Total Pageviews

Friday, January 25, 2013

Kenapa Kristen?


Pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita, salah satunya adalah pertanyaan mengapa kita memilih suatu agama / kepercayaan tertentu. Mengapa hal itu penting? Karena sebenarnya itulah yang merupakan dasar kita melakukan sesuatu. Nah, menarik sekali kalau kita bahas tentang keunikan kekristenan. Mengapa saya memilih Kristen sebagai agama saya? Apa yang menarik dari Kekristenan?

Saya adalah seorang pendosa, sama juga semua orang. Bahkan itu belum pernah saya sadari di dalam kehidupan saya sebelum saya mengenal Allah. Proses yang begitu panjang sampai bisa mengenal Allah, dan pengenalan akan Allah itu dimulai dengan ayat yang sangat simple dan singkat, diambil dari Efesus 2:8-10. Sekalipun tidak mudah dan tidak sesederhana itu.

Kedaulatan Allah melampaui segala akal kita, itulah ide awal dari kekristenan. Ketika Allah menciptakan kita, bahkan sebelum dunia dijadikan sekalipun, kita adalah orang-orang yang sudah mendapatkan anugrah. Ini dituliskan di dalam kitab Roma oleh Paulus. Tentu saja kalau kita ingat Paulus adalah orang yang awalnya adalah penganiaya jemaat, tetapi itulah karya Allah! Allah benar-benar serius di dalam karya keselamatan yang Ia kerjakan dalam kehidupan setiap orang pilihanNya.

Kenapa kita bisa sampai memilih Kristen? Jawabannya adalah sebenarnya bukan kita yang memilih, tetapi dari semula Allah sudah menentukan kita untuk menjadi seorang Kristen. Allah semesta langit, Dialah yang berdaulat untuk menentukan semuanya dalam dunia ini (Roma 8:28-29). Jadi kalau ada seorang Kristen sampai mengaku bahwa menjadi orang Kristen adalah hasil dari pilihannya sendiri, itu sangat mengerikan.

Kalau kita menyadari bahwa kita sudah dipilih Allah, lalu bagaimana sikap kita sebagai orang Kristen? Apakah kita akan tetap hidup di dalam kehidupan lama kita? Ataukah kita belajar untuk menikmati anugrah Allah dengan memiliki kerohanian yang benar dan tindakan yang benar? Sekalipun keselamatan itu gratis, tapi bukan berarti kita sia-siakan. Memang itulah sifat dasar manusia, kalau diberikan sesuatu yang gratis biasanya langsung membuang-buang. Namun apabila sesuatu itu didapatkan dengan sangat susah, maka akan sangat dijaga dengan baik.

Sama juga dengan sikap kita. Apakah kita menganggap darah Yesus itu hanya sekedar gratis? Tidak! Ia menebus kita dengan darah yang mahal, bahkan sampai rela menyerahkan apapun. Masih ingatkah kita tentang perumpamaan mutiara yang berharga (Matius 13:45-46)? Ketika Allah melihat kita sebagai mutiara, Ia rela melakukan apapun untuk kita. Bagaimana sikap kita setelah kita ditebus? Apakah kita berani untuk belajar melakukan apapun untuk Allah?

Pilihan Yesus atas hidup kita tidak pernah salah. Ketika kita menjadi seorang Kristen, apabila kita memaknainya benar-benar, maka hidup kita akan memancarkan kemuliaan Allah di dalam hidup kita. Bukan berarti kita jadi orang yang sombong. Tidak! Tetapi justru kita memancarkan kemuliaan Allah, berarti melalui kehidupan kita Allah yang dipermuliakan, bukan kita!

Soli Deo Gloria

Thursday, January 10, 2013

Hidup Yang Bermakna


Sesuatu yang paling esensial di dalam kehidupan adalah bagaimana kita memiliki kehidupan yang bermakna. Perlu diingat bahwa kalau berbicara tentang makna hidup, kita tidak dapat lepas dari pemberi makna. Mau tidak mau, kehidupan kita dibatasi oleh apa yang disebut sebagai “WAKTU”. Ya, waktu inilah yang membatasi seluruh realitas kehidupan, dan waktu ini tidak pernah berhenti.

Hidup yang bermakna adalah cara hidup yang belajar untuk melihat hidup dari perspektif masa depan. Kalau dulu sewaktu menjadi mahasiswa, biasanya dijelaskan tentang apa itu visi dan bagaimana cara mencapai visi tersebut melalui misi dan sebagainya. Visi adalah gambaran masa depan yang ingin kita capai.

Kehidupan yang bermakna bisa kita jalani, salah satunya adalah dengan membuat obituari. Coba kita baca Kejadian 5:21-24. Ayat-ayat ini ada di dalam konteks penjelasan tentang silsilah keluarga Adam. Apa yang menarik disini adalah bagaimana kehidupan yang dijalani oleh Henokh yang benar-benar berbeda dengan kehidupan yang dimiliki oleh nenek-nenek moyangnya.

Mari coba kita bayangkan tentang kehidupan kita. Penulis kitab Kejadian menuliskan obituari yang dimiliki oleh Henokh dengan sangat sederhana:

Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.
(Kejadian 5:21-24)

Bagaimana kita akan menuliskan obituari kita masing-masing? Apakah kita mau menjadi orang-orang yang berbeda dengan generasi kita kebanyakan? Kalau kita lihat apa yang membuat Henokh berbeda adalah dia hidup BERGAUL DENGAN ALLAH. Usia Henokh, kalau kita lihat, juga tidak terlalu panjang, hanya sekitar 1/3 dari orang-orang yang ada di jamannya (365 tahun).

Apakah yang dimaksud bergaul dengan Tuhan? Perlu kita pahami dan sadari bahwa seluruh kehidupan kita ditentukan oleh relasi kita dengan Tuhan. Kehidupan yang meaningful adalah kehidupan yang dekat dengan sang pemberi meaning itu sendiri. Kehidupan yang meaningful adalah kehidupan yang tahu tentang tujuan hidup dan belajar untuk mencapai tujuan tersebut.

Bayangkan kita berdiri di depan obituary kita, kira-kira seperti apa kita ingin dikenal? Obituari tidak pernah menuliskan tentang berapa banyak harta kita, berapa tinggi sekolah kita, berapa uang yang kita miliki, berapa perusahaan yang kita miliki. Obituary itu suatu kalimat yang sangat singkat, dan penulis kitab Kejadian pun hanya menuliskan obituari Henokh hanya di dalam 4 ayat. Kalau kehidupan kita dirangkum di dalam 4 ayat seperti Henokh, apa yang mau kita tuliskan? Seberapa serius kita akan menjalani kehidupan kalau kita tahu bahwa kehidupan ini tidak sepanjang yang kita bayangkan?

Kiranya kita bisa mulai kembali menata hidup kita. Kalau kita ingin kedepan kita akan dianggap sebagai orang yang seperti apa, mari mulai dari sekarang. Kehidupan yang bermakna adalah kehidupan yang belajar untuk mengerti apa yang Tuhan inginkan di dalam kehidupan kita dan apa yang harus kita kerjakan seturut dengan kehendakNya.

Soli DEO Gloria

Sunday, January 6, 2013

You Will Never Walk Alone


Bukan karena saya seorang Liverpudlian maka saya mengangkat tema ini. Satu perenungan di dalam kalimat ini mau saya masukkan di dalam pemahaman sebagai kita orang Kristen yang selalu memiliki Tuhan dan seharusnya hal itu membuat kita bersyukur selalu atas apa yang sudah berikan di dalam kehidupan kita. Kalimat ini menurutku memiliki makna yang cukup dalam, yang mana membuat kita sadar bahwa sebenarnya kita tidak pernah berjalan sendiri, namun selalu ada pertolongan Tuhan di dalam kehidupan kita.

Tidak ada seorangpun yang hidup sendiri – di dalam pengertian bahwa Allah akan selalu membimbing kehidupannya. Problematika yang terjadi di dalam kehidupan seseorang adalah pada saat dia sebenarnya didekati oleh Tuhan, tetapi dia berusaha “menjauh” dan melupakan tanggung jawabnya. Lupa bahwa sebenarnya di dalam setiap proses hidupnya, Tuhan sedang mengerjakan sesuatu di dalam hidupnya.

Tidak mudah bagi kita untuk menikmati Allah sepanjang kehidupan kita. Seringkali kita melupakan kebaikan Tuhan, karena suatu kondisi yang tidak menguntungkan kita. Kita lupa Roma 8:28, atau kita ingat tapi tidak mau mempedulikan hal itu. Segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya itu seturut dengan apa yang Tuhan mau di dalam hidupnya. Allah kita adalah Allah yang setia, Allah yang mengenal pribadi kita. Allah kita adalah Allah yang bahkan jauh lebih mengerti tentang jalan kehidupan kita daripada kita sendiri. Kok bisa begitu? Karena Allah yang merencanakan segala sesuatu.

Inilah yang saya maknai selama 23 tahun saya hidup. Tidak selamanya kebaikan Tuhan itu membuat kita tersenyum secara langsung. Tetapi saya dengan jujur mengatakan bahwa proses yang Tuhan berikan itu seringkali bukan proses yang mudah. Kehidupan seringkali membuat kita menjadi “galau” dan stress, serta membuat kita lupa tentang Allah. Tertangkap oleh kasih karunia Allah itulah yang seharusnya membuat kita mengingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedikit pun di dalam kehidupan kita.

Seringkali juga kita stress menanti janji Tuhan di dalam kehidupan kita. Namun kita lupa bahwa di tengah stress itu sedang menanti sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa yang kita bayangkan. Sekalipun hal itu tidak kunjung datang, dan kita harus ingat posisi perjanjian kita. Kita tidak sedang dalam posisi menawar. Kita sering minta-minta janji Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah berjanji. Bukankah itu sama saja kita memaksa Allah, dan kalau kita memaksa Allah, siapa Allah di dalam hidup kita?

Tuhan selalu menyertai kita, itu pasti. Tuhan selalu memberikan yang baik bagi kita, itu juga sudah pasti. Pertanyaannya adalah: seberapa kita memaknai kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita? Apakah kita sadar bahwa apapun yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita, itu sebenarnya adalah untuk kebaikan kita? Masalah dan berbagai bencana ada, itu juga untuk melatih kita. Kita bukan diciptakan Tuhan untuk sesuatu yang main-main, jauh lebih berharga!

You’ll Never Walk Alone. Kamu tidak pernah berjalan sendiri, tidak akan pernah, karena Tuhan selalu beserta. Soli Deo Gloria

Saturday, January 5, 2013

Mentoring - Kenapa kok Penting?



Suatu kali seorang mahasiswa datang kepada saya, bertanya: kenapa harus ada mentoring padahal kita kan orang-orang yang sudah siap untuk pelayanan. Sudah ada pembekalan dan sebagainya, tetapi kok masih ada suatu kelompok kecil yang kadang-kadang omongannya nggak sesuai dengan kebutuhan kita. Kan ini suatu kegiatan wasting time! Inilah yang sering sekali terjadi di dalam pelayanan pada umumnya. Akhirnya suatu proses yang disebut mentoring dianggap sebagai sesuatu yang memberatkan. Is it true? Bagaimana kita sebagai mentee maupun mentor bersikap?

1.    Partnership
Suatu proses mentoring membutuhkan hubungan partnership. Maksudnya adalah bagaimana mentor menganggap mentee sebagai partnernya, begitu pula sebaliknya. Mentor bukanlah orang yang paling pintar, tetapi orang yang lebih dulu tahu atau terlibat. Seorang partner yang baik tidak akan “minta makan” atau “ngasih makan” terus menerus. Memang tugas seorang mentor adalah membimbing, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mentee-nya pun perlu belajar untuk memberikan masukan secara jujur kepada mentor.

2.    Teachable
Pernah dengar ungkapan “dosen selalu benar”? jangan sampai kalimat itu keluar dari mulut seorang mentor! Ini peringatan untuk seorang mentor, namun juga untuk mentee, jangan sampai terlalu mendewakan mentormu. Mentor juga manusia! Jalanilah proses mentoring dengan hati yang terbuka dan siap untuk diberikan sekaligus memberikan sesuatu. Proses ini terus berkesinambungan!

3.    Dynamic
Dinamika di dalam kelompok mentoring merupakan sesuatu hal yang seharusnya menarik. Apalagi kalau misalnya ada perbedaan paham antara satu dengan yang lain. Misalkan saja ada di dalam suatu kelompok orang-orang dari gereja yang berbeda-beda, tentu saja dinamika kelompok harus dipahami sebagai suatu proses saling mempertajam, bukan menjatuhkan. Suatu kelompok yang dinamis merupakan kelompok yang terus saling bertumbuh satu dengan yang lain dan terus mendapatkan pemahaman baru tentang kehidupannya.

4.    Openness
Yap, perlu keterbukaan di dalam kelompok mentoring. Antara mentor dan mentee di dalam kelompok perlu belajar jujur atas segala permasalahan ataupun hal-hal yang cukup rahasia. Salah satu renungan menarik dari Pdt. Yohan Candawasa : bahwa justru permasalahan yang paling menjijikkan di dalam kehidupan kita kadang kita sembunyikan sendiri, padahal justru bagian itu yang paling perlu didoakan dan disupport oleh orang-orang kita yang paling dekat. Melalui keterbukaan itulah sebenarnya juga mentee dan mentor bisa nyambung.

5.    Based on Bible
Last but not least, and probably it’s the most important thing. Kelompok mentoring yang baik mendasari seluruh perbincangan dan diskusi di dalam kelompok dengan alkitab. Bukan berarti setiap kali proses mentoring harus Pendalaman Alkitab dengan hermeneutika tertentu, namun lebih ke arah setiap perbincangan dibawa kepada apa Christian Worldview. Maksudnya adalah bagaimana kita memandang segala permasalahan itu kembali kepada apa yang alkitab ajarkan. Justru disinilah terkadang kita merasa sangat berat karena perlu pemahaman yang baik tentang alkitab. Namun perlu diingat bahwa alkitab itulah standar kehidupan kita, guide book kita selama ada di dunia ini.

Jadi bagaimana? Apakah mentoring selama ini menjadi sesuatu yang membosankan ataukah sesuatu yang selalu dinanti? Kalau masih membosankan, mari belajar, baik mentor maupun mentee harus bersama mengevaluasi. Kalau tulisan ini boleh terbit pun bukan berarti kelompok mentoring ku adalah kelompok yang sudah perfect. Mari bersama belajar karena ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk dapat saling membangun di dalam Kristus J Soli Deo Gloria

Sumber:
- Kotbah Pdt. Yohan Candawasa : Ambillah Aku Melayani Engkau

Thursday, January 3, 2013

Yesus Diantara Ilah-Ilah Lain


Ada suatu anggapan bahwa semua agama adalah benar. Sebelum melangkah lebih jauh bagaimana kekristenan menjelaskan eksklusifitas Yesus, perlu dimengerti dulu mengenai hukum non-kontradiksi. Hukum non-kontradiksi menyatakan bahwa pernyataan A tidak akan sama dengan negative A pada saat yang sama. Contohnya seperti ini: Andi berkata: Surabaya ada di Jawa Timur. Bima berkata : Surabaya tidak ada di Jawa Timur. Mereka berdua tidak mungkin sama-sama benar.

Apa implikasinya terhadap klaim kekristenan? Tidak akan mungkin kedua statement yang saling berlawanan itu sama. Banyak sekali agama dan kepercayaan yang saling bertentangan. Jadi ini dapat menjadi dasar bahwa semua agama tidak mungkin sama karena klaim yang mereka berikan saling bertentangan satu dengan yang lain.

Islam percaya bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, sedangkan Kristen percaya bahwa Yesus mati di kayu salib dan Ia bangkit pada hari ketiga. Buddhism muncul ketika Buddha melihat penderitaan, kematian, orang yang lebih tua, ia menolak Hinduism. Semua agama ini tidak dapat semua benar, karena seluruh agama secara fundamental berbeda, meskipun tampaknya semua mengajarkan kebaikan. Prinsip dalam hidup kita secara tidak sadar juga akan mempengaruhi hal ini. Secara tidak sadar kita juga menolak untuk pindah agama, kalau semua agama sama, berarti tidak masalah seharusnya kita pindah agama hanya karena masalah selera. Tetapi realitanya adalah: Selera itu relative, tetapi kebenaran itu mutlak!

Kenapa Yesus Kristus unik dan berbeda dari yang lain?
1.        Kekristenan menjawab mengenai dosa asal yang ada dalam manusia. Alkitab menyatakan bahwa kita benar-benar helpless. Ketika Tuhan memberikan hukum moral, ada 4 tindakan yang dapat kita lakukan: ada yang membencinya, ada yang merasakan kebutuhan akan hal itu, ada yang secara salah mengklaim prinsip tersebut, dan ada yang menyukai hukum moral tersebut.
Paulus menyatakan bahwa ia menyukai hukum-hukum moral. Dia berkata bahwa ia adalah orang yang sangat menjunjung tinggi hukum taurat. Tetapi dia mengakui bahwa semua yang dia lakukan itu bukan kehendaknya karena dia tidak bisa berbuat hal yang benar. Coba baca Roma 7: 13-26
Buddha memberikan aturan-aturan untuk dapat mencapai nibbana, tetapi apa yang dapat kita lakukan untuk melakukannya? Karena ternyata apapun yang kita lakukan tanpa darah Kristus, semuanya tidak ada yang benar!
Hidup dalam kerangka moral seperti ini berarti hidup dalam dunia yang penuh pencobaan. Ketika kita melayani pun, kita dicobai ketika kita merasa tidak mau untuk melakukan pelayanan. Ketika kita merasa kita mampu, kita akan dicobai dengan dosa kesombongan. Paulus menuliskan semua adalah untuk kemuliaan Allah. Menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan yang sudah menyelamatkan kita. Point utama dalam kekristenan adalah ketika kita menyadari bahwa Yesus telah datang dan mati untuk kita, dan Ia telah memberikan Roh Kudus untuk kita dapat mengerti mengenai firmanNya.

2.        Kekristenan dapat menjawab mengenai keselamatan oleh Yesus Kristus sendiri.
 Seluruh agama selain Kristen memaksa para penganutnya untuk meminta keselamatan selama berabad-abad. Tidak ada satu orang pun yang tidak membutuhkan pengampunan. Apa yang dilakukan Yesus adalah sesuatu hal yang benar-benar mengenaskan. Semua hal yang Dia lakukan adalah untuk menyediakan jalan untuk setiap kita yang mau percaya.
Tidak ada sistem religius yang mana memiliki keselamatan dan salib seperti yang dilakukan Yesus. Buddha mengambil jalan penderitaan dan menyangkal Hinduism, namun ia sendiri juga menyangkal dirinya, karena dia tidak mengenal realita.

3.        Kekristenan menjawab asal-usul realita yang ada.
 Konsep Islam mengenai Allah adalah monotheis murni. Pertanyaannya adalah: Jika Allah adalah maha pengasih dan ternyata konsep Islam itu benar, Jika Allah adalah tidak terbatas, tentunya kasihNya juga tidak terbatas. Jika Allah adalah monad[i] seperti yang dikatakan oleh orang-orang Islam, siapa yang dikasihi Allah sebelum manusia diciptakan? Anda akan memiliki Tuhan yang membutuhkan manusia untuk dapat dikasihi. Itu menunjukkan keterbatasan Allah.
Melihat worldview yang lain seperti evolusi, naturalism, Islam theism, ada suatu hal yang harus dijawab. Kita melihat unity in diversity  dalam realita. Suatu hari Socrates dan Plato mendapat sebuah pertanyaan bahwa ada 4 kesatuan unsur yaitu bumi, air, udara, dan api. Orang-orang beranggapan bahwa kesemuanya itu berbeda. Jadi pasti ada unsur kelima yaitu unsur yang menyatukan keempatnya. Dari mana kesemuanya itu ada?
Dalam kekristenan : unity in diversity and community in the Trinity. Tuhan tidak membutuhkan manusia untuk memiliki kesatuan, dan ada perbedaan, dan juga dalam Tritunggal ada kesatuan dan komunitas.
Ketika kita lihat diri kita, ada perbedaan dalam desain setiap kita. Ada perbedaan rasa, ada perbedaan bentuk tubuh, ekspresi kita juga berbeda-beda, dan ada banyak sekali perbedaan. Didalam setiap diri manusia, ada keinginan, ada rasa syukur dalam diri kita. Ketika kita mendapat makanan, kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kita mendapatkannya dan bersyukur atas rasanya yang enak. Ketika pencipta kita dalam kapasitasnya yang tidak terbatas, Tuhan memberikan kebenaran yang luar biasa mengenai pikiran, rasa, perasaan, dan dalam keseluruhan ciptaanNya. Dalam perjamuanNya, kita bersama dengan Tuhan memuji dan benar-benar memaknai karyaNya dalam hidup kita.

Yesus adalah pribadi yang sangat menarik. Yesaya menyatakan bahwa Dia adalah Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Petrus menyebut Dia Anak Allah. Thomas menyatakan Ya Tuhanku dan Allahku. Ketika ditanya Pilatus “Engkaukah Raja orang Yahudi?” dan Ia menjawab “Engkau sendiri mengatakannya.” Pada Yohanes 14, sangat jelas dan pada Yohanes 14:6  Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Pada saat membangkitkan Lazarus, Yesus hanya berkata “Lazarus, bangkitlah!”

Harapan kita, tujuan kita adalah sampai akhirnya kita didapati tetap setia, our goal is not the union[ii], our goal is communion[iii] with HIM.

Sebuah kata-kata dari Malcolm Muggeridge
“Behind the debris of these self-styled, sullen supermen and imperial diplomatists, there stands the gigantic figure of one person, because of whom, by whom, in whom, and through whom alone mankind might still have hope. The person of Jesus Christ.”
Dibelakang setiap penguasa dunia, seperti Hitler, Mussolini, Julius Caesar, Salomo, Daud, Abraham, Joseph Stalin, dan lain-lain, berdiri pribadi yang dalam kisah-Nya mencoba menjelaskan semuanya itu. Di belakang setiap kisah itu, ada suatu kisah mengenai kehidupan. Dibelakang semua itu ada seorang pribadi yang mana karena Dia, oleh Dia, didalam Dia, dan melalui Dia umat manusia masih memiliki harapan. Pribadi Yesus Kristus.

Saatnya berlutut dihadapan Tuhan Yesus, dan ketika kita melakukannya, kita menemukan segalanya di dalam Dia.



[i] Monad adalah suatu satuan yang tidak dapat dibagi dan dihancurkan yang merupakan unsure dasar dari realitas.
[ii] Union adalah aksi untuk menggabungkan dua pribadi atau dua benda menjadi satu pribadi.
[iii] Communion adalah suatu kedekatan emosional dan spiritual

Tuesday, January 1, 2013

Unconditional Love - Relationship


Tidak dapat dipungkiri bahwa pacaran merupakan salah satu tema ataupun topic pembicaraan yang selalu menarik. Cinta adalah suatu topic yang selalu banyak diminati, apalagi oleh anak muda saat ini. Tidak jauh dari kata CINTA adalah PACARAN, dan lebih jauh lagi adalah PERNIKAHAN. Seperti apa kekristenan memandang cinta ini di dalam relasi?

1.    Dasar suatu relasi pacaran
Dasar suatu relasi kasih adalah karena Allah terlebih dahulu mengasihi manusia, karena itu sesuai dengan karakter Allah yaitu kasih, maka setiap manusia yang merupakan gambar dan rupa Allah dapat mengasihi satu sama lain. (1Yohanes 4:19). Sesuai dengan dasar itulah maka kita dituntut untuk dapat mengasihi orang lain / pasangan kita dengan kasih yang “unconditional”. Bukan karena dia melakukan sesuatu tetapi sekalipun ia melakukan sesuatu yang buruk. Itu juga yang sedang dikerjakan Allah di dalam kehidupan kita.

2.    Kriteria Pasangan Hidup
Beberapa tahun yang lalu ada suatu acara yaitu “Take Me Out” yang mana mencoba mengangkat tema tentang cinta. Laki-laki dan perempuan single berusaha untuk menarik hati orang yang mencari pasangan hidup. Pertemuan mereka mungkin hanya satu malam saja, dan akhirnya pulang ke rumah masing-masing dan mereka menikah. That’s it! Saya mengamati beberapa kriteria yang diajukan oleh calon, apa yang mereka cari tidak terlalu jauh dari kriteria fisik: tinggi, cantik, dan sebagainya.
Itulah yang diperlihatkan dunia saat ini. Saya pun juga memiliki seorang rekan yang mengatakan bahwa ia tidak percaya diri karena dia menganggap dirinya jelek. Bukankah ini sesuatu yang mengerikan ketika standar seseorang berubah, melihat luarnya saja tapi sama sekali tidak mengenal karakter seseorang?

3.    Kenapa kok Penting Mengenal Pasangan Kita?
Ini pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang-orang yang PRO akan kecantikan dan ketampanan seseorang. Bukankah pacaran itu hanya senang-senang, dan akan berakhir begitu saja?
Suatu hal yang cukup sering terjadi di dalam pernikahan adalah kalimat “Dulu aku mengenal dia, kok ndak seperti ini?” sama juga kalau pada saat kita PDKT dan kemudian sudah pacaran. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang umum ditanyakan. Itulah sebenarnya pentingnya pengenalan pasangan kita. Pacaran bukanlah suatu usaha untuk kita menikmati kelebihan-kelebihan pasangan kita, tetapi juga kekurangannya. Jangan sampai kita hanya mau menerima kelebihan dari pasangan kita namun tidak mau menerima kekurangannya, itu berarti kita bukan benar-benar mencintai orang tersebut.

4.    What to do kalau Pengenalan itu penting?
Ya tentunya ada banyak cara. Ada banyak hal yang dapat dikerjakan bersama yang sebenarnya bertujuan untuk semakin mengenal pribadi satu dengan yang lain. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita tidak akan dapat mengenal karakter seseorang secara utuh, namun bukan berarti kita tidak perlu mengenal calon pasangan kita. Ingat, kelemahan yang kita miliki dan kekurangan kita itu bukan alasan untuk kita jadi minder, tetapi justru kekurangan itu sebenarnya juga merupakan anugrah. Setiap kita adalah produk dari anugrah tersebut.

5.    Masa Berpacaran. Apa yang harus dilakukan?
Pemahaman yang perlu dipahami adalah pacaran itu merupakan proses menuju pernikahan. Melalui pemahaman ini, jelas bahwa relasi yang dibangun pada saat pacaran bukanlah hanya romantika melulu. Justru pacaran adalah momen tepat untuk saling sharing tentang hidup kita, tentang bagaimana kita menghadapi suatu masalah. Selain itu juga proses ini akan diperlengkapi bukan hanya melihat kelebihan pasangan namun juga kekurangannya. Apakah tidak perlu suasana romantis? Oh tentu saja tidak seperti itu. Perasaan dan komitmen perlu berjalan seiring dan inilah yang saat ini biasanya dilangkahi begitu saja. Akhirnya perasaan mendominasi, seseorang mau berpacaran karena merasa mendapatkan sesuatu. Tidak hanya itu sebenarnya. Cinta bicara tentang apa yang dapat kita berikan kepada pasangan kita – waktu kita, harta kita, sampai kepada hidup kita – itulah yang disebut sebagai komitmen.

6.    When troubles come
Karena pacaran dan pernikahan adalah proses saling belajar antar sepasang kekasih, maka proses tersebut tidak akan jauh dari masalah. Masalah disediakan Allah untuk melatih kehidupan. Sungguh merupakan anugrah apabila Tuhan menyediakan setiap masalah di dalam kehidupan kita dan kita belajar untuk dengan setia melewati permasalahan itu. (Yakobus 1:2)

7.    Being Single?
Sudah begitu banyak hal yang tertulis di atas tentang pacaran dan pernikahan. Nah, bagaimana kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut momen tersebut – momen dimana Tuhan menyediakan dan mempersatukan dua orang yang belajar untuk mengasihiNya. Mari belajar untuk mempersiapkan diri kita sekomplit mungkin. Caranya? Ya kita belajar untuk mengasihi Tuhan, dengan menerima diri kita sebagaimana kita ada. Mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan di dalam kehidupan kita. Bentuk wajah kita, bentuk hidung, sampai kepada hal-hal yang menjadi kekurangan kita. Ingat bahwa itu adalah anugrah, bahwa kemuliaan Allah mau dinyatakan melalui hal-hal tersebut.
Being single isn’t so bad. Kalau kita belum siap memulai suatu relasi, maka hal yang dapat kita lakukan adalah mengembangkan karakter kita, mengembangkan kasih kita kepada orang lain sehingga kita menjadi orang yang siap untuk dapat berbagi masalah dengan orang lain sambil menerima kelebihan dan kekurangan orang tersebut.

Kehidupan ini adalah kehidupan yang terus berjalan, dan Allah sedang menuliskan kisah hidup setiap orang. SalibNya merupakan suatu bukti kasih yang paling besar di dalam sejarah. Salib itulah menandakan bagaimana Allah yang mahakudus mencintai pendosa-pendosa seperti kita. Kasih yang tidak menuntut, tetapi menutupi segala sesuatu (1Korintus 13). Teladan Yesus Kristus di kayu salib menunjukkan betapa krusialnya suatu relasi dapat terbangun atas dasar kasih. Kasih yang unconditional itu menunjukkan bahwa kita pun dituntut sebagai anak-anak Allah, sebagai saudara Yesus Kristus untuk dapat mengasihi orang-orang di sekitar kita dengan karakter kasih yang sudah diajarkan Allah. Mari belajar bahwa kita adalah manusia-manusia pendosa yang mana kita juga tidak pernah lepas dari kesalahan apapun, begitu pula pasangan kita. Justru melalui relasi kita itulah seharusnya kasih Allah tampak nyata di dalam kehidupan kita.

Selamat belajar mengasihi
Soli Deo Gloria

Sumber:
Katekismus Singkat Westminster
I Isaac Take Thee Rebekah 
Siaran Radio RMC Surabaya