Total Pageviews

Sunday, November 24, 2013

Kenosis - Panggilan Hidup Orang Percaya

Background
Sebuah refleksi kehidupan orang percaya adalah bagaimana kita menjadi seperti Allah, seperti seorang percaya yang selalu mau berbuah dan berubah. Sebelumnya, kita harus memahami karakter Allah. Di dalam diri Yesus Kristus, dapat dilihat bahwa Dia sendiri adalah 100% Allah, dan 100% manusia. Tuhan Yesus masih mampu mengalami kesakitan pada saat Dia disalib.

Fakta bahwa Tuhan Yesus merasakan kesakitan, ia merasa haus, dan ia pernah merasa lapar, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah 100% manusia. Tetapi di tengah kesakitan itu, Ia memperlihatkan keilahian yang luar biasa. Yohanes 1:1 menunjukkan keilahian-Nya, Yohanes 14:6 menunjukkan kuasa memberikan hidup, Matius 28:18 menunjukkan Ke-Mahakuasaan-Nya, Markus 2:5 menunjukkan Ia memiliki kuasa pengampunan, Matius 25:31-46 menunjukkan bahwa Ia juga diperbolehkan untuk menghakimi manusia. Hal itulah yang menunjukkan bahwa Ia juga 100% Allah.

Tuhan Yesus Sebagai Raja, Nabi, dan Imam
Ada perbedaan antara Tuhan Yesus dengan manusia biasa. Tuhan Yesus sebagai raja, Ia adalah raja yang paling unik. Ia tidak dipilih oleh manusia, Ia dipilih oleh Allah, dan Ia diperkenankan oleh Allah.

Sebagai nabi, manusia tidak luput dari dosa. Sebagai nabi, seseorang dapat menyatakan Firman yang BENAR, tapi tindakan yang ia lakukan dalam kehidupan kesehariannya bisa saja tidak sesuai dengan apa yang Ia firmankan. Sebagai Nabi, Tuhan Yesus adalah firman itu sendiri. Firman yang hidup dan seluruh tindakan yang Ia lakukan adalah kehendak Allah.

Sebagai Imam, manusia bertugas untuk menjadi penghubung antara Tuhan dan manusia. Dalam artian bahwa ketika seseorang berdosa, seorang imam akan mendaftar apa saja yang harus orang berdosa tersebut lakukan. Ia akan melihat di kitab taurat apa saja yang harus orang tersebut persembahkan. Berbeda dengan Tuhan Yesus, Ia menjadikan diriNya sendiri sebagai korban persembahan tersebut.

Kenosis (Filipi 2:6-7)
Kata kenosis disebutkan 24 kali. Beberapa arti dari kenosis:
1.     Menjadikan dirinya menjadi sia-sia
2.     Menjadi tidak mempunyai pegangan apapun, atau tidak ada apapun yang bisa diandalkannya
3.     Menjadi tidak berguna atau tidak ada gunanya sama sekali.
4.     Menjadikan diri di dalam mengusahakan sesuatu menjadi tidak mencapai suatu hasil
5.     Menjadi bebal, atau sebaiknya dibuang saja.

Filipi 2:6-7  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Ayat ini menunjukkan apa yang dilakukan Yesus. Ia tidak memilih untuk meninggikan kita menjadi Allah, melainkan Ia mengosongkan diri, menjadi mirip seperti kita. Merasakan berbagai kesakitan dan kehancuran yang ada di dunia ini. Allah bisa saja membuat kita menjadi orang-orang yang tidak berdosa, tetapi itu tidak Ia lakukan. Sebaliknya Ia menggunakan cara yang sungguh menyakitkan Dia sendiri, memberikan Yesus Kristus sebagai penebus dosa-dosa yang telah kita perbuat.

Dosa dan Penebusan Yesus Kristus
Hal yang harus kita ingat adalah karya keselamatan di dalam diri Tuhan Yesus. Dapat dilihat pada Filipi 2:8 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Apa yang menyebabkan salib itu? Itu adalah konsekuensi dari dosa manusia. Seluruh dosa manusia ditanggung dan keselamatan digenapi dalam diri Yesus Kristus.

Poin penting dari penebusan Yesus Kristus adalah KETAATAN-Nya pada kehendak Bapa. Kenosis disini lebih mengarah kepada ketaatan-Nya sampai Ia mati di kayu salib. Salib bukanlah tanda dari kenosis, keseluruhan kehidupan Tuhan Yesus menunjukkan Allah yang sudah merendahkan diriNya.

Kasih tidak dapat dipisahkan dengan keadilan. Dosa begitu merusak kehidupan manusia, sehingga bahkan Allah sendiri yang turun. Mana ada agama di dunia yang memperlihatkan Allahnya sebagai sampah, sebagai seorang yang harus menebus, Ia menjemput umat manusia. Ia mengejar umat manusia, seperti yang dinyatakan oleh Francis Thompson dalam puisinya: The Hound of Heaven, yang mana Tuhan digambarkan sebagai pribadi yang tanpa lelah mengejar mangsaNya.

Kenosis dalam Konteks Misi
Kalau kita sudah memahami dalam diri Tuhan Yesus, Ia merendahkan diriNya sebegitu rendah seperti manusia berdosa, begitu pula yang seharusnya kita sebagai orang Kristen lakukan. Aplikasinya adalah kita belajar untuk taat pada kehendak Bapa di dalam misi kita untuk menyebarkan injil, menjadi firman yang hidup. Apa artinya? Di tengah dunia yang jatuh dalam dosa, kita harus belajar untuk merendahkan diri kita, menjadi serupa dengan orang-orang luar sana.

Ketika kita bertemu dengan orang-orang yang kelihatannya lebih berdosa daripada kita (seringkali kita berpikir lebih bejat), kita cenderung memisahkan diri dengan mereka. Kita cenderung menghindari konfrontasi dengan orang-orang yang “hina”, dalam artian kita hanya mau melihat orang-orang sepelayanan kita. Kita melupakan apa yang telah dilakukan Tuhan Yesus.

Siapa kumpulan Tuhan Yesus? Selama hidupnya, Tuhan Yesus tidak merasa nyaman dengan orang-orang yang dianggap suci di tengah masyarakat (orang farisi dan ahli taurat), melainkan ia berkumpul dengan pemungut cukai, orang-orang yang dipandang rendah di dalam masyarakat Yahudi saat itu.

Tidak mudah untuk kita memiliki pemikiran seperti Yesus. Sangat sering kita menghindar dari komunitas orang yang sudah “hancur” tetapi kita terlalu nyaman dengan komunitas kita. Kita lupa bahwa Tuhan Yesus, di dalam pelayananNya tidak melihat itu semua. Tuhan melihat iman seseorang, bukan apa yang ia lakukan selama kehidupannya. Akhirnya peran kita sebagai garam, kita malah mengasini lautan yang sudah sangat asin, ataupun kita bersinar di tempat yang sudah penuh dengan penerangan.

Orang Kristen yang menolak sistem kasta, malah sebenarnya kita sendiri sudah membentuk kasta-kasta dalam kehidupan kita. Kita melupakan apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus di dalam kehidupan kita. Terlalu nyaman dalam komunitas kita sampai kita lupa peran kita sebagai orang Kristen. Akhirnya kita membentuk sebuah komunitas yang “super eksklusif”. Apa maksudnya? Kita melihat orang-orang yang masuk ke sana adalah orang-orang yang suci. Kita mendefinisikan kesucian, membentuk taurat-taurat yang baru, menjadi orang farisi modern, lupa apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan buat kehidupan kita.

Kenosis : Panggilan Orang Percaya
Memaknai panggilan kita sebagai orang-orang yang sudah terlebih dahulu dilayani oleh Allah, jelas bahwa kita pun dipanggil untuk melakukan pelayanan seperti Yesus. Tuhan Yesus menunjukkan dengan jelas bahwa di tengah radikalnya ajarannya, ia tetap dapat membaur. Ia dapat membedakan toleransi dan kompromi. Ia dapat masuk ke masyarakat pada konteks jaman Yahudi pada waktu itu. Ia dapat merendahkan diriNya sebagai manusia, dihina, disakiti, bahkan mati di kayu salib.

Kita sebagai orang percaya tentunya memiliki kewajiban yang sama dengan apa yang sudah dilakukan Yesus. Melebur ke masyarakat, tetapi tidak larut dalam kehidupan mereka. Cara yang terbaik untuk dapat masuk ke masyarakat adalah dengan memasuki kehidupan mereka, bukan menghilangkan identitas kita sebagai orang percaya, tetapi menampilkan gaya hidup yang sama sekali berbeda meski kita menjadi seperti mereka. Merendahkan diri, menjadikan diri “kita” sama dengan “mereka”, dan tentunya menyamakan “bahasa” yang mereka pakai.

Sebuah ilustrasi yang menarik:
Seorang penginjil memiliki tugas untuk membuat anak-anak kecil yang tertangkap karena mencuri untuk sekolah. Bagaimana caranya memberikan tawaran tersebut kepada mereka?
Penginjil: saya bisa memberikan kamu kekayaan, pendapatanmu bisa sampai 30x – 50x daripada sekarang. Bagaimana? Tertarik?
Anak-anak itupun tercengang, dan mereka bertanya kepada penginjil itu: bagaimana bisa pak? Kami penasaran caranya!
Penginjil itupun mengatakan: pencurian yang kalian lakukan adalah tindakan bodoh, ada cara yang lebih smart! Kalian lihat pencuri-pencuri yang berdasi, yang ada di pemerintahan sekarang?
Anak-anak itu terbengong-bengong. Penginjil itu melanjutkan: mereka itu bisa punya penghasilan 30-50 kali lipat daripada yang kalian lakukan. Sudah begitu mereka bisa jadi tokoh masyarakat loh! Gimana? Perbedaannya sama kalian adalah: mereka SEKOLAH, mereka PINTAR, berbeda dengan kalian.

Menarik sekali ilustrasi ini. Ketika kita berbicara dengan kumpulan pencuri, maka kita juga harus berbicara dengan “bahasa” mereka. Pointnya bukan berarti kita setuju koruptor, tapi bagaimana cara kita untuk dapat mendekati orang-orang yang akan kita ajak untuk lebih mengenal Tuhan Yesus. Butuh latihan untuk hal ini, tidak semua orang pintar dapat melakukannya. Tuhan tidak mencari orang dengan kemampuan teologi yang tinggi, tapi hatinya tidak mau merendahkan diri, yang dapat berkumpul dengan pendosa-pendosa. Kita pun adalah pendosa, yang mana Kristus sudah hadir untuk kita, menjalankan misinya, Ia taat menjalankan rencana Bapa dalam kehidupan-Nya. Bagaimana dengan kita?


Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment