Total Pageviews

Tuesday, January 1, 2013

Unconditional Love - Relationship


Tidak dapat dipungkiri bahwa pacaran merupakan salah satu tema ataupun topic pembicaraan yang selalu menarik. Cinta adalah suatu topic yang selalu banyak diminati, apalagi oleh anak muda saat ini. Tidak jauh dari kata CINTA adalah PACARAN, dan lebih jauh lagi adalah PERNIKAHAN. Seperti apa kekristenan memandang cinta ini di dalam relasi?

1.    Dasar suatu relasi pacaran
Dasar suatu relasi kasih adalah karena Allah terlebih dahulu mengasihi manusia, karena itu sesuai dengan karakter Allah yaitu kasih, maka setiap manusia yang merupakan gambar dan rupa Allah dapat mengasihi satu sama lain. (1Yohanes 4:19). Sesuai dengan dasar itulah maka kita dituntut untuk dapat mengasihi orang lain / pasangan kita dengan kasih yang “unconditional”. Bukan karena dia melakukan sesuatu tetapi sekalipun ia melakukan sesuatu yang buruk. Itu juga yang sedang dikerjakan Allah di dalam kehidupan kita.

2.    Kriteria Pasangan Hidup
Beberapa tahun yang lalu ada suatu acara yaitu “Take Me Out” yang mana mencoba mengangkat tema tentang cinta. Laki-laki dan perempuan single berusaha untuk menarik hati orang yang mencari pasangan hidup. Pertemuan mereka mungkin hanya satu malam saja, dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing dan mereka menikah. That’s it! Saya mengamati beberapa kriteria yang diajukan oleh calon, apa yang mereka cari tidak terlalu jauh dari kriteria fisik: tinggi, cantik, dan sebagainya.
Itulah yang diperlihatkan dunia saat ini. Saya pun juga memiliki seorang rekan yang mengatakan bahwa ia tidak percaya diri karena dia menganggap dirinya jelek. Bukankah ini sesuatu yang mengerikan ketika standar seseorang berubah, melihat luarnya saja tapi sama sekali tidak mengenal karakter seseorang?

3.    Kenapa kok Penting Mengenal Pasangan Kita?
Ini pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang-orang yang PRO akan kecantikan dan ketampanan seseorang. Bukankah pacaran itu hanya senang-senang, dan akan berakhir begitu saja?
Suatu hal yang cukup sering terjadi di dalam pernikahan adalah kalimat “Dulu aku mengenal dia, kok ndak seperti ini?” sama juga kalau pada saat kita PDKT dan kemudian sudah pacaran. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang umum ditanyakan. Itulah sebenarnya pentingnya pengenalan pasangan kita. Pacaran bukanlah suatu usaha untuk kita menikmati kelebihan-kelebihan pasangan kita, tetapi juga kekurangannya. Jangan sampai kita hanya mau menerima kelebihan dari pasangan kita namun tidak mau menerima kekurangannya, itu berarti kita bukan benar-benar mencintai orang tersebut.

4.    What to do kalau Pengenalan itu penting?
Ya tentunya ada banyak cara. Ada banyak hal yang dapat dikerjakan bersama yang sebenarnya bertujuan untuk semakin mengenal pribadi satu dengan yang lain. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak akan dapat mengenal karakter seseorang secara utuh, namun bukan berarti kita tidak perlu mengenal calon pasangan kita. Ingat, kelemahan yang kita miliki dan kekurangan kita itu bukan alasan untuk kita jadi minder, tetapi justru kekurangan itu sebenarnya juga merupakan anugrah. Setiap kita adalah produk dari anugrah tersebut.

5.    Masa Berpacaran. Apa yang harus dilakukan?
Pemahaman yang perlu dipahami adalah pacaran itu merupakan proses menuju pernikahan. Melalui pemahaman ini, jelas bahwa relasi yang dibangun pada saat pacaran bukanlah hanya romantika melulu. Justru pacaran adalah momen tepat untuk saling sharing tentang hidup kita, tentang bagaimana kita menghadapi suatu masalah. Selain itu juga proses ini akan diperlengkapi bukan hanya melihat kelebihan pasangan namun juga kekurangannya. Apakah tidak perlu suasana romantis? Oh tentu saja tidak seperti itu. Perasaan dan komitmen perlu berjalan seiring dan inilah yang saat ini biasanya dilangkahi begitu saja. Akhirnya perasaan mendominasi, seseorang mau berpacaran karena merasa mendapatkan sesuatu. Tidak hanya itu sebenarnya. Cinta bicara tentang apa yang dapat kita berikan kepada pasangan kita – waktu kita, harta kita, sampai kepada hidup kita – itulah yang disebut sebagai komitmen.

6.    When troubles come
Karena pacaran dan pernikahan adalah proses saling belajar antar sepasang kekasih, maka proses tersebut tidak akan jauh dari masalah. Masalah disediakan Allah untuk melatih kehidupan. Sungguh merupakan anugrah apabila Tuhan menyediakan setiap masalah di dalam kehidupan kita dan kita belajar untuk dengan setia melewati permasalahan itu. (Yakobus 1:2)

7.    Being Single?
Sudah begitu banyak hal yang tertulis di atas tentang pacaran dan pernikahan. Nah, bagaimana kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut momen tersebut – momen dimana Tuhan menyediakan dan mempersatukan dua orang yang belajar untuk mengasihiNya. Mari belajar untuk mempersiapkan diri kita sekomplit mungkin. Caranya? Ya kita belajar untuk mengasihi Tuhan, dengan menerima diri kita sebagaimana kita ada. Mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan di dalam kehidupan kita. Bentuk wajah kita, bentuk hidung, sampai kepada hal-hal yang menjadi kekurangan kita. Ingat bahwa itu adalah anugrah, bahwa kemuliaan Allah mau dinyatakan melalui hal-hal tersebut.
Being single isn’t so bad. Kalau kita belum siap memulai suatu relasi, maka hal yang dapat kita lakukan adalah mengembangkan karakter kita, mengembangkan kasih kita kepada orang lain sehingga kita menjadi orang yang siap untuk dapat berbagi masalah dengan orang lain sambil menerima kelebihan dan kekurangan orang tersebut.

Kehidupan ini adalah kehidupan yang terus berjalan, dan Allah sedang menuliskan kisah hidup setiap orang. SalibNya merupakan suatu bukti kasih yang paling besar di dalam sejarah. Salib itulah menandakan bagaimana Allah yang mahakudus mencintai pendosa-pendosa seperti kita. Kasih yang tidak menuntut, tetapi menutupi segala sesuatu (1Korintus 13). Teladan Yesus Kristus di kayu salib menunjukkan betapa krusialnya suatu relasi dapat terbangun atas dasar kasih. Kasih yang unconditional itu menunjukkan bahwa kita pun dituntut sebagai anak-anak Allah, sebagai saudara Yesus Kristus untuk dapat mengasihi orang-orang di sekitar kita dengan karakter kasih yang sudah diajarkan Allah. Mari belajar bahwa kita adalah manusia-manusia pendosa yang mana kita juga tidak pernah lepas dari kesalahan apapun, begitu pula pasangan kita. Justru melalui relasi kita itulah seharusnya kasih Allah tampak nyata di dalam kehidupan kita.

Selamat belajar mengasihi
Soli Deo Gloria

Sumber:
Katekismus Singkat Westminster
I Isaac Take Thee Rebekah 
Siaran Radio RMC Surabaya

No comments:

Post a Comment