“What are you? The god
of hammer?” demikianlah pertanyaan Odin kepada Thor manakala ia merasa
kesulitan untuk menang melawan Hela di dalam film Thor: Ragnarok. Pertanyaan
ini membuat Thor sadar bahwa sumber kekuatannya bukanlah dari sebuah palu, yang
hancur, tetapi dari semulanya ia adalah seorang dewa petir (god of thunder). Menarik
sekali hal ini untuk kita renungkan karena kita sebagai orang Kristen pun lupa
akan identitas kita sebagai warga sorga. Kita seakan-akan kehilangan identitas
kita di dalam berbagai rutinitas hidup yang menarik kita dari kasih Bapa dalam
hidup kita.
Memegang Teguh Keselamatan
2 Korintus 5:15
Dan Kristus telah
mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk
mereka.
Berbicara mengenai keselamatan tidak dapat dilepaskan
dari bagaimana karya Kristus di dalam kehidupan orang percaya. Kesadaran bahwa
keselamatan merupakan anugrah akan mengingatkan diri kita, siapakah sebenarnya
kita. Ketika Tuhan telah menyelamatkan kita, kita yang adalah hamba dosa,
statusnya diubah menjadi hamba kebenaran (Roma 6:20-23). Hamba kebenaran identik
dengan kita menjadi hamba dari kasih karunia.
Hamba kasih karunia berarti kita belajar untuk senantiasa
berpegang teguh pada kasih karunia. Kita taat terhadap kasih karunia yang Tuhan
berikan – sama seperti ketika seorang hamba takluk terhadap tuannya. Seorang hamba
sama sekali tidak punya hak atas hidupnya sendiri. Seorang hamba seumur
hidupnya hanyalah menjadi suruhan, yang tidak punya hak apapun kecuali tuannya
memberikan hak tersebut.
Itulah mengapa Paulus menuliskan dalam suratnya untuk
kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati
dan telah dibangkitkan untuk mereka. Kristus yang memberikan kehidupan bagi
kita, maka selayaknyalah hidup kita pun dipersembahkan kepada Dia yang empunya
kehidupan kita.
Respons Terhadap Kasih
Karunia
2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang
ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang.
Menjadi ciptaan baru berarti benar-benar menjadi pribadi
yang baru. Kita yang percaya kepada karya keselamatan sudah diberikan sebuah
tujuan hidup yang baru. Senantiasa karena kita pun menjadi manusia baru. Paulus
mengatakan : “yang lama sudah berlalu”, artinya segala sesuatu yang ada di
dalam kehidupan lama kita adalah sesuatu yang harus kita tinggalkan dan
tanggalkan di dalam kita menjalani hidup kita sebagai manusia baru.
Menjalani hidup sebagai milikNya berarti kita menjalankan
hal-hal yang Tuhan mau kita kerjakan. Ketika hidup kita bukan milik kita
sendiri, itu berarti bahwa kita perlu senantiasa belajar untuk memahami
kehendak Allah dalam hidup – sembari kita belajar melakukannya. Semata-mata
sebagai sebuah ungkapan syukur bahwa Tuhan sudah memberikan segalanya bagi
hidup kita. Segalanya? Yes. Segalanya! Tuhan sudah memberikan bahkan hidup-Nya
melalui karya Kristus. Selayaknyalah kita belajar juga memberikan segenap hidup
kita kepada Dia.
Yang baru sudah datang! Demikianlah kita perlu belajar
mengingat identitas baru kita di dalam kita hidup di dunia ini. Identitas yang
melekat ini tidak akan dipengaruhi oleh hal lain selain iman percaya kita.
Aplikasi
Ketika Tuhan sudah menjadikan kita manusia baru di dalam
Kristus, identitas kita tidak ditentukan dari atribut yang kita gunakan. Seperti
di awal, Thor mendefinisikan status dewanya (kalau kita lihat di film-film
sebelumnya, hidupnya ditentukan benar-benar oleh Mjolnir, palu yang diberikan
Odin kepadanya), dan itu tidak jauh berbeda dengan hidup kita. Kita seringkali
diikat oleh atribut-atribut yang ada di dalam kehidupan kita bukan? Entah itu
kecerdasan kita, harga diri kita, dan sebagainya.
Ketika sadar bahwa kita ciptaan baru, maka sudah
selayaknya kita belajar buat bersyukur atas identitas yang Tuhan karuniakan
dalam hidup kita. Melalui identitas itulah kita tidak perlu takut dan ragu
dalam menjalani hidup ini. Senantiasa kita belajar untuk bersukacita di dalam
Tuhan. Senantiasa kita belajar untuk bersyukur dan tidak kuatir dalam menjalani
kehidupan ini.
Hidup kita tidak ditentukan dari setiap atribut yang kita
punya. Kita belajar buat percaya bahwa segala hal yang kita punya adalah milik
Tuhan, yang sewaktu-waktu dapat diambil. Tetapi status kita sebagai anak-anak
Allah merupakan hal yang paling penting. Keselamatan yang Tuhan berikan – itu cukup
bagi setiap kita – seperti Paulus yang senantiasa dapat bersyukur atas setiap
kelemahan yang ia miliki, sehingga ia dapat memahami perkataan Allah “cukuplah
kasih karuniaku”.
Ketika sumber kekuatan kita – entah itu kekayaan kita,
keberhasilan kita, jabatan kita, dan setiap hal di dunia ini lenyap, marilah
kita senantiasa belajar bahwa satu-satunya sumber kekuatan kita adalah Kristus –
yang dinyatakan melalui kehidupan keseharian kita. Kasih karunia Allah itu
lebih dari cukup dalam kita dapat menjalani kehidupan ini. Seperti Thor yang
kehilangan palunya tetapi dia tetap mengingat identitasnya, marilah kita
sebagai anak-anak Allah juga belajar untuk memegang teguh kasih karunia yang
sudah Tuhan anugrahkan dalam hidup kita untuk menjalani kehidupan yang penuh
tantangan ini
Soli Deo Gloria!