Total Pageviews

Saturday, January 5, 2013

Mentoring - Kenapa kok Penting?



Suatu kali seorang mahasiswa datang kepada saya, bertanya: kenapa harus ada mentoring padahal kita kan orang-orang yang sudah siap untuk pelayanan. Sudah ada pembekalan dan sebagainya, tetapi kok masih ada suatu kelompok kecil yang kadang-kadang omongannya nggak sesuai dengan kebutuhan kita. Kan ini suatu kegiatan wasting time! Inilah yang sering sekali terjadi di dalam pelayanan pada umumnya. Akhirnya suatu proses yang disebut mentoring dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan. Is it true? Bagaimana kita sebagai mentee maupun mentor bersikap?

1.    Partnership
Suatu proses mentoring membutuhkan hubungan partnership. Maksudnya adalah bagaimana mentor menganggap mentee sebagai partnernya, begitu pula sebaliknya. Mentor bukanlah orang yang paling pintar, tetapi orang yang lebih dulu tahu atau terlibat. Seorang partner yang baik tidak akan “minta makan” atau “ngasih makan” terus menerus. Memang tugas seorang mentor adalah membimbing, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mentee-nya pun perlu belajar untuk memberikan masukan secara jujur kepada mentor.

2.    Teachable
Pernah dengar ungkapan “dosen selalu benar”? jangan sampai kalimat itu keluar dari mulut seorang mentor! Ini peringatan untuk seorang mentor, namun juga untuk mentee, jangan sampai terlalu mendewakan mentormu. Mentor juga manusia! Jalanilah proses mentoring dengan hati yang terbuka dan siap untuk diberikan sekaligus memberikan sesuatu. Proses ini terus berkesinambungan!

3.    Dynamic
Dinamika di dalam kelompok mentoring merupakan sesuatu hal yang seharusnya menarik. Apalagi kalau misalnya ada perbedaan paham antara satu dengan yang lain. Misalkan saja ada di dalam suatu kelompok orang-orang dari gereja yang berbeda-beda, tentu saja dinamika kelompok harus dipahami sebagai suatu proses saling mempertajam, bukan menjatuhkan. Suatu kelompok yang dinamis merupakan kelompok yang terus saling bertumbuh satu dengan yang lain dan terus mendapatkan pemahaman baru tentang kehidupannya.

4.    Openness
Yap, perlu keterbukaan di dalam kelompok mentoring. Antara mentor dan mentee di dalam kelompok perlu belajar jujur atas segala permasalahan ataupun hal-hal yang cukup rahasia. Salah satu renungan menarik dari Pdt. Yohan Candawasa : bahwa justru permasalahan yang paling menjijikkan di dalam kehidupan kita kadang kita sembunyikan sendiri, padahal justru bagian itu yang paling perlu didoakan dan disupport oleh orang-orang kita yang paling dekat. Melalui keterbukaan itulah sebenarnya juga mentee dan mentor bisa nyambung.

5.    Based on Bible
Last but not least, and probably it’s the most important thing. Kelompok mentoring yang baik mendasari seluruh perbincangan dan diskusi di dalam kelompok dengan alkitab. Bukan berarti setiap kali proses mentoring harus Pendalaman Alkitab dengan hermeneutika tertentu, namun lebih ke arah setiap perbincangan dibawa kepada apa Christian Worldview. Maksudnya adalah bagaimana kita memandang segala permasalahan itu kembali kepada apa yang alkitab ajarkan. Justru disinilah terkadang kita merasa sangat berat karena perlu pemahaman yang baik tentang alkitab. Namun perlu diingat bahwa alkitab itulah standar kehidupan kita, guide book kita selama ada di dunia ini.

Jadi bagaimana? Apakah mentoring selama ini menjadi sesuatu yang membosankan ataukah sesuatu yang selalu dinanti? Kalau masih membosankan, mari belajar, baik mentor maupun mentee harus bersama mengevaluasi. Kalau tulisan ini boleh terbit pun bukan berarti kelompok mentoring ku adalah kelompok yang sudah perfect. Mari bersama belajar karena ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk dapat saling membangun di dalam Kristus J Soli Deo Gloria

Sumber:
- Kotbah Pdt. Yohan Candawasa : Ambillah Aku Melayani Engkau

No comments:

Post a Comment