Apa sih
maksudnya “hidup kekal”? Suasana di surga itu seperti apa sih? Terus kalau kita
masuk surga, kita itu ngapain? Kalau begitu kenapa aku harus jadi orang
percaya?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas adalah pertanyaan yang begitu umum didapati kalau kita berhadapan
dengan orang-orang diluar sana, ataupun orang yang sedang dalam usaha untuk
mencari jati dirinya di dalam kehidupan. Bahkan tidak jarang begitu banyak
orang Kristen mempertanyakan hal ini, baik orang tersebut sudah lahir baru ataupun
belum. Atau bahkan orang tersebut juga mempertanyakan apa itu lahir baru?
Dimensi Kekekalan
1 Yohanes 5:11
Dan inilah kesaksian itu: Allah
telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam
Anak-Nya.
Mari
kita perhatikan kalimat di dalam ayat ini. “Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal…” Telah berarti hal tersebut
sudah terjadi. Ketika kita membaca ayat ini, ada satu hal yang dapat kita
simpulkan secara langsung, bahwa ternyata hidup kekal itu ada di dalam dimensi
kekinian. Maksudnya adalah kehidupan kekal itu sudah kita dapatkan di dalam
keselamatan. Keselamatan itu sudah merupakan kepastian manakala kita percaya
kepadaNya.
Kalau
begitu mungkin ada pertanyaan lanjutannya. Kalau bener bahwa ternyata hidup
kekal sudah kita dapatkan, dan kita yakin bahwa kita sudah diselamatkan tapi
kok ternyata hidup kita nggak berubah sama sekali? Tetep aja kita bisa jatuh
dalam dosa. Tetep aja kita bisa ngerasa nggak
layak untuk melayani Tuhan. Tetep aja bahwa di dalam kehidupan kita
ternyata kita punya relasi yang tidak baik dengan sesama. Kita tetep aja nggak
punya keinginan buat saat teduh. Boro-boro saat teduh, doa makan aja mungkin
kita gak lakukan sama sekali.
Kemudian
kita sama sekali melihat bahwa orang-orang diluar kekristenan ternyata memiliki
pola hidup yang lebih baik dari kita. Attitude
mereka bahkan jauh lebih baik daripada kita. Saat ada bencana alam, mereka
justru menjadi orang-orang di garis terdepan dalam memberikan sumbangan. Mereka
bahkan punya kehidupan yang jauh lebih beres. Ingat, mereka sama sekali tidak
mengenal kekristenan. Mungkin mereka bahkan tidak beragama sekalipun.
Padahal
di satu sisi kita sudah percaya Tuhan loh. Tetapi kenapa sih hidup kita sama
sekali tidak ada perubahan?
-----
Perubahan Hidup?
2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang
baru sudah datang.
Perubahan
itu sebenarnya berangkat dari sebuah pola pikir yang benar. Ketika Paulus
menyebutkan bahwa kita adalah “ciptaan baru”, apa yang ia maksudkan? Ternyata
perubahan sikap itu sama sekali tidak ada di dalam kehidupan kita. Ciptaan baru
dari mana?
Mari
kita telaah lebih dalam. Ketika kita menyebut diri sebagai orang Kristen, maka
definisi Kristen ini berasal dari 2 kata, “Christ” dan “ian”. Hilangkan Kristus
sebagai pusat kehidupan kita, maka kita hanya disebut sebagai “ian”, yang tidak
ada maknanya. Nah bedanya hanya disana. Ketika kita memiliki fokus hidup adalah
Allah sendiri, Allah Tritunggal yang kita kenal di dalam pribadi Allah Bapa,
Yesus, dan Roh Kudus, maka kita barulah layak menyandang istilah Kristen.
Kalau
dibalik, ketika kita nyatakan bahwa kita adalah anak Tuhan, maka sebenarnya
kita pun meneladani sikap Tuhan. Kalau kita adalah pengikut Kristus, berarti
konsekuensinya kita mengikut Dia secara full
time. Bukan berarti kemudian kita semua harus jadi hamba Tuhan full time, tetapi apapun yang kita
kerjakan semua fokusnya adalah Kristus.
Dampak
dari menjadikan Kristus sebagai fokus hidup, mau tidak mau adalah MELAYANI.
Mengapa? Karena kalau kita membaca di dalam seluruh injil, inti kehidupan Yesus
adalah MELAYANI. Tetapi jauh lebih dalam dari itu, pelayanan itu dilakukan oleh
penguasa alam semesta. Pencipta dari langit dan bumi, Allah dari segala allah.
Raja di atas segala raja. Bayangkan saja misalkan hari ini Presiden Jokowi
tiba-tiba datang ke rumah kita dan kemudian ia memberikan segala yang ia miliki
kepada kita. Bagaimana sikap hidup kita?
-----
Konsekuensi Menjadi Kristen
Matius 5:20
Maka Aku berkata kepadamu: Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Hidup
keagamaan seperti apa yang dimiliki orang Farisi dan Ahli Taurat? Apakah
kekurangan mereka. Coba bayangkan, mereka beribadah dengan begitu rupa. Mereka
hapal hokum Taurat. Mereka menjaga hidup mereka. Mereka hapal kitab hukum Musa.
Satu hal
yang menjadi kelemahan mereka adalah mereka tidak melakukannya dari hati
mereka. Mereka tidak menghidupi hukum-hukum itu. Mereka menyalahartikan
mengenai apa yang diinginkan Allah. Mereka melakukan semua aturan itu karena
ingin menjadi orang terpandang di dalam masyarakat Yahudi waktu itu.
Tetapi
apa yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya? Ia dengan begitu tegas bahwa
kehidupan keagamaan mereka harus lebih baik lagi. Bukan hanya berhenti pada
hukum-hukum, tetapi bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita sembari mengasihi
Tuhan. Contoh praktisnya? Doakan musuhmu. Salah satu contoh praktis itulah yang
Tuhan berikan.
Konsekuensi
menjadi pengikut Kristus adalah bahwa kita tidak boleh terperangkap di dalam
ke-AKU-an kita. Hidup kita bukan milik kita lagi, tetapi Kristus di dalam kita.
Itulah yang dikatakan Paulus. Artinya apa? Artinya bahwa segala hal yang kita
kerjakan, semuanya bukanlah untuk kepentingan kita sendiri, tetapi kepentingan
Allah.
-----
Panggilan Tuhan yang Lembut
Hai
mari datanglah, Kau yang lelah mari datanglah! Sungguh lembut Tuhan Yesus
memanggil, Kau yang sesat marilah! –Softly and Tenderly—
Yeremia 29:11
Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Okey
kita sudah mengetahui sekarang seperti apa sebenarnya dimensi kekekalan, lalu
perubahan hidup, kemudian kita juga sudah tahu konsekuensi menjadi orang
Kristen. Kalau sampai bagian ini kita kemudian menjadi merasa semakin tidak
layak, mari kita coba buka dari kitab Yeremia di atas. Rancangan TUHAN adalah
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan.
Rancangan
damai sejahtera di dalam perikop ini dapat kita maknai sebagai sebuah realitas
hidup di dalam dimensi kekekalan. Ada sebuah pertanyaan: “kak, bagaimana kalau
ternyata aku sudah terlanjur jatuh dan aku merasa gak ada lagi panggilan Tuhan
dalam hidupku? Bagaimana kalau ternyata aku memang dirancang untuk masuk ke
dalam neraka?”
Ingat
dan percayalah bahwa alkitab ini ya dan amin. Rancangan damai sejahtera… itulah
yang Tuhan sedang kerjakan di dalam hidup kita. Sebuah grand design yang sama sekali tidak akan pernah kita bayangkan. Rancangan
kehidupan yang damai sejahtera! Apa yang dimaksud damai sejahtera?
Mari
kita buka alkitab kita
Matius 25:30
Dan campakkanlah hamba yang tidak
berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat
ratap dan kertak gigi."
Gambaran
apakah ini? Ini adalah gambaran mengenai neraka. Keselamatan kalau kita maknai
di dalam dimensi kekekalan adalah perjumpaan muka dengan muka dengan Tuhan.
Itulah yang dirindukan oleh Fanny Crosby, seorang penulis hymn yang di dalam
kebutaannya menuliskan lagu “My Savior First of All”. Tentu kalau kita baca ini
bukanlah kondisi damai sejahtera.
Damai
sejahtera yang dijanjikan Tuhan adalah sebuah kondisi dimana ada persekutuan
yang intim dengan Allah. Kalau di dalam dimensi kekekalan nanti, adalah
perjumpaan face to face, di dalam
dimensi keterbatasan waktu saat ini adalah keintiman relasi kita dengan Allah.
Tetapi
ada dari kita yang mungkin berkata: “Well, abis sudah! Aku sama sekali nggak
memaknai hidupku seperti yang Tuhan mau. Aku udah menyia-nyiakan hidupku.”
Rekan-rekan, melalui tulisan ini aku mau coba untuk meyakinkan setiap kita
bahwa tidak pernah ada kata terlambat manakala kita mau berubah. Tidak ada kata
terlambat untuk kita dapat berbalik kepada Dia.
Di dalam
setiap detail peristiwa hidup kita, Ia memberikan begitu banyak kesempatan
untuk kita dapat kembali kepadaNya. Ketika kita bangun pagi, ketika kita masih
dapat menghirup udara segar, ketika terjadi berbagai peristiwa yang ada di
dalam hidup kita, percayalah bahwa itu adalah setiap rancangan damai sejahtera
yang Tuhan kerjakan.
Tidak
pernah ada kata terlambat sebelum kita mengakhiri hidup kita.
Salah
seorang penjahat yang disalib bersama Yesus, seumur hidupnya mungkin dihabiskan
dengan merampok, membunuh, mencuri, dan sebagainya. Begitu banyak pelanggaran
dan kejahatan yang ia kerjakan. Tetapi apa kata Yesus manakala ia merendahkan
hati dan menjawab panggilan Yesus?
Kata Yesus kepadanya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
dengan Aku di dalam Firdaus."
Ia
sedang memanggil kita. Tanpa lelah Dia mengingatkan kita untuk kembali. Kembali
kepada pelukan kasih karunia Allah. Ia merindukan kita datang kepadaNya,
menyapa Dia, dan menghidupi kasih karunia yang udah Dia berikan. Salib
merupakan bukti kasih terbesar yang sudah Ia kerjakan. Ada pengharapan, ada
damai sejahtera, dan ada penyertaan yang tidak pernah dapat kita bayangkan,
tetapi selalu kita rasakan.
Pertanyaannya
adalah, maukah kita menerima panggilan itu? Maukah dengan rendah hati kita
datang kepadaNya? Maukah kita berbalik dari cara hidup kita yang lama, dan
menjadi manusia baru seperti yang dikatakan Paulus? Maukah kita memaknai salib
dan menerima Dia, mengijinkan Dia untuk menjamah kehidupan kita? Maukah kita
merendahkan hidup kita di bawah kaki salibNya?
Tuhan
memberkati
Soli Deo
Gloria.