1Yohanes 1:9
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan.
“Aku takut… Aku bimbang… Setelah sekian lama aku jadi
Kristen, aku sudah percaya Tuhan Yesus, tetapi tetep aja aku melakukan hal
itu.. kenapa yah…”
Beberapa hari yang lalu aku mendengar kalimat ini dari
seorang teman yang sudah melayani. Bahkan dia adalah seorang ketua pemuda di
sebuah gereja. Dia mengaku bahwa setelah sekian lama dia melayani, dia punya
relasi dengan Tuhan melalui saat teduhnya, tetapi hal itu tidak lantas membuat
dia bebas dari dosa. Dia masih punya sebuah kebiasaan berdosa dan kebiasaan itu
ia lakukan berhari-hari.
Dosa
Dosa… Apa sebenarnya yang dimaksud dengan dosa? Dalam bahasa
aslinya, dosa berarti “meleset dari sasaran”. Bayangkan kita bermain dart, ada
sebuah titik di tengah (biasanya nilainya 10) dan kemudian kita diminta
melemparkan dart itu. Kemudian kita mengenai angka 9. Good job bukan? Tetapi jikalau kita melihat definisi dosa dari
alkitab, maka it’s not good enough.
Definisi dosa menurut alkitab adalah kalau ada range
nilai 1-10 dan kita mendapatkan hasil 10, itulah baru yang namanya tidak
berdosa. Tetapi kalau kita melakukan sesuatu dan nilainya 9,99 pun, tetap saja
itu merupakan dosa. Itulah yang disebut dosa. Kalau begitu apakah ada orang
yang begitu perfect yang bisa mendapatkan “nilai maksimal” tersebut?
Tidak hanya itu saja. Dosa selain berarti tidak melakukan
sesuatu yang buruk, ada 1 lagi yang merupakan dosa. Apa itu? Yakni manakala kita
tahu bahwa kita harus melakukan sesuatu yang benar tapi kita tidak
melakukannya. Contoh ketika kita melihat teman kita sedang membutuhkan
tumpangan, tetapi kita tidak memberikan tumpangan kepadanya, maka itupun dosa. Loh,
kan dia gak butuh tumpangan, toh dia bisa naik angkutan umum? Tidak seperti itu
cara kerjanya!
Keterikatan
Terhadap Dosa
Selama kita hidup di dunia ini, kita akan selalu bergumul
dengan dosa. Kita selalu akan menghadapi tantangan-tantangan untuk kita apakah
kita dapat hidup seturut dengan kehendak Allah atau tidak. Tentu hal ini
menjadi menarik manakala kita melihat lagi bahwa kita hidup di dalam periode
penyertaan Roh Kudus.
Tidal peduli bagaimana sucinya kehidupan kita. Tidak
peduli bagaimana track record dari pelayanan kita. Entah kita jemaat biasa,
ketua majelis, pejabat gerejawi, bahkan pendeta sekalipun selalu punya hal yang
membuat mereka di cap sebagai manusia berdosa.
Tetapi kita kembali kepada apa yang alkitab katakan –
bahwa memang benar semua orang itu berdosa. Tetapi untungnya kita tidak hanya
berhenti pada Roma 3:23, karena selanjutnya ada Roma 3:24
Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah,
Roma 3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan
dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Mengaku di Hadapan
Allah
Pengampunan memang sudah Ia berikan atas dosa-dosa yang
kita perbuat. Kita kembali menjadi pribadi yang dibenarkan oleh anugrah
mengenai karya Yesus Kristus. Selanjutnya apa? Apakah kemudian kita boleh
berbuat dosa? Sekali-kali tidak. Tetapi menariknya dari Allah yang kita sembah
di dalam Yesus Kristus adalah ini: bahwa sekali-kali ketika kita berdosa, kita
dapat mengakui segalanya. Pengakuan itulah yang sebenarnya dinantikan oleh
Allah untuk kita dapat datang kepadanya.
Allah yang rindu untuk kita boleh datang kepadaNya
di dalam pengakuan dosa kita. Sadarkah kita akan hal itu? Pertanyaan itu akan
disambung lagi dengan sebuah pertanyaan : benarkah kita rindu buat menghadap
Dia sehari-hari untuk mengakui kelemahan kita, bahwa tanpa anugrah Allah, semua
yang kita kerjakan ujungnya ialah maut?
Ketenangan batin itu Ia sediakan manakala kita mau datang
kepadaNya dalam doa. Ia dengan setia menantikan kita. Itulah yang disebutkan
oleh Yohanes.
Ia Setia dan Adil
Ada sebuah kisah menarik, antara Mary dan George. Mary
dan George adalah sepasang kekasih yang mana seharusnya setahun setelah hari
ini, mereka akan mencapai pelaminan. Tetapi ada sebuah kondisi perang, dimana
George harus berangkat ke luar negeri untuk membela negaranya. Sebulan, dua
bulan, selalu ada kabar dari George. Di dalam satu surat balasannya kepada
George, Mary menuliskan “ketika kamu kembali kemari, aku akan siap untuk
menerimamu dalam hidupku”. Kemudian setelah setahun lebih, perang belum usai,
namun surat itu berhenti sampai ke tempat Mary.
Mary yang kuatir kemudian menanyakan kepada komandan
George dan komandannya pun kesulitan menjawabnya. Ternyata status George saat
itu adalah “Missing in Action”. Kemudian setahun kemudian, ada ketukan di pintu
rumah Mary. Ibunda Mary segera membukakan pintu itu, dan tebak siapa yang
datang ke rumah itu? Ternyata itu adalah George yang sudah pergi selama 2
tahun.
Mary pada saat itu mengalami depresi yang luar biasa. Dan
sejak seminggu sebelum kepulangan George, ia sudah mengenakan gaun yang akan
dipakainya di hari H pernikahan mereka. Ketika George masuk ke kamar Mary,
segera ia berlari dan memeluk George yang masih dalam kondisi dekil setelah ia
kembali dari medan perang itu.
Bayangkan kisah ini, dimana Mary menantikan kepulangan
tunangannya untuk akhirnya mereka bisa bersatu lagi. Itulah rasa rindu Allah atas
kehidupan kita. Ia menantikan kita untuk datang kepada-Nya, membawa hancur hati
kita manakala kita mau belajar mengakui setiap dosa kita. Dikatakan di dalam
ayat ini bahwa Ia adalah setia dan adil.
Dosa akan menimbulkan sebuah konsekuensi – kita tidak
dapat menghindari hal tersebut. Tetapi di satu pihak, kesetiaan Allah yang
menantikan kita untuk datang kepada-Nya juga bukanlah suatu hal yang main-main.
Ia menantikan kita untuk kita datang dengan hancur hati, yang mana Ia mau
membebaskan kita dari dosa tersebut. Ia ingin agar kita dapat menikmati hidup
di dalam kekudusan sehingga ada suatu rasa rindu di dalam diri kita untuk
memuji dan memuliakan Dia.
Jadi tunggu apa lagi? Mari datang kepada-Nya
ketika kita mau mengakui setiap dosa kita. Mari bawa hati kita yang hancur
akibat dari dosa itu kepada-Nya. Biarkan Dia menyusun satu per satu serpihan
hancurnya hati itu menjadi hati yang baru. Hati yang suci, hati yang rindu
untuk selalu dekat kepada-Nya. Hati yang rindu untuk menjadi kemuliaan bagi
Dia. Semuanya itu karena kita berharga di mata-Nya, dan kita menjadi “biji mata
Allah”
Soli Deo Gloria!