Total Pageviews

Friday, December 21, 2012

Kenosis – Sikap Hidup Orang Percaya


Sebuah perenungan dari Filipi 2:1-11

Sikap hidup orang yang percaya akan kekristenan memiliki suatu keunikan yang sangat khusus. Kehidupan orang percaya kepada Kristus seharusnya adalah semakin lama semakin serupa dengan Allah. Salah satu hal yang menarik di dalam sifat Allah, khususnya Yesus Kristus adalah sikap hidup “mengambil rupa seorang hamba”. Menyambut natal, tidak dapat dipungkiri bahwa seorang Raja Mulia rela mengambil rupa seorang hamba, menjadi serupa dengan manusia yang sama dengan kita. Sama-sama lapar, sama-sama bisa merasakan kesakitan, sama-sama bisa mati, dan yang paling penting yang tidak kita miliki adalah kebangkitan Kristus – sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang percaya.

Salah satu sikap yang perlu direnungkan adalah bagaimana Kristus yang maha mulia bisa menjadi seorang hamba – yang kalau kita tahu pada konteks jaman itu, hamba adalah seseorang yang tidak memiliki arti sama sekali. Maksudnya bahwa hamba itu adalah orang-orang yang memiliki tingkat social yang sangat rendah. Hamba hanya boleh bicara kalau tuannya menyuruh dia bicara. Hamba adalah seorang yang harus melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuannya. Hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya.

Apabila Yesus mengambil sikap hidup seperti itu, apa sebenarnya yang dapat kita pelajari?
1.    Ketaatan
Maksudnya adalah ketaatan Yesus di dalam kehidupannya sebagai seorang Imam, Raja, dan Nabi. Sebagai seorang imam, Tuhan Yesus memiliki sebuah keunikan. Imam di dalam Perjanjian Lama memiliki tugas untuk mempersembahkan korban-korban, seperti korban penebus dosa. Kristus sebagai imam besar menjadi menarik karena Ia tidak mengorbankan domba maupun kambing, tetapi di dalam peranNya sebagai imam, Ia memberikan diriNya sendiri sebagai korban penebus dosa manusia. Sikap ini menjadi sangat signifikan di dalam kekristenan. Tanpa penebusan Kristus yang adalah Imam Besar, tidak akan ada keselamatan.

2.    Melayani
Kalau kita melihat di Perjanjian Lama, fungsi raja adalah memimpin suatu negeri ataupun kelompok tertentu untuk dapat memuaskan keinginannya. Selain itu dari peran yang diambil Yesus sebagai seorang Raja, menunjukkan suatu hal – bahwa pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mampu melayani orang-orang yang Ia pimpin. Kehidupan Kristus adalah kehidupan seorang Raja yang kalau kita lihat pada konteks jaman itu, sama sekali berbeda dengan bayangan yang dimiliki oleh orang-orang sekitarnya. Apalagi Kristus memproklamirkan diriNya sebagai mesias, yang kemudian para ahli taurat langsung menyebut Dia sesat.

3.    Pemberitaan Kabar
Peran Allah sebagai seorang nabi tidak dapat dilepaskan dari apa yang diberitakan oleh Yohanes. Pada mulanya adalah Firman (Yohanes 1:1) yang mana menunjukkan identitas Yesus sebagai firman itu sendiri. Di jaman Perjanjian Lama, nabi-nabi mengabarkan tentang kedatangan mesias dan merujuk kepada Mesias yang benar-benar kuat. Tuhan Yesus mengabarkan diriNya sendiri pada jaman Perjanjian Baru dengan menyebutkan bahwa Ia telah datang ke dalam dunia, mengambil rupa seorang hamba, yang mana pada akhirnya Ia harus mati di kayu salib. Bayangan mesias yang sama sekali tidak ideal.

Belajar dari ketiga sikap tersebut, sungguh sebenarnya peran-peran itu menunjukkan bahwa Kristus sudah menjalankan 3 fungsi itu dengan luar biasa. Bagaimana dengan kita sendiri? Adakah di dalam pelayanan kita, kita tidak taat kepada Allah, karena kita tidak percaya akan kuasa-Nya yang dapat menyertai kita? Di dalam kita melayani, adakah kita masih memikirkan apa yang kita dapatkan? Apakah jabatan yang kita emban berarti kita merasa bahwa kita memiliki suatu kuasa yang lebih? Apakah di dalam kita memberitakan injil kita malu menutup-nutupi kematian Kristus – suatu hal yang memalukan bagi manusia – dan lupa akan pengorbananNya dan kita melontarkan pernyataan bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih namun tanpa keadilan sama sekali?

Kalau kita punya sikap hidup seperti Tuhan Yesus seperti ini, sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memiliki sikap taat, karena kita dapat melihat ketaatan Tuhan Yesus sampai mati di kayu salib. Ketaatan itu menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan Karya Allah bagi kehidupan manusia. Adakah kita memiliki ketaatan seperti Allah, sudah tahu bahwa dalam melakukan sesuatu yang benar kita dimusuhi namun kita tetap mau belajar untuk taat? Tuhan tidak pernah menjanjikan kalau kita taat maka hidup kita akan aman-aman saja, sebaliknya Tuhan sendiri berkata bahwa mengikut Dia berarti : pikul salib dan sangkal diri, tidak punya tempat untuk meletakkan kepala kita, dan sebagainya (Matius 8:20, Matius 10:38). Tetapi satu hal yang membuat kita tetap yakin bahwa ada happy ending adalah penyertaan Tuhan yang selalu tepat menurut waktuNya (Wahyu 21:4).

Melayani adalah sesuatu yang sangat susah. Fokus pelayanan bisa berubah dengan sangat cepat, yang mana kita lupa tentang konsep pelayanan yang diberikan Kristus di dalam kehidupan kita. Apabila memaknai pelayanan seperti yang diajarkan oleh alkitab berarti kita belajar bahwa hidup kita adalah melayani dan memberikan nyawa kita menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Jangankan menjadi tebusan bagi banyak orang, bahwasanya kita hidup saat ini pun saat jadi atasan kita masih memegang teguh jabatan tersebut. Kita jarang ingat bahwa kalau Tuhan mengijinkan kita untuk ada di dalam suatu jabatan tertentu, itupun sebenarnya karena rencana Allah di dalam kehidupan kita.

Terakhir namun tidak kalah penting adalah injil seperti apa yang sedang kita beritakan. Kalau memaknai kehidupan Yesus, dengan terang-terangan Ia memberitakan injil yang sama sekali tidak enak untuk didengar. Saya selalu membayangkan sekiranya saya ada di jaman Perjanjian Baru dan mendengar Kotbah di Bukit, kira-kira sikap saya seperti apa? Pada saat kita mengenal Kristus, hal yang paling umum terjadi adalah yang dulunya kita tidak pernah mengenal Allah yang sejati, akhirnya kita jadi berani untuk memberitakan Firman yang berdasarkan atas Alkitab itu sendiri. Berapa banyak sekarang gereja memiliki jemaat yang begitu banyak namun mengundang bahkan orang-orang yang non-Kristen yang bahkan dia sama sekali tidak pernah membuka alkitab untuk memberitakan Firman, dan undangan itu bertujuan untuk memuaskan telinga pendengarnya. Firman yang sejati itu tidak hanya memuaskan pendengarnya tetapi juga memberikan suatu teguran dan bahkan sampai kepada pertobatan yang sejati.

Mari kita memaknai kehidupan Tuhan Yesus. Ia yang mengambil rupa seorang hamba, yang setia untuk terus melakukan kehendak BapaNya melayani di dalam keberadaanNya sebagai hamba, dan memberitakan Firman yang benar karena Ia sendirilah Firman Tuhan itu.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment