Sesuatu
yang paling esensial di dalam kehidupan adalah bagaimana kita memiliki
kehidupan yang bermakna. Perlu diingat bahwa kalau berbicara tentang makna
hidup, kita tidak dapat lepas dari pemberi makna. Mau tidak mau, kehidupan kita
dibatasi oleh apa yang disebut sebagai “WAKTU”. Ya, waktu inilah yang membatasi
seluruh realitas kehidupan, dan waktu ini tidak pernah berhenti.
Hidup
yang bermakna adalah cara hidup yang belajar untuk melihat hidup dari
perspektif masa depan. Kalau dulu sewaktu menjadi mahasiswa, biasanya
dijelaskan tentang apa itu visi dan bagaimana cara mencapai visi tersebut
melalui misi dan sebagainya. Visi adalah gambaran masa depan yang ingin kita
capai.
Kehidupan
yang bermakna bisa kita jalani, salah satunya adalah dengan membuat obituari.
Coba kita baca Kejadian 5:21-24. Ayat-ayat ini ada di dalam konteks penjelasan
tentang silsilah keluarga Adam. Apa yang menarik disini adalah bagaimana
kehidupan yang dijalani oleh Henokh yang benar-benar berbeda dengan kehidupan
yang dimiliki oleh nenek-nenek moyangnya.
Mari
coba kita bayangkan tentang kehidupan kita. Penulis kitab Kejadian menuliskan
obituari yang dimiliki oleh Henokh dengan sangat sederhana:
Setelah
Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh
hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia
memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. Dan Henokh hidup
bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh
Allah.
(Kejadian 5:21-24)
Bagaimana
kita akan menuliskan obituari kita masing-masing? Apakah kita mau menjadi
orang-orang yang berbeda dengan generasi kita kebanyakan? Kalau kita lihat apa
yang membuat Henokh berbeda adalah dia hidup BERGAUL DENGAN ALLAH. Usia Henokh,
kalau kita lihat, juga tidak terlalu panjang, hanya sekitar 1/3 dari
orang-orang yang ada di jamannya (365 tahun).
Apakah
yang dimaksud bergaul dengan Tuhan? Perlu kita pahami dan sadari bahwa seluruh
kehidupan kita ditentukan oleh relasi kita dengan Tuhan. Kehidupan yang
meaningful adalah kehidupan yang dekat dengan sang pemberi meaning itu sendiri.
Kehidupan yang meaningful adalah kehidupan yang tahu tentang tujuan hidup dan
belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
Bayangkan
kita berdiri di depan obituary kita, kira-kira seperti apa kita ingin dikenal?
Obituari tidak pernah menuliskan tentang berapa banyak harta kita, berapa
tinggi sekolah kita, berapa uang yang kita miliki, berapa perusahaan yang kita miliki.
Obituary itu suatu kalimat yang sangat singkat, dan penulis kitab Kejadian pun
hanya menuliskan obituari Henokh hanya di dalam 4 ayat. Kalau kehidupan kita
dirangkum di dalam 4 ayat seperti Henokh, apa yang mau kita tuliskan? Seberapa
serius kita akan menjalani kehidupan kalau kita tahu bahwa kehidupan ini tidak
sepanjang yang kita bayangkan?
Kiranya
kita bisa mulai kembali menata hidup kita. Kalau kita ingin kedepan kita akan
dianggap sebagai orang yang seperti apa, mari mulai dari sekarang. Kehidupan
yang bermakna adalah kehidupan yang belajar untuk mengerti apa yang Tuhan
inginkan di dalam kehidupan kita dan apa yang harus kita kerjakan seturut
dengan kehendakNya.
Soli
DEO Gloria
No comments:
Post a Comment