Kata-kata
yang begitu indah bukan waktu kita mendengar seseorang yang mengucapkan hal itu
kepada kita? Ya tentu saja! Bayangkan seseorang yang menjadi sahabat kita
kemudian datang dan memeluk kita kemudian berkata seperti itu! Bukankah hati
kita akan langsung ‘melambung tinggi’? Ah sungguh indahnya manakala kita boleh
mendengar kata-kata itu dari orang yang kita sayangi.
Persoalannya
ternyata kita jarang mendapatkan kata-kata itu bukan? Boro-boro kita mendengar
kata-kata itu, dalam hidup kita tidak jarang malah kita mendapatkan makian
bahkan dari orang-orang terdekat kita. Bahkan kita juga mendapatkan
omelan-omelan dari orang tua kita, kita mengeluh dan sampai akhirnya tidak
jarang kita mengumpat kepada orang tua ataupun teman kita. Di sinilah natur
kita sebagai manusia berdosa ternyata benar-benar diuji bukan?
Lebih
jauh lagi kalau kita melihat hidup kita, sama juga ternyata di dalam hidup kita
ada banyak sekali pergumulan dan tantangan di dalam hidup kita. Banyak kekecewaan
yang terjadi dalam hidup kita yang membuat kita stress, yang pada akhirnya berakhir
pada hal-hal yang jauh lebih mengerikan – minuman keras, game online, rokok,
kopi, narkoba, dan sampai kepada bunuh diri. Ya, itulah kekosongan hidup.
Realitas
ini membuat kita seharusnya menyadari bahwa kita butuh ‘sesuatu’ yang melebihi
semuanya itu. Adakah? Ya tentu saja ada. Ada pribadi yang begitu mengasihi kita
– sadar atau tidak sadar. Pribadi itu adalah pribadi yang dengan kedua tangan
yang terbuka menyambut kita yang mau datang kepadaNya. Seperti dalam
perumpamaan tentang anak yang hilang di Lukas 15, Sang Bapa menanti sang anak
bungsu untuk kembali. Ia menunggu tanpa lelah dan ketika anak itu datang
kembali kepadanya, sang bapa menyambut dia. Siapakah pribadi itu? Pribadi itu
ialah Allah sendiri.
Mari
membuka alkitab kita dan mulai membaca sebuah kitab yang menyatakan betapa
besar kasih Allah kepada bangsa Israel, yakni kitab Hosea. Kitab Hosea
menunjukkan dengan kita betapa luar biasanya kasih Allah di dalam kehidupan
orang Israel. Orang Israel digambarkan sebagai Gomer, seorang pelacur, dan
Allah memberikan ilustrasi kasihNya melalui Hosea. Seperti apa kasihNya? Hosea
akhirnya mengawini Israel, dan kalau kita membaca selanjutnya, di Hosea 1:10-11
dan Hosea 2:17-22 itu janji Tuhan yang mana Israel akan dipulihkan.
Ini gambaran kasih Allah yang begitu
besar bagi bangsa Israel. Tetapi bukan hanya itu. Selanjutnya kita bisa melihat
Hosea menunjukkan benar-benar bagaimana kasih Allah. Gambaran kasih itu dapat
dilihat di Hosea 3. Gomer yang sudah diambil menjadi seorang istri bagi Hosea,
kemudian kembali kepada persundalan. Ini menggambarkan sebenarnya bagaimana
hidup manusia yang masih dikuasai dosa. Tetapi apa yang dilakukan Hosea?
Hosea 3:2 Lalu aku membeli dia bagiku
dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.
Tidak
pernah kita bayangkan bukan? Ini suatu gambaran bahwa Allah selalu mengejar dan
terus mengejar kita. Ia berlari kepada kita saat kita bahkan menjauh dari Dia.
Pertanyaannya adalah maukah kita datang kepadaNya? Itu pertanyaan yang harus
kita renungkan di dalam kehidupan kita. Kasih itulah yang dinyatakan Allah di
dalam hidup kita, dan hanya ada satu kata yang menggambarkan kasih itu: “PENGAMPUNAN”.
TIada pernah sedetikpun Allah membiarkan hidup kita. Kita hanya perlu belajar
untuk memaknai kata-kata “You are the apple of My eye” dan itu dikatakan oleh
Sang Pencipta kita.
Pernah
membayangkan hal itu? Kita manusia yang sangat tidak sebanding dengan Allah
namun disebut sebagai “biji mata Allah”? Pernahkah kita membayangkan bahwa saat
kita menyakiti hati Allah, Dia tetap membuka kedua lenganNya? Kita sering
bertanya seberapa besar kasih Allah bagi kita? Jawabannya ada di Salib. Ya,
itulah kasih Allah. Kasih yang begitu besar. Allah yang selalu mengejar kita
dan terus mengejar kita, hingga kita tertangkap oleh kasih itu.
Heran
dengan kasih Allah itu? Saya heran, bahwa di tengah banyak orang yang
seharusnya lebih baik dari pribadi saya, tapi Ia memilih saya untuk menjadi
anakNya. Hati Allah yang tidak pernah berhenti untuk mencari jiwa yang
terhilang. Hati yang tidak pernah tahan saat melihat kita terhilang, bukan
karena Dia kehilangan sesuatu, tetapi karena kita kehilangan segalanya di dalam
hidup kita – yakni pribadi Allah itu sendiri.
Refleksi
ini mengingatkan kita untuk terus bersandar kepadaNya. Mengakui Dia sebagai
juruselamat dan hidup. Menikmati anugrah yang sudah Ia berikan sambil terus
mensyukuri hidup kita. Siapa kita sehingga kita dikasihi? Kita ini cuman
ciptaan kok. Ciptaan yang super terbatas, ciptaan yang harusnya nggak layak
untuk Ia kasihi, tetapi Ia mengambil kita! Ia memberikan hidup baru – melalui lahir
baru kita. Ciptaan baru, itulah yang disebut oleh Paulus.
Mari
belajar menikmati kasihNya, melalui ucapan syukur sambil terus mengingat “You
are the apple of My eye”… itulah yang Tuhan katakan di dalam kasihNya… Itulah
janji Tuhan bagi setiap kita.
Soli
Deo Gloria