Background
Sebuah
refleksi kehidupan orang percaya adalah bagaimana kita menjadi seperti Allah,
seperti seorang percaya yang selalu mau berbuah dan berubah. Sebelumnya, kita
harus memahami karakter Allah. Di dalam diri Yesus Kristus, dapat dilihat bahwa
Dia sendiri adalah 100% Allah, dan 100% manusia. Tuhan Yesus masih mampu
mengalami kesakitan pada saat Dia disalib.
Fakta
bahwa Tuhan Yesus merasakan kesakitan, ia merasa haus, dan ia pernah merasa
lapar, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah 100% manusia. Tetapi di tengah
kesakitan itu, Ia memperlihatkan keilahian yang luar biasa. Yohanes 1:1
menunjukkan keilahian-Nya, Yohanes 14:6 menunjukkan kuasa memberikan hidup,
Matius 28:18 menunjukkan Ke-Mahakuasaan-Nya, Markus 2:5 menunjukkan Ia memiliki
kuasa pengampunan, Matius 25:31-46 menunjukkan bahwa Ia juga diperbolehkan
untuk menghakimi manusia. Hal itulah yang menunjukkan bahwa Ia juga 100% Allah.
Tuhan Yesus Sebagai Raja, Nabi, dan Imam
Ada perbedaan antara Tuhan Yesus dengan manusia
biasa. Tuhan Yesus sebagai raja, Ia adalah raja yang paling unik. Ia tidak
dipilih oleh manusia, Ia dipilih oleh Allah, dan Ia diperkenankan oleh Allah.
Sebagai nabi, manusia tidak luput dari dosa.
Sebagai nabi, seseorang dapat menyatakan Firman yang BENAR, tapi tindakan yang
ia lakukan dalam kehidupan kesehariannya bisa saja tidak sesuai dengan apa yang
Ia firmankan. Sebagai Nabi, Tuhan Yesus adalah firman itu sendiri. Firman yang
hidup dan seluruh tindakan yang Ia lakukan adalah kehendak Allah.
Sebagai Imam, manusia bertugas untuk menjadi
penghubung antara Tuhan dan manusia. Dalam artian bahwa ketika seseorang
berdosa, seorang imam akan mendaftar apa saja yang harus orang berdosa tersebut
lakukan. Ia akan melihat di kitab taurat apa saja yang harus orang tersebut
persembahkan. Berbeda dengan Tuhan Yesus, Ia menjadikan diriNya sendiri sebagai
korban persembahan tersebut.
Kenosis
(Filipi 2:6-7)
Kata
kenosis disebutkan 24 kali. Beberapa
arti dari kenosis:
1. Menjadikan
dirinya menjadi sia-sia
2. Menjadi
tidak mempunyai pegangan apapun, atau tidak ada apapun yang bisa diandalkannya
3. Menjadi
tidak berguna atau tidak ada gunanya sama sekali.
4. Menjadikan
diri di dalam mengusahakan sesuatu menjadi tidak mencapai suatu hasil
5. Menjadi
bebal, atau sebaiknya dibuang saja.
Filipi 2:6-7 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Ayat
ini menunjukkan apa yang dilakukan Yesus. Ia tidak memilih untuk meninggikan
kita menjadi Allah, melainkan Ia mengosongkan diri, menjadi mirip seperti kita.
Merasakan berbagai kesakitan dan kehancuran yang ada di dunia ini. Allah bisa
saja membuat kita menjadi orang-orang yang tidak berdosa, tetapi itu tidak Ia
lakukan. Sebaliknya Ia menggunakan cara yang sungguh menyakitkan Dia sendiri,
memberikan Yesus Kristus sebagai penebus dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Dosa
dan Penebusan Yesus Kristus
Hal
yang harus kita ingat adalah karya keselamatan di dalam diri Tuhan Yesus. Dapat
dilihat pada Filipi 2:8 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Apa yang menyebabkan salib
itu? Itu adalah konsekuensi dari dosa manusia. Seluruh dosa manusia ditanggung
dan keselamatan digenapi dalam diri Yesus Kristus.
Poin penting dari penebusan Yesus Kristus adalah
KETAATAN-Nya pada kehendak Bapa. Kenosis disini lebih mengarah kepada
ketaatan-Nya sampai Ia mati di kayu salib. Salib bukanlah tanda dari kenosis,
keseluruhan kehidupan Tuhan Yesus menunjukkan Allah yang sudah merendahkan
diriNya.
Kasih tidak dapat dipisahkan dengan keadilan. Dosa
begitu merusak kehidupan manusia, sehingga bahkan Allah sendiri yang turun.
Mana ada agama di dunia yang memperlihatkan Allahnya sebagai sampah, sebagai
seorang yang harus menebus, Ia menjemput umat manusia. Ia mengejar umat
manusia, seperti yang dinyatakan oleh Francis Thompson dalam puisinya: The
Hound of Heaven, yang mana Tuhan digambarkan sebagai pribadi yang tanpa lelah
mengejar mangsaNya.
Kenosis dalam Konteks Misi
Kalau kita sudah memahami dalam diri Tuhan Yesus,
Ia merendahkan diriNya sebegitu rendah seperti manusia berdosa, begitu pula
yang seharusnya kita sebagai orang Kristen lakukan. Aplikasinya adalah kita
belajar untuk taat pada kehendak Bapa di dalam misi kita untuk menyebarkan
injil, menjadi firman yang hidup. Apa artinya? Di tengah dunia yang jatuh dalam
dosa, kita harus belajar untuk merendahkan diri kita, menjadi serupa dengan
orang-orang luar sana.
Ketika kita bertemu dengan orang-orang yang
kelihatannya lebih berdosa daripada kita (seringkali kita berpikir lebih
bejat), kita cenderung memisahkan diri dengan mereka. Kita cenderung
menghindari konfrontasi dengan orang-orang yang “hina”, dalam artian kita hanya
mau melihat orang-orang sepelayanan kita. Kita melupakan apa yang telah
dilakukan Tuhan Yesus.
Siapa kumpulan Tuhan Yesus? Selama hidupnya, Tuhan
Yesus tidak merasa nyaman dengan orang-orang yang dianggap suci di tengah
masyarakat (orang farisi dan ahli taurat), melainkan ia berkumpul dengan
pemungut cukai, orang-orang yang dipandang rendah di dalam masyarakat Yahudi
saat itu.
Tidak mudah untuk kita memiliki pemikiran seperti
Yesus. Sangat sering kita menghindar dari komunitas orang yang sudah “hancur”
tetapi kita terlalu nyaman dengan komunitas kita. Kita lupa bahwa Tuhan Yesus,
di dalam pelayananNya tidak melihat itu semua. Tuhan melihat iman seseorang,
bukan apa yang ia lakukan selama kehidupannya. Akhirnya peran kita sebagai
garam, kita malah mengasini lautan yang sudah sangat asin, ataupun kita
bersinar di tempat yang sudah penuh dengan penerangan.
Orang Kristen yang menolak sistem kasta, malah
sebenarnya kita sendiri sudah membentuk kasta-kasta dalam kehidupan kita. Kita
melupakan apa yang sudah dilakukan Tuhan Yesus di dalam kehidupan kita. Terlalu
nyaman dalam komunitas kita sampai kita lupa peran kita sebagai orang Kristen.
Akhirnya kita membentuk sebuah komunitas yang “super eksklusif”. Apa maksudnya?
Kita melihat orang-orang yang masuk ke sana adalah orang-orang yang suci. Kita
mendefinisikan kesucian, membentuk taurat-taurat yang baru, menjadi orang
farisi modern, lupa apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan buat kehidupan kita.
Kenosis : Panggilan Orang Percaya
Memaknai panggilan kita sebagai orang-orang yang
sudah terlebih dahulu dilayani oleh Allah, jelas bahwa kita pun dipanggil untuk
melakukan pelayanan seperti Yesus. Tuhan Yesus menunjukkan dengan jelas bahwa
di tengah radikalnya ajarannya, ia tetap dapat membaur. Ia dapat membedakan
toleransi dan kompromi. Ia dapat masuk ke masyarakat pada konteks jaman Yahudi
pada waktu itu. Ia dapat merendahkan diriNya sebagai manusia, dihina, disakiti,
bahkan mati di kayu salib.
Kita sebagai orang percaya tentunya memiliki
kewajiban yang sama dengan apa yang sudah dilakukan Yesus. Melebur ke
masyarakat, tetapi tidak larut dalam kehidupan mereka. Cara yang terbaik untuk
dapat masuk ke masyarakat adalah dengan memasuki kehidupan mereka, bukan menghilangkan
identitas kita sebagai orang percaya, tetapi menampilkan gaya hidup yang sama
sekali berbeda meski kita menjadi seperti mereka. Merendahkan diri, menjadikan
diri “kita” sama dengan “mereka”, dan tentunya menyamakan “bahasa” yang mereka
pakai.
Sebuah ilustrasi yang menarik:
Seorang penginjil memiliki tugas untuk membuat
anak-anak kecil yang tertangkap karena mencuri untuk sekolah. Bagaimana caranya
memberikan tawaran tersebut kepada mereka?
Penginjil: saya bisa memberikan kamu kekayaan,
pendapatanmu bisa sampai 30x – 50x daripada sekarang. Bagaimana? Tertarik?
Anak-anak itupun tercengang, dan mereka bertanya
kepada penginjil itu: bagaimana bisa pak? Kami penasaran caranya!
Penginjil itupun mengatakan: pencurian yang kalian
lakukan adalah tindakan bodoh, ada cara yang lebih smart! Kalian lihat
pencuri-pencuri yang berdasi, yang ada di pemerintahan sekarang?
Anak-anak itu terbengong-bengong. Penginjil itu
melanjutkan: mereka itu bisa punya penghasilan 30-50 kali lipat daripada yang
kalian lakukan. Sudah begitu mereka bisa jadi tokoh masyarakat loh! Gimana?
Perbedaannya sama kalian adalah: mereka SEKOLAH, mereka PINTAR, berbeda dengan
kalian.
Menarik sekali ilustrasi ini. Ketika kita berbicara
dengan kumpulan pencuri, maka kita juga harus berbicara dengan “bahasa” mereka.
Pointnya bukan berarti kita setuju koruptor, tapi bagaimana cara kita untuk
dapat mendekati orang-orang yang akan kita ajak untuk lebih mengenal Tuhan
Yesus. Butuh latihan untuk hal ini, tidak semua orang pintar dapat
melakukannya. Tuhan tidak mencari orang dengan kemampuan teologi yang tinggi,
tapi hatinya tidak mau merendahkan diri, yang dapat berkumpul dengan
pendosa-pendosa. Kita pun adalah pendosa, yang mana Kristus sudah hadir untuk
kita, menjalankan misinya, Ia taat menjalankan rencana Bapa dalam
kehidupan-Nya. Bagaimana dengan kita?
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment