Kehidupan
orang Kristen seringkali di dalam suatu kondisi yang sangat hectic. Maksudnya
adalah di dalam kehidupan yang begitu cepat bergulir, tanpa adanya suatu
kesempatan untuk kita bisa duduk tenang dan terus bekerja bahkan di dalam
pelayanan kita sekalipun, baik di gereja maupun di tempat kerja, dan dimanapun,
kita bisa kehilangan ketenangan hati kita. Inilah bahayanya ketika kita mulai
menjadi orang Kristen yang sudah mulai terlibat pelayanan ataupun kegiatan yang
membuat kita tidak bisa lagi menikmati Tuhan di dalam kesendirian kita.
Mengapa? Karena hampir tidak mungkin kita punya suatu relasi, suatu waktu yang
benar-benar personal dengan Allah.
Inti kehidupan
Kristen, yang menjiwainya sebenarnya adalah personal relationship with God. Itu
berarti memang kehidupan Kristen adalah kehidupan yang luar biasa, yang mana
Tuhan yang imanen, Tuhan yang dekat dengan kita, adalah Tuhan yang ingin
bergaul dekat dengan kita. Inilah yang terkadang setiap kita lupa, bahwa di
dalam kehidupan kita, suatu saat kita perlu duduk diam sambil merenungkan
betapa besarnya karya Tuhan di dalam nafas kita, di dalam kehidupan kita, di
dalam hati kita, di dalam setiap hal yang kita lakukan. Suatu waktu yang
menjadi sangat indah pada saat kita belajar untuk duduk diam, sambil
merefleksikan betapa agung karyaNya di dalam kehidupan kita.
Masa penantian
merupakan suatu masa yang membosankan, yang mana kita bisa saja berputar-putar
di dalam kita menantikan sesuatu, dan kalau kita tidak sabar, maka kehidupan
ini bisa “memakan” kita. Maksudnya? Ya kehidupan akan terus menggerogoti kita
dengan berbagai hal yang menarik, yang membuat kita melupakan tujuan utama kita
diciptakan sebenarnya untuk apa dan untuk siapa? Apabila kita tidak punya suatu
pegangan di dalam menjalani kehidupan ini kita bisa terperangkap.
Ini menjadi
suatu peringatan bagi kita. Penantian adalah suatu proses seumur hidup yang
mana kita tentu saja melewati berbagai fasa kehidupan di dalam penantian itu.
Maka dari itu, apabila kita tidak berhati-hati di dalam proses itu, kita
menjadi orang yang tidak sabaran, yang mana pada akhirnya kita menjadi
terburu-buru, kita akan missing berbagai poin yang harus kita jalani, akhirnya
kita memilih untuk segera menyelesaikannya dengan cara yang tidak benar. Akhirnya
kehidupan ini menjadi kehidupan yang sangat melelahkan. Kehidupan menjadi suatu
waktu dimana penuh dengan tuntutan dan kita tidak mampu untuk menerima tuntutan
itu karena berbagai sebab.
Nah di sinilah
kita perlu merenungkan perkataan Tuhan Yesus di dalam injil Matius, di Matius
11:28-30, berbunyi demikian:
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang
dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan
(Matius
11:28-30)
Lalu mengapa
sebagai orang Kristen kita bisa lelah? Mengapa rasanya menjadi orang Kristen
menjadi suatu kehidupan yang penuh tuntutan dan kita tidak bisa merasakan damai
sejahtera dari Allah? Mengapa kita melakukan sesuatu namun kita tidak dapat
hidup dengan tenang dan dipenuhi aturan-aturan yang mengikat kita? Sebagai orang
Kristen, secara komplit alkitab memberikan berbagai aturan dan ketetapan yang
sangat mengikat kita, namun juga membebaskan kita. Rasul Paulus menuliskannya
di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus:
Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang.
(2Korintus
5:17)
Ciptaan baru,
kehidupan baru yang diberikan oleh Kristus melalui pengorbananNya di kayu salib
membuat kita sadar bahwa kehidupan kekristenan adalah kehidupan yang mengikat,
dalam artian kehidupan sebelumnya pun kita juga diikat oleh dosa. Setelah kita
percaya akan karya Kristus di kayu salib, itulah momen di mana kita dilepaskan
dari kehidupan lama kita dan mengenakan status baru yaitu orang yang sudah
ditebus oleh Allah. Dari hamba dosa, menjadi hamba kebenaran. Bukankah ini
suatu janji di dalam kehidupan yang tentunya menguatkan kita? Sama-sama menjadi
hamba, tapi yang satu adalah menjadi hamba atas feeling guilty kita, atas
dosa-dosa kita, dan sebagainya. Setelah menjadi seorang Kristen, kita menjadi
hamba kebenaran, yang mana kita mendapatkan suatu anugrah yang luar biasa di
dalam kehidupan keseharian kita.
Menjadi
seorang hamba tentu saja akan melelahkan, namun menjadi hamba kebenaran jauh
lebih menyenangkan! Di dalam kesadaran bahwa Allah yang memegang kendali atas
APAPUN yang kita kerjakan, maka sebenarnya kehidupan kita menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Kita selalu bisa bersyukur atas apapun yang kita alami, termasuk
di dalam hal-hal di dalam kehidupan kita yang mana kita punya suatu kerinduan
tertentu. Pasangan hidup misalnya, ataupun pekerjaan, berbagai hal lain yang
kita nantikan. Kita bisa saja lelah di dalam penantian itu, sungguh! Karena kita
berpikir bahwa “Tuhan, ini sudah waktunya! Saya sudah tidak sabar!” dan kita
merasa bahwa kita siap mendapatkan sesuatu namun belum mendapatkan jawaban dari
Tuhan, akhirnya kita lelah.
Itulah momen
di mana kita perlu duduk diam dan tenang dan mulai merenungkan apa yang sudah
dikerjakan Tuhan di dalam hidup kita. Tidak perlu jauh-jauh, kalau tidak ada
satu hal pun yang terasa baik di dalam kehidupan kita, bukankah kita dapat
bersyukur kalau hari ini kita masih bisa hidup? Bukankah kalau hari ini kita
masih bisa bernafas dengan gratis, tidak seperti orang-orang yang harus
mengenakan tabung oksigen untuk bernafas? Selalu ada ruang untuk kita
bersyukur, yang perlu kita lakukan adalah duduk diam dan mulai merenungkan apa
yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan kita, sampai akhirnya kita bukan hanya
bisa mengatakan bahwa Tuhan itu baik, tapi benar-benar menghidupi kalimat itu.
Saya menutup
artikel ini dengan sebuah kalimat dari Dr. Ravi Zacharias, sebagai berikut:
"As we move along in our busy life as a
businessperson, moving on a hectic pace, pausing to learn the true value of
nothing, but moving on and on and on, will you take time enough today to pause
and ask yourself, how much God loves you? That He cares for you. Of for those
of you who live in insecurities and does not have much more to offer, isn’t it
wonderful to know, that He’s given Himself for you. If God could say through
Isaiah “what more have I done to you that I’m not already done”, how much more
could He said after the cross, where He sends His son to lay down His life for
you and for me. God’s love: undeserving, grows on relationship, desperately
needed."
(Selama kita
menjalani kehidupan kita sebagai seorang bisnisman, yang mana kita hidup di
dalam kelelahan dan berhenti sejenak untuk mempelajari hal-hal yang sebenarnya
tidak bernilai, dan kita terus bergerak, apakah hari ini kita sudah duduk diam
sejenak dan bertanya kepada diri kita sendiri, seberapa besar Allah mengasihi
kita dan bahwa Ia memperhatikan kita. Bagi setiap kita yang hidup di dalam
ketidakmampuan dan tidak memiliki hal apapun yang kita dapat berikan, bukankah
ada satu kabar baik bagi kita, bahwa Dia telah memberikan diriNya bagi kita.
Apabila Tuhan dapat berkata melalui nabi Yesaya “Apatah lagi yang harus
diperbuat yang belum Kuperbuat
kepadanya?” (kutipan dari Yesaya 5:4), maka seberapa besar yang dapat Ia
berikan setelah Ia disalib, yang mana Dia mengirimkan PutraNya yang tunggal
untuk menyerahkan nyawaNya bagi anda dan bagi saya. Kasih Allah: tidak layak
untuk kita terima, bertumbuh di dalam relasi, dan sangat amat dibutuhkan.)
Semoga tulisan
ini bisa mengingatkan kita bahwa di tengah kesesakan kita hidup di dunia ini
sebagai orang Kristen, ada banyak hal yang dapat kita lakukan, namun jangan
lupakan untuk kita tetap sediakan waktu untuk duduk sejenak saja dan
merenungkan karya Tuhan dan apa mau Tuhan di dalam kehidupan kita.
Soli DEO Gloria!
No comments:
Post a Comment