Waktu
kita mau bertamasya, salah satu pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu
adalah: “mau kemana tujuan tamasya kita?” Setelah kita menentukan tujuan itu
baru kita benar-benar dapat
mempersiapkan berbagai hal terkait dengan tamasya kita. Begitu juga yang
terjadi saat seseorang akan mulai masuk ke sekolah, ia tentu akan mempersiapkan
mentalnya, buku-buku yang ia butuhkan, serta perlengkapan lain yang membuat dia
dapat menikmati proses tersebut.
Sama
juga dengan kehidupan kita sebagai seorang manusia. Apakah kita sebenarnya
mengetahui tujuan dari kehidupan kita yang nantinya dapat membuat kita dapat
merencanakan segala sesuatunya untuk mencapai tujuan tersebut. Itulah yang pada
hari ini akan coba kita pergumulkan bersama-sama, tentang panggilan hidup orang
percaya, yaitu orang-orang yang mengakui bahwa ada Allah yang berdaulat di atas
segala hal yang Ia kerjakan.
Membahas
tentang tujuan hidup tidak dapat dilepaskan dari apa yang alkitab tuliskan
tentang berbagai tugas yang Allah berikan di dalam kehidupan kita. Dasarnya ada
di kitab Kejadian 1:26-28, kemudian pada Mazmur 139 juga pemazmur memberikan
penjelasan kepada kita betapa manusia diciptakan dengan suatu kerumitan yang
luar biasa. Mengenai kehidupan kita, Allah memiliki rancangan damai sejahtera,
yang dituliskan pada kitab Yeremia 29:11, dalam konteks Israel yang dibuang
kemudian mendapatkan janji Allah yaitu penyertaan Tuhan yang membuat manusia
menjadi sejahtera. Di perjanjian baru pun juga diberikan penjelasan, lihat saja
bagaimana Paulus menuliskan kitab Roma, khususnya Roma 8 yang menuliskan
bagaimana kehidupan orang percaya. Katekismus Singkat Westminster menuliskan
tujuan hidup manusia adalah “Memuliakan Allah dan Menikmati Dia sepanjang waktu”
Allah
merencanakan suatu masa depan yang begitu baik, begitu indah dan mulia. Karya
Allah melalui Tuhan Yesus merupakan bukti betapa berharganya hidup kita.
Problemnya adalah seringkali manusia lupa betapa penebusan itu memiliki arti
yang luar biasa serta teladan dari Tuhan Yesus yang begitu mulia, yang mana
menunjukkan kesetiaan terhadap tujuan hidup yang telah ditempatkan Allah di
dalam kehidupanNya. Itu adalah proyek terbesar dan membuka jalan bagi setiap
kita serta menuntut kita untuk tahu apa yang harus kita lakukan.
Tidak
mudah bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang merupakan tujuan hidup kita.
Itu adalah pergumulan seumur hidup yang harus kita terus pergumulkan, kita
pikirkan, dan kita rencanakan di dalam seumur hidup kita. Kalau perusahaan
punya apa yang disebut visi, kira-kira itulah yang sebenarnya kita susun di
dalam proyek ini. Pengenalan kita akan Tuhan akan semakin hari semakin
membukakan pikiran kita dan semakin hari akan mempengaruhi kerinduan kita untuk
di dalam kehidupan kita semakin memuliakan Allah.
Karya
keselamatan itu sebenarnya merupakan sebuah gong-sebuah titik awal dimana
seharusnya kita sebagai orang percaya sadar bahwa kita dilibatkan di dalam
proyek Allah. Panggilan orang percaya sebenarnya adalah bagaimana orang itu
dapat redeeming, sama seperti apa
yang dilakukan Tuhan Yesus di kayu salib yaitu redeeming us. Intinya itu, tapi bagaimana aplikasinya? Tentu saja
Allah memanggil kita di bidang yang berbeda-beda. Tidak semua dari kita
dipanggil untuk jadi hamba Tuhan yang berkotbah di atas mimbar. Ada sebagian
dari kita yang dipanggil menjadi seorang politisi, ada pula yang dipanggil
menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan, tetapi sebenarnya ada satu tujuan
besar yaitu “menebus” hal-hal yang apa yang dipercayakan Allah di dalam
kehidupan kita.
Melihat
penjelasan di atas sebenarnya menjadi jelas bagi kita bahwa inti tujuan hidup
kita adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia sepanjang waktu. Caranya adalah
seperti apa yang sudah dikerjakan Allah – membereskan masalah utama di dunia
yaitu dosa. Kita pun dipanggil untuk menebus tempat dimana Allah menempatkan
kita. Pertanyaannya adalah apa yang menjadi kepercayaan Allah dan bagaimana
kita dapat mengetahui tempat tersebut adalah tempat yang tepat?
Ada
banyak cara yang sebenarnya disusun untuk mengetahui panggilan kita. Namun di
dalam berbagai metode itu sebenarnya hal yang paling penting dalam diri setiap
kita untuk kita dapat mengetahui tujuan hidup kita adalah bagaimana kita
menjaga relasi kita dengan Tuhan? Salah satu caranya ya tentu saja kita belajar
untuk punya relasi yang intim dengan Tuhan. Caranya? Saat teduh dan baca
alkitab. Melalui relasi yang dekat dengan Tuhan kita akan semakin menyadari apa
yang sebenarnya sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita saat ini baik dari
masa lalu hingga saat ini. Entah kejadian yang enak ataupun yang tidak enak,
Allah sudah menyusun semuanya di dalam kedaulatanNya untuk kita dapat semakin
menyadari bahwa ada karya Allah di dalam kehidupan kita. Hal itu seharusnya
membuat kita sadar bahwa pengertian kita tentang tujuan hidup tidak dapat lepas
dari relasi yang intim dengan Tuhan.
Kalau
anda seorang arsitek, tampakkan desain-desain bangunan yang memuliakan nama
Tuhan, seperti desain yang teratur dan rapi, yang menunjukkan keteraturan
Tuhan. Kalau anda seorang musisi, tunjukkan suatu music yang indah, yang
teratur dan tidak ngawur melalui nada-nada anda. Apapun profesi anda, mari
belajar memuliakan Tuhan, dan di dalam memuliakan Tuhan itu kita belajar untuk
menikmatiNya. Menikmati waktu yang intim bersama Tuhan lebih dari apapun,
seperti pemazmur yang ada di dalam Mazmur 84, seperti Daud yang bermazmur di
Mazmur 23, seperti Asaf di dalam kerinduannya ia menuliskan Mazmur 83.
Sangat
menarik ketika kita belajar menemukan passion
kita, dan kita mulai belajar melangkah hari-hari bersama Allah untuk kita
dapat memuliakan Tuhan dan menikmati Dia sepanjang waktu. Itulah panggilan
kita. Biarlah segala kemuliaan hanya bagi Allah
Soli
Deo Gloria