekali bagi kita untuk kita dapat menangkap kata-kata “Kasih
Karunia” secara harafiah. Tetapi ternyata kalau di dalam hidup kita kemudian
kita mencoba untuk memaknainya, ternyata kasusnya tidak semudah itu. Ternyata
memaknai kasih karunia itu bukan sekedar ketika kita menerima hal baik ataupun
hal yang indah dari Tuhan. Hmm, apa maksudnya? Bukankah ketika kita mendapatkan
kasih karunia berarti kita menjadi pribadi yang dapat menjalani hidup kita
dengan santai? Segala perkara kita akan dimudahkan. Benarkah demikian?
Inti
Kehidupan Manusia
Mari kita lihat kerangka kasih
karunia dari sebuah sudut pandang seseorang di dalam keresahan hidupnya. Kita
coba belajar dari Paulus, khususnya juga dari surat yang ia kirimkan kepada
jemaatnya di Korintus. Mari kita baca nas ini dari kitab 2 Korintus 6:1-13.
Oh ya sebelumnya, jemaat Korintus
sendiri itu seperti apa sih? Jemaat Korintus adalah jemaat yang berada di dalam
sebuah tantangan yang begitu luar biasa. Seperti kita tahu dari buku-buku
sejarah, Korintus di jaman itu adalah sebuah kota metropolitan. Kota dengan
berbagai fasilitas yang begitu menyenangkan. Dimana-mana ada pelacuran bakti,
ada berbagai kegiatan keagamaan yang unik disana.
Sebagai teman-teman sekerja, kami
menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia
Allah, yang telah kamu terima.
(2Korintus 6:1)
Paulus mencoba membuka pasal ini
dengan sebuah pemahaman bahwa jemaat Korintus perlu memaknai betul mengenai
kasih karunia Allah yang sudah mereka terima.
Bandingkan coba dengan kehidupan
keseharian kita. Ditengah kesibukan kita dengan berbagai hal yang menjadi
problematika dalam hidup kita. Pernahkah kita merasa lelah ataupun galau atas
segala hal yang terjadi atas kehidupan kita. Kita merasa bahwa ada begitu
banyak hal yang harus kita kerjakan. Ada berbagai masalah manakala kita kemudian
menjadi orang Kristen.
Kita melihat disini Paulus
menyatakan bahwa inti/pusat kehidupan kita tidak lain tidak bukan adalah “Kasih
Karunia”. Bahwa setiap hal yang terjadi di dalam kehidupan kita dalah kasih
karunia. Tidak ada yang lain.
Kesesakan
di dalam Kasih Karunia Allah
(2Kor 6:4) Sebaliknya, dalam segala hal kami
menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh
kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera,
dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan
berpuasa;
Ini adalah cerminan dari realitas
hidup manusia manakala dia menerima kasih karunia di dalam kehidupannya. Realitanya
bahwa ternyata ketika kita hidup, tidak semua hal kita dapati lancar-lancar
saja. Menarik disini bahwa Paulus menyatakan identitas kita sebagai orang
Kristen. Apa itu?
“Kami adalah Pelayan Allah” (2Kor
6:4a) dilanjutkan dengan berbagai hal yang mungkin membuat kita kaget manakala
selama ini kita meyakini bahwa kasih karunia akan membuat hidup kita lebih
mudah. Kita melihat bahwa ternyata kasih karunia itu pada akhirnya akan membuat
kita: “menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan, dan
kesukaran, dan seterusnya (ada banyak sekali)
Pernah membayangkan bahwa jadi
orang Kristen maka hidup kita akan enak, hidup kita akan nyaman, dan
sebagainya? Kita melihat bahwa ternyata Kekristenan begitu berbeda dengan apa
yang dunia katakan. Makakala dunia berkata bahwa “hidup adalah bagi diri
sendiri”, kekristenan meneriakkan bahwa “hidup adalah bagi Kristus”. Fokus
hidupnya saja sudah berbeda, apalagi tindakannya. Wah pasti beda sekali.
Menanggapi
Tantangan dengan Kasih Karunia
Oke, kita sudah tahu nih betapa
dunia ini menawarkan begitu banyak hal menarik yang ternyata kalau kita lihat
begitu berbeda dengan hal yang kita percayai. Nah apa yang harus kita kerjakan
ketika ternyata hidup menawarkan hal yang begitu berbeda. Jawabannya sebenarnya
hanya ada satu sih. Selamat menjalani hidup ini dengan percaya bahwa segala hal
yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah karena kasih karunia.
Suatu hari ada seseorang bertanya
kepadaku: “kak, setelah jadi orang Kristen, aku bukannya tambah enak. Hidupku
tambah riweuh. Aku merasa begitu
banyak hal yang membuatku bergumul”. Aku menanyakan balik kepadanya: “Kalau
dibandingkan dengan begitu banyak hal yang Tuhan berikan dalam hidupmu, kamu
melihatnya seperti apa?”
Setiap kita akan dibayangi dengan
pertanyaan itu. Tetapi kuncinya ini. Kita sering banget bertanya manakala kita
mengalami sesuatu yang kita anggap buruk. Kita seringkali mengeluh terhadap
begitu banyak hal yang membuat kita merasa tidak nyaman. Tetapi pernahkah di
dalam keluhan kita, kita belajar untuk melihat jauh lebih dalam, mengenai apa
yang Ia kerjakan di Kalvari? Pernahkah kita membayangkan bahwa setiap udara
yang kita hirup secara gratis, dan kita hembuskan berkali-kali itu adalah
ciptaanNya?
Sering tidak kita berkata kepada
Allah bahwa kita bosan atas pemberian kasih karunia? Bosankah kita ikut Allah?
Bahwasanya ketika Allah menjanjikan bahwa segala rancanganNya adalah rancangan
damai sejahtera, ternyata sama sekali tidak ada hal yang membuat damai
sejahtera atas hidup kita. Tetapi benarkah demikian? Benarkah bahwa tidak ada
damai sejahtera dalam kehidupan kita ketika kita kembali melihat berbagai karya
besar yang Allah kerjakan di dalam kehidupan kita?
Kesulitan
Hidup Juga Adalah Kasih Karunia
Kita sampai pada bagian akhir
dari perenungan ini. Kita sudah melihat bahwa:
1. Inti hidup orang Kristen adalah
kasih karunia
2. Dalam ranah kasih karunia,
ternyata ada begitu banyak hal yang membuat kita tertekan
3. Bahwa ternyata di dalam hidup
kita yang penuh masalah juga ada banyak hal yang dapat kita nikmati, simple tapi meaningful
Ijinkan saya menarik poin
keempat, yakni: “segala hal yang terjadi atas hidup kita adalah hal yang
dikerjakan Allah untuk kebaikan kita”.
Ada hal baik, ada hal buruk.
Tetapi kalau kita belajar seperti Paulus untuk melihat segalanya melalui
kacamata kasih karunia, kita akan berbalik dari mencela hidup kita menjadi
orang yang begitu bersyukur atas setiap proses hidup yang Tuhan kerjakan atas
kehidupan kita.
Seorang bayi tentu jatuh sebelum
ia dapat berjalan dengan sempurna
Seorang pelari harus berlatih
terlebih dahulu sebelum dia bisa berlari dengan begitu cepat
Seorang pebasket mengalami
berbagai kegagalan dalam tembakannya untuk dia dapat memasukkan bola dengan
sempurna
Yang mau aku katakana disini
adalah seberat apapun ujian hidup yang kita alami, kasih karunia Tuhan itu
tetap ada di dalam hidup kita. Terlepas dari begitu banyak hal buruk, yakinlah
itu sebagai proses pendewasaan, proses pelatihan kita untuk menghadapi
tantangan yang jauh lebih luar biasa.
Tidak pernah ada proses yang
sia-sia ketika kita belajar melihat segalanya dari kacamata kasih karunia
Allah. Kalau inti hidup kita adalah kasih karunia, mengapa kita berhenti di
tengah tantangan kita? Mari melangkah dengan berani untuk menjalani hari-hari
dalam hidup kita, untuk kita dapat mengalami kasih karunia itu. Kita belajar
untuk terus maju, sekalipun sulit, sekalipun begitu banyak tantangan, tetapi
yakinlah bahwa tantangan ada untuk kita dapat semakin hari semakin bergantung
kepada Dia.
Soli Deo Gloria!
No comments:
Post a Comment