Tidak
dapat dipungkiri bahwa pacaran merupakan salah satu tema ataupun topic pembicaraan
yang selalu menarik. Cinta adalah suatu topic yang selalu banyak diminati,
apalagi oleh anak muda saat ini. Tidak jauh dari kata CINTA adalah PACARAN, dan
lebih jauh lagi adalah PERNIKAHAN. Seperti apa kekristenan memandang cinta ini
di dalam relasi?
1.
Dasar suatu relasi pacaran
Dasar suatu relasi kasih adalah karena Allah terlebih
dahulu mengasihi manusia, karena itu sesuai dengan karakter Allah yaitu kasih,
maka setiap manusia yang merupakan gambar dan rupa Allah dapat mengasihi satu
sama lain. (1Yohanes 4:19). Sesuai dengan dasar itulah maka kita dituntut untuk
dapat mengasihi orang lain / pasangan kita dengan kasih yang “unconditional”. Bukan
karena dia melakukan sesuatu tetapi sekalipun ia melakukan sesuatu yang buruk. Itu
juga yang sedang dikerjakan Allah di dalam kehidupan kita.
2.
Kriteria Pasangan Hidup
Beberapa tahun yang lalu ada suatu acara yaitu “Take Me
Out” yang mana mencoba mengangkat tema tentang cinta. Laki-laki dan perempuan
single berusaha untuk menarik hati orang yang mencari pasangan hidup. Pertemuan
mereka mungkin hanya satu malam saja, dan akhirnya pulang ke rumah
masing-masing dan mereka menikah. That’s it! Saya mengamati beberapa kriteria
yang diajukan oleh calon, apa yang mereka cari tidak terlalu jauh dari kriteria
fisik: tinggi, cantik, dan sebagainya.
Itulah yang diperlihatkan dunia saat ini. Saya pun juga
memiliki seorang rekan yang mengatakan bahwa ia tidak percaya diri karena dia
menganggap dirinya jelek. Bukankah ini sesuatu yang mengerikan ketika standar
seseorang berubah, melihat luarnya saja tapi sama sekali tidak mengenal
karakter seseorang?
3.
Kenapa kok Penting Mengenal Pasangan Kita?
Ini pertanyaan yang paling sering diajukan oleh
orang-orang yang PRO akan kecantikan dan ketampanan seseorang. Bukankah pacaran
itu hanya senang-senang, dan akan berakhir begitu saja?
Suatu hal yang cukup sering terjadi di dalam pernikahan
adalah kalimat “Dulu aku mengenal dia, kok ndak
seperti ini?” sama juga kalau pada saat kita PDKT dan kemudian sudah
pacaran. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang umum ditanyakan. Itulah sebenarnya
pentingnya pengenalan pasangan kita. Pacaran bukanlah suatu usaha untuk kita
menikmati kelebihan-kelebihan pasangan kita, tetapi juga kekurangannya. Jangan sampai
kita hanya mau menerima kelebihan dari pasangan kita namun tidak mau menerima
kekurangannya, itu berarti kita bukan benar-benar mencintai orang tersebut.
4.
What to do kalau Pengenalan itu penting?
Ya
tentunya ada banyak cara. Ada banyak hal yang dapat dikerjakan bersama yang
sebenarnya bertujuan untuk semakin mengenal pribadi satu dengan yang lain. Memang
tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak akan dapat mengenal karakter seseorang secara
utuh, namun bukan berarti kita tidak perlu mengenal calon pasangan kita. Ingat,
kelemahan yang kita miliki dan kekurangan kita itu bukan alasan untuk kita jadi
minder, tetapi justru kekurangan itu sebenarnya juga merupakan anugrah. Setiap kita
adalah produk dari anugrah tersebut.
5.
Masa Berpacaran. Apa yang harus dilakukan?
Pemahaman yang perlu dipahami adalah pacaran itu
merupakan proses menuju pernikahan. Melalui pemahaman ini, jelas bahwa relasi
yang dibangun pada saat pacaran bukanlah hanya romantika melulu. Justru pacaran
adalah momen tepat untuk saling sharing tentang
hidup kita, tentang bagaimana kita menghadapi suatu masalah. Selain itu juga
proses ini akan diperlengkapi bukan hanya melihat kelebihan pasangan namun juga
kekurangannya. Apakah tidak perlu suasana romantis? Oh tentu saja tidak seperti
itu. Perasaan dan komitmen perlu berjalan seiring dan inilah yang saat ini
biasanya dilangkahi begitu saja. Akhirnya perasaan mendominasi, seseorang mau
berpacaran karena merasa mendapatkan sesuatu. Tidak hanya itu sebenarnya. Cinta
bicara tentang apa yang dapat kita berikan kepada pasangan kita – waktu kita,
harta kita, sampai kepada hidup kita – itulah yang disebut sebagai komitmen.
6.
When troubles come
Karena
pacaran dan pernikahan adalah proses saling belajar antar sepasang kekasih,
maka proses tersebut tidak akan jauh dari masalah. Masalah disediakan Allah
untuk melatih kehidupan. Sungguh merupakan anugrah apabila Tuhan menyediakan
setiap masalah di dalam kehidupan kita dan kita belajar untuk dengan setia
melewati permasalahan itu. (Yakobus 1:2)
7.
Being Single?
Sudah begitu banyak hal yang tertulis di atas tentang
pacaran dan pernikahan. Nah, bagaimana kita mempersiapkan diri kita untuk
menyambut momen tersebut – momen dimana Tuhan menyediakan dan mempersatukan dua
orang yang belajar untuk mengasihiNya. Mari belajar untuk mempersiapkan diri
kita sekomplit mungkin. Caranya? Ya kita belajar untuk mengasihi Tuhan, dengan
menerima diri kita sebagaimana kita ada. Mensyukuri apa yang sudah Tuhan
berikan di dalam kehidupan kita. Bentuk wajah kita, bentuk hidung, sampai
kepada hal-hal yang menjadi kekurangan kita. Ingat bahwa itu adalah anugrah,
bahwa kemuliaan Allah mau dinyatakan melalui hal-hal tersebut.
Being
single isn’t so bad. Kalau kita belum siap memulai suatu relasi, maka hal yang
dapat kita lakukan adalah mengembangkan karakter kita, mengembangkan kasih kita
kepada orang lain sehingga kita menjadi orang yang siap untuk dapat berbagi
masalah dengan orang lain sambil menerima kelebihan dan kekurangan orang
tersebut.
Kehidupan
ini adalah kehidupan yang terus berjalan, dan Allah sedang menuliskan kisah
hidup setiap orang. SalibNya merupakan suatu bukti kasih yang paling besar di
dalam sejarah. Salib itulah menandakan bagaimana Allah yang mahakudus mencintai
pendosa-pendosa seperti kita. Kasih yang tidak menuntut, tetapi menutupi segala
sesuatu (1Korintus 13). Teladan Yesus Kristus di kayu salib menunjukkan betapa
krusialnya suatu relasi dapat terbangun atas dasar kasih. Kasih yang
unconditional itu menunjukkan bahwa kita pun dituntut sebagai anak-anak Allah,
sebagai saudara Yesus Kristus untuk dapat mengasihi orang-orang di sekitar kita
dengan karakter kasih yang sudah diajarkan Allah. Mari belajar bahwa kita
adalah manusia-manusia pendosa yang mana kita juga tidak pernah lepas dari
kesalahan apapun, begitu pula pasangan kita. Justru melalui relasi kita itulah
seharusnya kasih Allah tampak nyata di dalam kehidupan kita.
Selamat
belajar mengasihi
Soli
Deo Gloria
Sumber:
Katekismus Singkat Westminster
I Isaac Take Thee Rebekah
Siaran Radio RMC Surabaya
No comments:
Post a Comment