Sebuah perenungan dari Filipi 2:1-11
Sikap hidup
orang yang percaya akan kekristenan memiliki suatu keunikan yang sangat khusus.
Kehidupan orang percaya kepada Kristus seharusnya adalah semakin lama semakin
serupa dengan Allah. Salah satu hal yang menarik di dalam sifat Allah,
khususnya Yesus Kristus adalah sikap hidup “mengambil rupa seorang hamba”. Menyambut
natal, tidak dapat dipungkiri bahwa seorang Raja Mulia rela mengambil rupa
seorang hamba, menjadi serupa dengan manusia yang sama dengan kita. Sama-sama
lapar, sama-sama bisa merasakan kesakitan, sama-sama bisa mati, dan yang paling
penting yang tidak kita miliki adalah kebangkitan Kristus – sebagai yang sulung
dari antara orang-orang yang percaya.
Salah satu
sikap yang perlu direnungkan adalah bagaimana Kristus yang maha mulia bisa
menjadi seorang hamba – yang kalau kita tahu pada konteks jaman itu, hamba
adalah seseorang yang tidak memiliki arti sama sekali. Maksudnya bahwa hamba
itu adalah orang-orang yang memiliki tingkat social yang sangat rendah. Hamba hanya
boleh bicara kalau tuannya menyuruh dia bicara. Hamba adalah seorang yang harus
melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuannya. Hidup seorang hamba
ditentukan oleh tuannya.
Apabila
Yesus mengambil sikap hidup seperti itu, apa sebenarnya yang dapat kita
pelajari?
1.
Ketaatan
Maksudnya adalah ketaatan Yesus di dalam kehidupannya
sebagai seorang Imam, Raja, dan Nabi. Sebagai seorang imam, Tuhan Yesus
memiliki sebuah keunikan. Imam di dalam Perjanjian Lama memiliki tugas untuk
mempersembahkan korban-korban, seperti korban penebus dosa. Kristus sebagai
imam besar menjadi menarik karena Ia tidak mengorbankan domba maupun kambing,
tetapi di dalam peranNya sebagai imam, Ia memberikan diriNya sendiri sebagai
korban penebus dosa manusia. Sikap ini menjadi sangat signifikan di dalam
kekristenan. Tanpa penebusan Kristus yang adalah Imam Besar, tidak akan ada
keselamatan.
2.
Melayani
Kalau kita melihat di Perjanjian Lama, fungsi raja
adalah memimpin suatu negeri ataupun kelompok tertentu untuk dapat memuaskan
keinginannya. Selain itu dari peran yang diambil Yesus sebagai seorang Raja,
menunjukkan suatu hal – bahwa pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mampu
melayani orang-orang yang Ia pimpin. Kehidupan Kristus adalah kehidupan seorang
Raja yang kalau kita lihat pada konteks jaman itu, sama sekali berbeda dengan
bayangan yang dimiliki oleh orang-orang sekitarnya. Apalagi Kristus
memproklamirkan diriNya sebagai mesias, yang kemudian para ahli taurat langsung
menyebut Dia sesat.
3.
Pemberitaan Kabar
Peran Allah sebagai seorang nabi tidak dapat
dilepaskan dari apa yang diberitakan oleh Yohanes. Pada mulanya adalah Firman
(Yohanes 1:1) yang mana menunjukkan identitas Yesus sebagai firman itu sendiri.
Di jaman Perjanjian Lama, nabi-nabi mengabarkan tentang kedatangan mesias dan
merujuk kepada Mesias yang benar-benar kuat. Tuhan Yesus mengabarkan diriNya
sendiri pada jaman Perjanjian Baru dengan menyebutkan bahwa Ia telah datang ke
dalam dunia, mengambil rupa seorang hamba, yang mana pada akhirnya Ia harus
mati di kayu salib. Bayangan mesias yang sama sekali tidak ideal.
Belajar dari
ketiga sikap tersebut, sungguh sebenarnya peran-peran itu menunjukkan bahwa
Kristus sudah menjalankan 3 fungsi itu dengan luar biasa. Bagaimana dengan kita
sendiri? Adakah di dalam pelayanan kita, kita tidak taat kepada Allah, karena
kita tidak percaya akan kuasa-Nya yang dapat menyertai kita? Di dalam kita
melayani, adakah kita masih memikirkan apa yang kita dapatkan? Apakah jabatan
yang kita emban berarti kita merasa bahwa kita memiliki suatu kuasa yang lebih?
Apakah di dalam kita memberitakan injil kita malu menutup-nutupi kematian
Kristus – suatu hal yang memalukan bagi manusia – dan lupa akan pengorbananNya
dan kita melontarkan pernyataan bahwa Allah adalah Allah yang penuh kasih namun
tanpa keadilan sama sekali?
Kalau kita
punya sikap hidup seperti Tuhan Yesus seperti ini, sebenarnya tidak ada alasan
bagi kita untuk tidak memiliki sikap taat, karena kita dapat melihat ketaatan
Tuhan Yesus sampai mati di kayu salib. Ketaatan itu menunjukkan bahwa tidak ada
yang dapat menghentikan Karya Allah bagi kehidupan manusia. Adakah kita
memiliki ketaatan seperti Allah, sudah tahu bahwa dalam melakukan sesuatu yang
benar kita dimusuhi namun kita tetap mau belajar untuk taat? Tuhan tidak pernah
menjanjikan kalau kita taat maka hidup kita akan aman-aman saja, sebaliknya
Tuhan sendiri berkata bahwa mengikut Dia berarti : pikul salib dan sangkal
diri, tidak punya tempat untuk meletakkan kepala kita, dan sebagainya (Matius
8:20, Matius 10:38). Tetapi satu hal yang membuat kita tetap yakin bahwa ada happy ending adalah penyertaan Tuhan yang
selalu tepat menurut waktuNya (Wahyu 21:4).
Melayani
adalah sesuatu yang sangat susah. Fokus pelayanan bisa berubah dengan sangat
cepat, yang mana kita lupa tentang konsep pelayanan yang diberikan Kristus di
dalam kehidupan kita. Apabila memaknai pelayanan seperti yang diajarkan oleh
alkitab berarti kita belajar bahwa hidup kita adalah melayani dan memberikan
nyawa kita menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Jangankan menjadi
tebusan bagi banyak orang, bahwasanya kita hidup saat ini pun saat jadi atasan
kita masih memegang teguh jabatan tersebut. Kita jarang ingat bahwa kalau Tuhan
mengijinkan kita untuk ada di dalam suatu jabatan tertentu, itupun sebenarnya
karena rencana Allah di dalam kehidupan kita.
Terakhir
namun tidak kalah penting adalah injil seperti apa yang sedang kita beritakan.
Kalau memaknai kehidupan Yesus, dengan terang-terangan Ia memberitakan injil
yang sama sekali tidak enak untuk didengar. Saya selalu membayangkan sekiranya
saya ada di jaman Perjanjian Baru dan mendengar Kotbah di Bukit, kira-kira
sikap saya seperti apa? Pada saat kita mengenal Kristus, hal yang paling umum
terjadi adalah yang dulunya kita tidak pernah mengenal Allah yang sejati,
akhirnya kita jadi berani untuk memberitakan Firman yang berdasarkan atas
Alkitab itu sendiri. Berapa banyak sekarang gereja memiliki jemaat yang begitu
banyak namun mengundang bahkan orang-orang yang non-Kristen yang bahkan dia
sama sekali tidak pernah membuka alkitab untuk memberitakan Firman, dan
undangan itu bertujuan untuk memuaskan telinga pendengarnya. Firman yang sejati
itu tidak hanya memuaskan pendengarnya tetapi juga memberikan suatu teguran dan
bahkan sampai kepada pertobatan yang sejati.
Mari kita
memaknai kehidupan Tuhan Yesus. Ia yang mengambil rupa seorang hamba, yang
setia untuk terus melakukan kehendak BapaNya melayani di dalam keberadaanNya
sebagai hamba, dan memberitakan Firman yang benar karena Ia sendirilah Firman
Tuhan itu.
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment