“All religions are fundamentally the same!” Pernyataan itu
adalah pernyataan yang saat ini cukup populer di dalam kehidupan masyarakat
post-modernism. Kebenaran telah digantikan oleh sesuatu yang relatif.
Kebenaranpun dianggap sebagai sesuatu yang relatif, tanpa ada standar yang
jelas. Implikasinya adalah semua paham, semua agama, semua hal itu adalah
sesuatu yang relatif, dibungkus dengan sangat apik oleh kata-kata “TOLERANSI”
namun pada prakteknya itu bukan toleransi secara definisi.
Lalu apa
sebenarnya yang menarik dari Kekristenan? Bukankah Yesus, Muhammad, Buddha, dan
lain-lain menawarkan hal yang sama? Bukankah nantinya tujuan akhir manusia
adalah surga? Bukankah orang harus berbuat baik untuk dia dapat selamat?
Bukankah semuanya sama-sama mengakui penciptaan dunia ini dari nol? Bukankah
semuanya sebenarnya adalah satu, namun hanya cara pandangnya saja yang
berbeda-beda? Bukankah tidak ada perbedaan yang fundamental antara semuanya?
Apakah implikasi
dari kehidupan Kristen setelah kita ditebus? Apa sebenarnya yang unik antara
kekristenan dengan seluruh agama di dunia ini? Banyak orang berkata bahwa
kekristenan adalah agama yang sangat eksklusif. Bagaimana tidak, bahkan pada
saat Tuhan Yesus berkata di dalam Yohanes 14:6, “I am THE way, THE truth, and
THE life…” itu adalah pernyataan yang eksklusif. Satu-satunya jalan keselamatan
adalah Yesus sendiri dan tanpa Yesus, mustahil seseorang bisa selamat dan
beroleh hidup yang kekal. THE mengarah kepada SATU-SATUNYA!
Mari kita coba
lihat bagaimana orang-orang pada umumnya memandang kekristenan dan bagaimana
kita bisa bertahan di dalam tekanan tersebut:
1.
“Kekristenan
adalah agama yang sangat eksklusif, dan sangat sombong, bukankah dengan
mengatakan ‘YESUS adalah satu-satunya juru selamat’ berarti itu tidak
menghargai pendapat lain?”
Ini
adalah pendapat yang sangat klasik dan sering diutarakan oleh orang-orang
relativis. Sebenarnya orang yang bertanya seperti itu perlu meninjau ulang
pernyataannya. Bukan hanya kekristenan yang mengajarkan eksklusifitas. Apabila
kita membaca seluruh kitab suci agama lain sebenarnya juga sama, bahwa mereka
selalu menolak hal-hal yang bertentangan dengan ajaran dasar agama mereka.
2.
Seringkali
orang-orang berkata bahwa tidak ada yang unik pada iman Kristen. Sama saja
untuk mencapai surga kita harus melakukan ini, melakukan itu, dan sebagainya
(seringkali orang mengutip Yakobus 2 untuk melontarkan pernyataan ini). Iman
Kristen yang sejati percaya bahwa Allah mengatur semua hal di dunia ini. Allah
kita bukan Allah yang bisa disogok dengan perbuatan baik kita.
Paulus
menuliskan dengan sangat tegas di kitab Roma 3:23 bahwa semua manusia itu
berdosa dan akibatnya upah satu-satunya yang patut kita terima adalah
penghukuman maut. Inilah letak perbedaan mendasar iman Kristen dan agama-agama
lain di dunia ini. Alkitab menyatakan bahwa seluruh dosa kita telah ditebus
oleh Kristus dan tidak akan ada lagi penghukuman, serta sama sekali tidak ada
peran manusia di dalam ia mendapatkan keselamatan. Mengapa begitu? Karena iman
dari seseorang yang percaya pun sebenarnya timbul dari Kristus sendiri.
Lalu
bagaimana dengan pernyataan dari kitab Yakobus 2 tersebut?
Ayat-ayat
ini harus dibaca sesuai dengan konteks jaman tersebut, yang mana Yakobus melihat
begitu bejatnya orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan namun tindakannya
sama sekali tidak mencerminkan imannya. Itulah yang mendasari pemikiran ini.
Alkitab berkata bahwa seluruh tindakan baik kita itu karena Allah merencanakan
sebelumnya, dan tidak ada usaha manusia sedikitpun untuk dapat diselamatkan,
semuanya semata-mata karena anugrah. Perbuatan baik yang kita lakukan adalah
(1) bukti dari iman percaya kita yang menyelamatkan yang sudah dianugrahkan
Yesus bagi kita, (2) ucapan syukur atas anugrah terbesar yang diberikan Tuhan
Yesus di dalam kehidupan kita.
3.
Tidak
ada satu Allahpun di agama lain yang rela untuk turun ke dunia untuk menebus
dosa manusia. Doktrin anugrah disertai dengan suatu pengakuan bahwa pertolongan
atas kita hanyalah di dalam nama Allah Tritunggal. Selain iman Kristen, tidak
ada Allah yang rela menjadi manusia, mengambil rupa seorang HAMBA (dalam
istilah bahasa Yunani: kenosis).
Berita ini terdapat di dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Filipi pasal
2. Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus merupakan suatu tindakan yang tidak ada
bandingannya di dunia ini. Semua orang sudah berdosa dan tidak akan bisa
menyelamatkan diri sendiri dan orang lain. Maka dari itu, oknum yang tidak
berdosa harus turun untuk menyelamatkan oknum yang berdosa.
4.
Surga
itu sama saja, bukankah semua orang akan masuk surga setelah ia meninggal? Anggapan
seperti ini merupakan pandangan dari orang yang belum belajar banyak dan
menganggap bahwa tujuan akhir manusia diakhiri dengan surga. Seluruh agama memiliki
konsep surga yang berbeda. Agama-agama seperti Buddha dan Hindu bahkan tidak
mengakui adanya surga, namun tujuan hidup akhir Buddha adalah nirvana dan Hindu
yaitu suatu kondisi yaitu mokhsa (artinya lepas dari lingkaran reinkarnasi).
Bukankah ini menunjukkan bahwa konsep surga ini berbeda? Bahkan kalau
diperhatikan lebih jauh, agama Islam dan Kristen pun juga memiliki konsep surga
yang berbeda.
5.
Keunikan
iman Kristen adalah apa yang ditawarkan Yesus. Kekayaan? Ketenangan hati?
Kenyamanan? Itu adalah sebagian kecil yang Tuhan Yesus tawarkan kepada
orang-orang yang mengikut Dia. Kekayaan yang dimaksud disini bukan kekayaan
dunia, namun kekayaan dimana kita belajar untuk merasa cukup akan apapun yang
kita miliki. Ketenangan hati adalah ketenangan hati karena kita tahu siapa yang
kita percaya dan ada jaminan mulia atas kehidupan kita. Kenyamanan? Ya karena
pada saat kita belajar mengikuti kehendakNya, kita akan nyaman dalam mengikut
Dia.
Jauh
melebihi semua hal itu, proses kekristenan adalah sesuatu yang sangat luar
biasa. Tuhan Yesus menawarkan kelegaan, namun tidak melepaskan tanggung jawab
manusia di dalam apa yang seseorang kerjakan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa
mengikut Dia berarti pikul salib dan sangkal diri. Namun hal inilah yang
menarik bagi Paulus, yang mana ia menuliskan bahwa justru di dalam
kelemahannya, di dalam apa yang ia alami, ia tetap dapat bersukacita di dalam
Tuhan. Apa yang membuat ia bersukacita? Karena dia tahu bahwa Tuhan menyertai
dia senantiasa. Itu hal yang cukup bagi dirinya.
Kesimpulannya
adalah bahwa tidak ada satu agamapun di dunia ini yang sama. Semuanya memiliki
perbedaan mendasar. Mungkin di dalam ranah praktek bisa sama, tetapi ada
perbedaan secara fundamental (doktrin, dogma, dan sebagainya). Konsep kebenaran
yang dianut oleh setiap agamapun berbeda. Mari kembali kepada definisi
TOLERANSI bukan KOMPROMI. Justru perbedaan itu membuat kita saling menghargai
satu sama lain.
Sumber:
-
Buku
“Jesus Among Other Gods” oleh Ravi Zacharias
-
Siaran
Radio dari Ravi Zacharias International Ministry “Let My People Think”
-
Buku
“Faith Alone” oleh R.C. Sproul
No comments:
Post a Comment