Pendahuluan
Selamat Natal! Ucapan selamat itu menjadi sesuatu yang
tidak asing lagi bagi telinga, khususnya ketika berkunjung ke sebuah gereja.
Umat Kristiani merayakan Natal ini dengan penuh sukacita dan pengharapan akan
kedatangan Juruselamat. Setidaknya Natal memiliki suatu makna yang begitu dalam
yakni kelahiran Sang Juruselamat dalam rupa seorang hamba.
Ditengah hiruk pikuk persiapan Natal, setiap gereja
mempersiapkan berbagai acara demi memaknai Natal ini dengan versi mereka. Ada
yang berlomba-lomba untuk menampilkan acara yang keren, acara yang spektakuler
dan megah dengan dana yang begitu besar, ada pula yang mencoba untuk
menampilkan kesederhanaan dengan berbagai dekorasi dan acara yang difokuskan
pada pihak lain di luar gereja.
Namun apa sebenarnya makna Natal sendiri bagi dunia ini?
Allah yang Mengambil Rupa Seorang Hamba
Berita Natal tidak dapat dipisahkan dari peristiwa
kelahiran Yesus Kristus. Momen dimana Allah yang Mahakuasa merendahkan diriNya
menjadi seorang manusia yang lemah – seorang bayi dan dilahirkan bukan dari
keluarga raja, tetapi dari seorang tukang kayu dan seorang anak dara yang
begitu muda. Pengharapan seperti apa yang ditawarkan dari Allah semacam ini?
Rupanya Allah ingin menunjukkan satu poin yang menjadi
kunci selama Ia melayani di dunia ini: Kesederhanaan. Poin ini begitu mendarat
di dalam diri Yesus. Kehidupan Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang
begitu sederhana. Ia tidak memilih untuk bergaul dengan kaum elite di dalam
pelayananNya. Justru sebagian besar pelayanan Yesus adalah ditujukan bagi
orang-orang yang tertindas.
Penebusan Bagi Dunia yang Rusak
Menarik untuk kita dapat pahami bersama bahwa Allah kita
adalah Allah yang menebus keseluruhan hidup kita di dalam pribadi Yesus
Kristus. Pesan Natal ini mengingatkan kita bahwa Yesus telah datang ke dunia
ini dengan satu misi: penebusan bagi umat manusia yang percaya kepadaNya. Ini
unik, karena hanya dalam Kekristenan (yang diberitakan melalui alkitab) Allah
yang mengambil inisiatif penebusan dan jaminan keselamatan bagi kehidupan umat
manusia.
Penebusan itu menjadi sebuah titik balik di dalam
kehidupan manusia. Manusia berdosa yang pada awalnya bahkan tidak dapat
menyadari bahwa dirinya berdosa, namun melalui penebusan itulah kehidupan
seseorang diubahkan. Yang dulunya tidak pernah memaknai hidupnya, menjadi
seseorang yang menyadari keberhargaan hidup yang diberikan Allah.
Berjaga-Jaga Menanti Kedatangan Sang Raja
Jam kehidupan, hanya diputar sekali. Demikianlah
kehidupan manusia di dunia ini. Perlu disadari bahwa kehidupan manusia hanya
sekali. Kesadaran bahwa kita hanya punya satu kesempatan untuk hidup dapat
membawa kita ke dalam dua sikap: menyia-nyiakannya dengan bersenang-senang
karena hidup cuman sekali, atau yang kedua adalah sikap dimana kita memanfaatkan
setiap talenta dan anugrah yang Tuhan berikan.
Kesadaran bahwa setiap kesempatan, hari demi hari yang
Tuhan sediakan, adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan adalah suatu sikap
hidup yang bertanggung jawab. Fokus hidup untuk kita dapat mempersiapkan diri
dalam rangka menyambut Sang Raja semesta alam adalah dengan belajar untuk setia
atas kehendakNya di dalam hidup kita. Natal berarti kita mempersiapkan
kedatangan Kristus yang kedua dengan memiliki kerinduan untuk memuliakan
namaNya hari lepas hari.
Perubahan Besar
Perubahan besar di kehidupanku, sejak Yesus di hatiku…
Demikianlah lirik sebuah lagu yang begitu sering kita dengar. Terlepas
dimainkan saat momen Natal ataupun saat berbagai momen. Lirik lagu yang
menuntut suatu komitmen dari kita untuk dapat berubah semenjak kita mengenal
Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.
Pengenalan akan Allah membuat kita menyadari bahwa pesan
Natal tidak hanya berhenti pada sukacita ketika Allah sudah melaksanakan karya
besarNya atas kehidupan kita. Justru makna Natal adalah manakala Allah yang
turun ke dunia itu menjadi sebuah teladan bagi kita untuk merendahkan hati kita
di hadapanNya. Menyadari bahwa setiap kesempatan, setiap hal yang ada di dalam
diri kita tidaklah lebih dari karya Allah atas dunia ini. Kehidupan manusia
sepenuhnya hanya bergantung pada anugrah itu.
Kesadaran Hati akan Pimpinan Allah
Apa yang mau dikejar manakala kita merayakan Natal di
gereja dengan acara yang begitu spektakuler namun melupakan esensi Natal
seperti yang disebutkan di atas? Acara yang penuh dengan ‘emptiness’ yang hanya menjadi ajang untuk show off kepada jemaat, sebagai bukti dari profesionalitas. Tetapi
Allah juga mengijinkan acara-acara seperti itu mewarnai Natal di berbagai
gereja.
Menyadari bahwa pelayanan sesungguhnya didasari atas
sebuah kesadaran bahwa kita bukanlah orang-orang professional tetapi hamba akan
membuat kita memiliki motivasi pelayanan yang jelas. Bukan berarti bahwa
pelayanan kita tidak maksimal. Tetapi dengan kesadaran yang jelas akan hal
tersebut maka kita bisa all out dan
bebas mengekspresikan anugrah Allah dalam kehidupan kita. Tidak ada rasa malu
ataupun takut salah, dengan kesadaran bahwa segala pujian yang mau kita
sampaikan, semuanya akan kita kembalikan bagi kemuliaanNya.
Memaknai Natal seharusnya menjadi agenda kita setiap
hari, dimana kita belajar untuk terus berjaga-jaga sembari menantikan
kedatanganNya yang kedua, menyadari akan penebusan Allah yang mengubahkan
kehidupan kita menjadi hidup yang bermakna.
Menikmati Hari-Hari BersamaNya
Akhir kata, Natal juga bicara mengenai bagaimana relasi
kita dengan Kristus sendiri. Seberapa jauh kita menyadari akan penyertaan Allah
atas hidup kita selama kita hidup? Kelahiran Kristus akan membuat kita memiliki
komitmen untuk terus hidup seturut dengan kehendakNya, dengan kesadaran penuh
bahwa kita ini adalah umat kepunyaanNya, dan Ia tidak akan pernah meninggalkan
kita.
Sangat naïf ketika kita berkata bahwa “acara ini berhasil
dan spektakuler karena saya”, karena kita ini hanya hamba yang tidak berguna –
demikian kata Paulus. Mengakui bahwa kita adalah hamba-hamba yang tidak berguna
membuat kita dapat bergantung sepenuhnya kepada Allah. Berjalan bersamaNya di
dalam keseharian hidup kita, menikmati FirmanNya di dalam alkitab dan terus
belajar untuk mengetahui rencanaNya atas kehidupan kita. Itulah kehidupan yang
bermakna yang Tuhan janjikan bagi setiap kita yang mau belajar memuji dan
memuliakan Dia.
Penutup
Natal berbicara mengenai penyerahan hidup. Pdt. Benny
Solihin dengan begitu tegas memberikan sebuah kalimat yang begitu dalam: “Natal
adalah pertukaran hadiah antara Allah dan manusia: Allah memberikan anakNya
yang tunggal kepada kita; kita memberikan dosa kita kepadaNya.”
Kiranya refleksi ini terus mengingatkan kita bahwa kita
yang sudah menerima anugrah terbesar itu di dalam hidup kita, sebagai hamba
yang tidak berguna kita diminta untuk belajar memberikan yang terbaik sesuai
dengan kemampuan yang sudah Allah berikan. Belajar untuk mengingat terus konsep
anugrah Allah atas kehidupan kita. Kurang lebih 2000 tahun yang lalu Allah
sudah melakukan karya itu, dan hari ini pun penyertaanNya akan selalu ada atas
hidup kita. Pertanyaannya: maukah kita terus belajar hidup di dalam konteks
anugrah itu, berjaga dan melakukan yang terbaik sampai kedatanganNya yang kedua
sebagai Raja?
Soli Deo Gloria!