Total Pageviews

Friday, October 27, 2017

Mempertahankan Identitas Hidup

What are you? The god of hammer?” demikianlah pertanyaan Odin kepada Thor manakala ia merasa kesulitan untuk menang melawan Hela di dalam film Thor: Ragnarok. Pertanyaan ini membuat Thor sadar bahwa sumber kekuatannya bukanlah dari sebuah palu, yang hancur, tetapi dari semulanya ia adalah seorang dewa petir (god of thunder). Menarik sekali hal ini untuk kita renungkan karena kita sebagai orang Kristen pun lupa akan identitas kita sebagai warga sorga. Kita seakan-akan kehilangan identitas kita di dalam berbagai rutinitas hidup yang menarik kita dari kasih Bapa dalam hidup kita.

Memegang Teguh Keselamatan
2 Korintus 5:15
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 

Berbicara mengenai keselamatan tidak dapat dilepaskan dari bagaimana karya Kristus di dalam kehidupan orang percaya. Kesadaran bahwa keselamatan merupakan anugrah akan mengingatkan diri kita, siapakah sebenarnya kita. Ketika Tuhan telah menyelamatkan kita, kita yang adalah hamba dosa, statusnya diubah menjadi hamba kebenaran (Roma 6:20-23). Hamba kebenaran identik dengan kita menjadi hamba dari kasih karunia.

Hamba kasih karunia berarti kita belajar untuk senantiasa berpegang teguh pada kasih karunia. Kita taat terhadap kasih karunia yang Tuhan berikan – sama seperti ketika seorang hamba takluk terhadap tuannya. Seorang hamba sama sekali tidak punya hak atas hidupnya sendiri. Seorang hamba seumur hidupnya hanyalah menjadi suruhan, yang tidak punya hak apapun kecuali tuannya memberikan hak tersebut.

Itulah mengapa Paulus menuliskan dalam suratnya untuk kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Kristus yang memberikan kehidupan bagi kita, maka selayaknyalah hidup kita pun dipersembahkan kepada Dia yang empunya kehidupan kita.

Respons Terhadap Kasih Karunia
2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 

Menjadi ciptaan baru berarti benar-benar menjadi pribadi yang baru. Kita yang percaya kepada karya keselamatan sudah diberikan sebuah tujuan hidup yang baru. Senantiasa karena kita pun menjadi manusia baru. Paulus mengatakan : “yang lama sudah berlalu”, artinya segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan lama kita adalah sesuatu yang harus kita tinggalkan dan tanggalkan di dalam kita menjalani hidup kita sebagai manusia baru.

Menjalani hidup sebagai milikNya berarti kita menjalankan hal-hal yang Tuhan mau kita kerjakan. Ketika hidup kita bukan milik kita sendiri, itu berarti bahwa kita perlu senantiasa belajar untuk memahami kehendak Allah dalam hidup – sembari kita belajar melakukannya. Semata-mata sebagai sebuah ungkapan syukur bahwa Tuhan sudah memberikan segalanya bagi hidup kita. Segalanya? Yes. Segalanya! Tuhan sudah memberikan bahkan hidup-Nya melalui karya Kristus. Selayaknyalah kita belajar juga memberikan segenap hidup kita kepada Dia.

Yang baru sudah datang! Demikianlah kita perlu belajar mengingat identitas baru kita di dalam kita hidup di dunia ini. Identitas yang melekat ini tidak akan dipengaruhi oleh hal lain selain iman percaya kita.

Aplikasi
Ketika Tuhan sudah menjadikan kita manusia baru di dalam Kristus, identitas kita tidak ditentukan dari atribut yang kita gunakan. Seperti di awal, Thor mendefinisikan status dewanya (kalau kita lihat di film-film sebelumnya, hidupnya ditentukan benar-benar oleh Mjolnir, palu yang diberikan Odin kepadanya), dan itu tidak jauh berbeda dengan hidup kita. Kita seringkali diikat oleh atribut-atribut yang ada di dalam kehidupan kita bukan? Entah itu kecerdasan kita, harga diri kita, dan sebagainya.

Ketika sadar bahwa kita ciptaan baru, maka sudah selayaknya kita belajar buat bersyukur atas identitas yang Tuhan karuniakan dalam hidup kita. Melalui identitas itulah kita tidak perlu takut dan ragu dalam menjalani hidup ini. Senantiasa kita belajar untuk bersukacita di dalam Tuhan. Senantiasa kita belajar untuk bersyukur dan tidak kuatir dalam menjalani kehidupan ini.

Hidup kita tidak ditentukan dari setiap atribut yang kita punya. Kita belajar buat percaya bahwa segala hal yang kita punya adalah milik Tuhan, yang sewaktu-waktu dapat diambil. Tetapi status kita sebagai anak-anak Allah merupakan hal yang paling penting. Keselamatan yang Tuhan berikan – itu cukup bagi setiap kita – seperti Paulus yang senantiasa dapat bersyukur atas setiap kelemahan yang ia miliki, sehingga ia dapat memahami perkataan Allah “cukuplah kasih karuniaku”.

Ketika sumber kekuatan kita – entah itu kekayaan kita, keberhasilan kita, jabatan kita, dan setiap hal di dunia ini lenyap, marilah kita senantiasa belajar bahwa satu-satunya sumber kekuatan kita adalah Kristus – yang dinyatakan melalui kehidupan keseharian kita. Kasih karunia Allah itu lebih dari cukup dalam kita dapat menjalani kehidupan ini. Seperti Thor yang kehilangan palunya tetapi dia tetap mengingat identitasnya, marilah kita sebagai anak-anak Allah juga belajar untuk memegang teguh kasih karunia yang sudah Tuhan anugrahkan dalam hidup kita untuk menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini

Soli Deo Gloria!

No comments:

Post a Comment