Total Pageviews

Wednesday, December 12, 2012

Sikap Hidup Orang Percaya


Sikap orang Kristen di dalam menghidupi kekristenannya berbeda-beda. Fenomena ini ditunjukkan dengan berbagai hal yang dapat kita temui di sekitar kita, yang sangat menarik untuk diperhatikan. Sekalipun tidak kelihatan dengan jelas, namun ciri-ciri seperti ini akan Nampak pada saat kita melihat seseorang melakukan sesuatu dan kemudian menyikapi suatu masalah di dalam kehidupannya.

Ada beberapa tipikal orang Kristen menurut saya dalam mereka memandang Tuhan di dalam hidup mereka dan sikap hidup mereka mencerminkan hal itu. Berikut ini klasifikasinya:


  • Berlaku sebagai HAMBA, Tuhan dinilai sebagai TUAN YANG KEJAM

Ciri-ciri orang seperti ini adalah ia memiliki kerohanian yang sangat represif. Maksudnya adalah orang tersebut sebenarnya tidak pernah nyaman di dalam hidup bersama Tuhan. Artinya bahwa ia memang melakukan kehendak Tuhan, namun kerohaniannya itu didasari bukan karena ia mencintai Tuhan, namun lebih karena itu merupakan suatu kewajiban yang menekan dia. Orang tipikal seperti ini gagal untuk menikmati keberadaan Tuhan di dalam hidupnya. Ia memang memuliakan Tuhan (dalam artian sempit) namun tidak diiringi dengan menikmati Tuhan dan anugrah-Nya sepanjang waktu. Artinya bahwa sukacita orang tersebut bukanlah merupakan sukacita Tuhan, begitu pula sebaliknya.
Kerohanian ini mirip dengan kerohanian yang dijalani oleh ahli taurat pada jaman Yesus. Mereka percaya bahwa Mesias akan datang dan mereka mempersiapkan diri mereka dengan bertindak sangat suci, sangat represif. Akibatnya mereka terikat oleh ritual-ritual keagamaan-lupa tentang apa hal riil yang harus mereka kerjakan. Sampai pada saat Tuhan Yesus datang pun mereka gagal mengenali Tuhan Yesus sebagai Mesias. Padahal apa yang dikatakan Tuhan Yesus adalah kuk-Nya itu enak dan beban-Nya ringan (Matius 11:30)


  • Berlaku sebagai TUAN, Tuhan dinilai layaknya ANJING

Tipikal orang Kristen seperti ini adalah orang Kristen yang sangat ­self-centered. Maksudnya adalah ia sangat menikmati berkat Tuhan di dalam kehidupannya, tetapi tidak mau menerima hal-hal negatif yang menimpa dirinya ataupun orang-orang di sekitarnya. Ia lupa bahwa pada saat seseorang diberikan berkat, ada sesuatu yang akan mengikuti berkat tersebut, yaitu kepercayaan dari Allah. Dasar dari imannya adalah berkat Tuhan yang luar biasa. Orang-orang dengan tipikal seperti ini memiliki hati yang bersukacita apabila ia mendapatkan berkat, sampai akhirnya ia “menyogok” Tuhan untuk memberikan sesuatu bagi dirinya. Misalnya bisa saja ia rajin ke gereja supaya dia dapat nilai yang bagus pada waktu ujian. Motivasinya untuk menyembah Tuhan tidak lebih dari agar dia mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak berfokus kepada kepentingan Tuhan di dalam kehidupannya.
Kerohanian seperti ini saat ini sebenarnya sangat banyak ditemukan. Berapa banyak orang Kristen saat ini yang datang ke gereja dengan harapan bahwa mereka hanya ingin menikmati berkat, datang ke kebaktian yang kotbahnya memuaskan otak mereka, atau ke kebaktian dengan musik yang indah untuk memuaskan mereka. Inti ibadah akhirnya berubah fokus, dari penyembahan kepada Tuhan, fokus kemuliaan adalah Tuhan, menjadi pemuasan diri dan sekadar pengalaman intelektual.


  • Berlaku sebagai SAHABAT, Tuhan adalah SAHABAT yang SEJATI

Tipikal orang Kristen seperti ini adalah orang yang sangat sadar bahwa dirinya sudah ditebus oleh anugrah. Ia hidup di dalam kesadaran penuh tentang anugrah. Mengerjakan keselamatan karena dia tahu bahwa itulah yang Tuhan mau di dalam kehidupannya. Present his/her body as a living sacrifices, itulah kunci dari kehidupan orang tipikal ketiga ini. Apabila menjalani kerohanian seperti ini, ia dapat bersyukur karena apa yang nikmat bagi Allah, itu pula nikmat bagi Dia. Sukacita Allah adalah sukacitanya. Artinya bahwa apa yang Tuhan mau di dalam kehidupannya, Ia juga sedang mengusahakan hal yang Tuhan mau, sehingga justru kenikmatan sejatinya adalah memuliakan Allah di dalam kehidupannya. Konsep blessed to bless menempel erat di dalam orang tipikal ketiga ini. Ia menyadari bahwa kalau ia diberikan sesuatu hal oleh Allah, ada sesuatu yang Allah akan kerjakan di dalam kehidupannya melalui sesuatu itu.
Orang Kristen seperti ini memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran Firman Tuhan. Ia memiliki perubahan hidup yang jelas karena ia tahu kepada siapa ia bekerja. Ia dengan jelas sadar siapa yang menjadi pusat kehidupannya dan ia tahu akhir hidupnya dengan jelas, dan fokus hidupnya saat ini adalah untuk mencapai kekekalan tersebut.
Seorang sahabat tahu kebutuhan sahabatnya itu. Tuhan mengenal kita satu per satu sampai kepada pribadi kita yang paling brengsek sekalipun Tuhan tahu. Tuhan ingin perubahan hati kita secara mendasar. Kalau menganggap Tuhan sebagai sahabat berarti kita jadi pribadi yang siap dikritik. Kita menjadi pribadi yang berani untuk mengakui kesalahan kita. Kita dituntut menjadi seorang yang mau mengerti apa yang dimaui oleh sahabat kita, bukan karena sahabat kita ingin dikenal, tetapi kita dengan rela hati dan kerinduan itu kita belajar mengenalNya.

Ketika menulis artikel ini pun, saya pribadi merefleksikan sebenarnya bagaimana saya sudah menganggap Tuhan dalam kehidupan saya?  Bagaimana saya memandang Tuhan di dalam kehidupan saya? Saya pun mengajak setiap pembaca untuk merefleksikan hubungan kita dengan Tuhan. Sampai sejauh mana Tuhan menguasai kehidupan kita? Masih adakah hal-hal yang mana kita tidak mau serahkan kepada Tuhan? Mungkin terlalu kotor, terlalu brengsek, terlalu jijik?


Matius 13:44. Ayat ini menunjukkan apa yang akan saudara lakukan kalau saudara menemukan kerajaan sorga itu. Menurut pembaca sekalian, harta itu siapa kalau dari sudut pandang Allah? Ya tentu saja itu adalah saudara dan saya. Oleh karena itu, mari miliki sikap hidup yang benar di dalam menyikapi berbagai peristiwa dan kejadian yang ada di dalam kehidupan kita.

Kalau selama ini kita memiliki kerohanian yang represif, mari belajar menikmati apa yang Tuhan mau, rencana Tuhan yang sedang Ia kerjakan di dalam kehidupan kita. Kalau kita selama ini menganggap Tuhan hanya sebagai anjing, mari belajar untuk menghormati Dia lebih daripada kita menghormati berkat-Nya.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment