Total Pageviews

Sunday, June 21, 2015

Menapaki Hari Bersama Kasih KaruniaNya

Pengantar

Syalom sobat. Lama juga nih nggak nulis lagi. Kali ini temanya adalah tentang sesuatu yang begitu klasik. Tentang kasih karunia. Memang sebuah tema yang sering banget ya kita denger, kita baca dan memang jadi hot issue di dalam perjalanan hidup kita.

Mudah banget untuk kita percaya secara ucapan. Gampang sekali bagi kita untuk kita dapat menangkap kata-kata “Kasih Karunia” secara harafiah. Tetapi ternyata kalau di dalam hidup kita kemudian kita mencoba untuk memaknainya, ternyata kasusnya tidak semudah itu. Ternyata memaknai kasih karunia itu bukan sekedar ketika kita menerima hal baik ataupun hal yang indah dari Tuhan. Hmm, apa maksudnya? Bukankah ketika kita mendapatkan kasih karunia berarti kita menjadi pribadi yang dapat menjalani hidup kita dengan santai? Segala perkara kita akan dimudahkan. Benarkah demikian?

Inti Kehidupan Manusia
Mari kita lihat kerangka kasih karunia dari sebuah sudut pandang seseorang di dalam keresahan hidupnya. Kita coba belajar dari Paulus, khususnya juga dari surat yang ia kirimkan kepada jemaatnya di Korintus. Mari kita baca nas ini dari kitab 2 Korintus 6:1-13.

Oh ya sebelumnya, jemaat Korintus sendiri itu seperti apa sih? Jemaat Korintus adalah jemaat yang berada di dalam sebuah tantangan yang begitu luar biasa. Seperti kita tahu dari buku-buku sejarah, Korintus di jaman itu adalah sebuah kota metropolitan. Kota dengan berbagai fasilitas yang begitu menyenangkan. Dimana-mana ada pelacuran bakti, ada berbagai kegiatan keagamaan yang unik disana.

Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
(2Korintus 6:1)

Paulus mencoba membuka pasal ini dengan sebuah pemahaman bahwa jemaat Korintus perlu memaknai betul mengenai kasih karunia Allah yang sudah mereka terima.

Bandingkan coba dengan kehidupan keseharian kita. Ditengah kesibukan kita dengan berbagai hal yang menjadi problematika dalam hidup kita. Pernahkah kita merasa lelah ataupun galau atas segala hal yang terjadi atas kehidupan kita. Kita merasa bahwa ada begitu banyak hal yang harus kita kerjakan. Ada berbagai masalah manakala kita kemudian menjadi orang Kristen.

Kita melihat disini Paulus menyatakan bahwa inti/pusat kehidupan kita tidak lain tidak bukan adalah “Kasih Karunia”. Bahwa setiap hal yang terjadi di dalam kehidupan kita dalah kasih karunia. Tidak ada yang lain.

Kesesakan di dalam Kasih Karunia Allah

(2Kor 6:4)  Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa;

Ini adalah cerminan dari realitas hidup manusia manakala dia menerima kasih karunia di dalam kehidupannya. Realitanya bahwa ternyata ketika kita hidup, tidak semua hal kita dapati lancar-lancar saja. Menarik disini bahwa Paulus menyatakan identitas kita sebagai orang Kristen. Apa itu?

“Kami adalah Pelayan Allah” (2Kor 6:4a) dilanjutkan dengan berbagai hal yang mungkin membuat kita kaget manakala selama ini kita meyakini bahwa kasih karunia akan membuat hidup kita lebih mudah. Kita melihat bahwa ternyata kasih karunia itu pada akhirnya akan membuat kita: “menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan, dan kesukaran, dan seterusnya (ada banyak sekali)

Pernah membayangkan bahwa jadi orang Kristen maka hidup kita akan enak, hidup kita akan nyaman, dan sebagainya? Kita melihat bahwa ternyata Kekristenan begitu berbeda dengan apa yang dunia katakan. Makakala dunia berkata bahwa “hidup adalah bagi diri sendiri”, kekristenan meneriakkan bahwa “hidup adalah bagi Kristus”. Fokus hidupnya saja sudah berbeda, apalagi tindakannya. Wah pasti beda sekali.

Menanggapi Tantangan dengan Kasih Karunia

Oke, kita sudah tahu nih betapa dunia ini menawarkan begitu banyak hal menarik yang ternyata kalau kita lihat begitu berbeda dengan hal yang kita percayai. Nah apa yang harus kita kerjakan ketika ternyata hidup menawarkan hal yang begitu berbeda. Jawabannya sebenarnya hanya ada satu sih. Selamat menjalani hidup ini dengan percaya bahwa segala hal yang terjadi di dalam kehidupan kita adalah karena kasih karunia.

Suatu hari ada seseorang bertanya kepadaku: “kak, setelah jadi orang Kristen, aku bukannya tambah enak. Hidupku tambah riweuh. Aku merasa begitu banyak hal yang membuatku bergumul”. Aku menanyakan balik kepadanya: “Kalau dibandingkan dengan begitu banyak hal yang Tuhan berikan dalam hidupmu, kamu melihatnya seperti apa?”

Setiap kita akan dibayangi dengan pertanyaan itu. Tetapi kuncinya ini. Kita sering banget bertanya manakala kita mengalami sesuatu yang kita anggap buruk. Kita seringkali mengeluh terhadap begitu banyak hal yang membuat kita merasa tidak nyaman. Tetapi pernahkah di dalam keluhan kita, kita belajar untuk melihat jauh lebih dalam, mengenai apa yang Ia kerjakan di Kalvari? Pernahkah kita membayangkan bahwa setiap udara yang kita hirup secara gratis, dan kita hembuskan berkali-kali itu adalah ciptaanNya?

Sering tidak kita berkata kepada Allah bahwa kita bosan atas pemberian kasih karunia? Bosankah kita ikut Allah? Bahwasanya ketika Allah menjanjikan bahwa segala rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera, ternyata sama sekali tidak ada hal yang membuat damai sejahtera atas hidup kita. Tetapi benarkah demikian? Benarkah bahwa tidak ada damai sejahtera dalam kehidupan kita ketika kita kembali melihat berbagai karya besar yang Allah kerjakan di dalam kehidupan kita?

Kesulitan Hidup Juga Adalah Kasih Karunia

Kita sampai pada bagian akhir dari perenungan ini. Kita sudah melihat bahwa:
1.       Inti hidup orang Kristen adalah kasih karunia
2.       Dalam ranah kasih karunia, ternyata ada begitu banyak hal yang membuat kita tertekan
3.       Bahwa ternyata di dalam hidup kita yang penuh masalah juga ada banyak hal yang dapat kita nikmati, simple tapi meaningful
Ijinkan saya menarik poin keempat, yakni: “segala hal yang terjadi atas hidup kita adalah hal yang dikerjakan Allah untuk kebaikan kita”.

Ada hal baik, ada hal buruk. Tetapi kalau kita belajar seperti Paulus untuk melihat segalanya melalui kacamata kasih karunia, kita akan berbalik dari mencela hidup kita menjadi orang yang begitu bersyukur atas setiap proses hidup yang Tuhan kerjakan atas kehidupan kita.

Seorang bayi tentu jatuh sebelum ia dapat berjalan dengan sempurna
Seorang pelari harus berlatih terlebih dahulu sebelum dia bisa berlari dengan begitu cepat
Seorang pebasket mengalami berbagai kegagalan dalam tembakannya untuk dia dapat memasukkan bola dengan sempurna

Yang mau aku katakana disini adalah seberat apapun ujian hidup yang kita alami, kasih karunia Tuhan itu tetap ada di dalam hidup kita. Terlepas dari begitu banyak hal buruk, yakinlah itu sebagai proses pendewasaan, proses pelatihan kita untuk menghadapi tantangan yang jauh lebih luar biasa.

Tidak pernah ada proses yang sia-sia ketika kita belajar melihat segalanya dari kacamata kasih karunia Allah. Kalau inti hidup kita adalah kasih karunia, mengapa kita berhenti di tengah tantangan kita? Mari melangkah dengan berani untuk menjalani hari-hari dalam hidup kita, untuk kita dapat mengalami kasih karunia itu. Kita belajar untuk terus maju, sekalipun sulit, sekalipun begitu banyak tantangan, tetapi yakinlah bahwa tantangan ada untuk kita dapat semakin hari semakin bergantung kepada Dia.


Soli Deo Gloria!

No comments:

Post a Comment